Ciri-ciri Orang Munafik Menurut Al Quran yang Kekal di Neraka

Ciri-ciri Orang Munafik Menurut Al Quran

Pernahkah Anda mendapati seorang yang beragama Islam tetapi perilakunya berpihak pada orang kafir? Apabila pernah, janganlah Anda vonis dia sebagai orang munafik yang hakiki. Karena kita tidak memiliki hak untuk memberikan vonis munafik kepada seseorang kecuali bila Allah dan Rasul-Nya telah menyebutkan bahwa ia benar-benar munafik.

Memang kita tidak bisa menilai secara pasti siapakah diantara kita yang benar-benar seorang mukmin dan siapakah yang munafik. Namun, kita perlu mengoreksi diri kita masing-masing. Apakah ada ciri-ciri kemunafikan yang ada pada diri kita. Berikut ini akan kami jelaskan ciri orang munafik berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 8 sampai ayat 14 :

1. Iman Hanya di Mulut

Penyakit nifaq atau kemunafikan itu letaknya berada di dalam hati. Kita tidak akan pernah bisa memvonis seseorang sebagai orang munafik kecuali kalau kita benar-benar pernah membuka isi hatinya. Maka tidaklah mungkin kita bisa menilai orang secara pasti apakah ia benar-benar munafik ataukah tidak. Meskipun demikian, Allah Maha Mengetahui terhadap seluruh isi hati makhluk-Nya. Bagaimanapun seseorang menyembunyikan kemunafikannya maka Allah akan tetap mengetahuinya.

Orang-orang munafik sebenarnya adalah orang yang tidak beriman. Namun, mereka menyatakan bahwa dirinya beriman kepada Allah dan hari akhir di hadapan orang-orang yang beriman. Mereka sejatinya adalah orang kafir yang menyamar di dalam sekumpulan orang-orang yang beriman. Mereka hanya beriman di lisannya saja akan tetapi tidak ada keimanan di dalam hatinya. Allah berfirman :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ ٨

Di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari Akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang mukmin.


[QS. Al-Baqarah ayat 8]

Orang munafik adalah orang yang tidak ada kesesuaian antara hati dan ucapannya. Dengan mudahnya mereka mengikrarkan keimanan yang sesungguhnya tidak ada bekas iman di dalam hatinya. Orang munafik seperti ini tempatnya kekal di dalam neraka, karena secara akidah mereka bukanlah orang yang beriman.

Berbeda halnya dengan orang iman yang perilakunya seperti orang munafik. Mereka hanya bertingkah menyerupai orang munafik tetapi secara akidah mereka adalah orang beriman, sehingga tidak menyebabkan dirinya kekal di dalam neraka. Imam Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya :

"Kemunafikan : Ialah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejelekan, ia terdiri dari beberapa jenis : “I’tiqodiy” yaitu yang pelakunya kekal di dalam neraka, dan “Amaliy” yaitu termasuk dosa yang paling besar"

Dari penjelasan ibnu Katsir tersebut bisa kita ketahui bahwa nifaq itu terbagi menjadi dua, yaitu :

  1. Nifaq I'tiqody
  2. Nifaq Amaliy

Baca Juga : Pengertian Munafik dalam Islam, Contoh, Ciri-ciri, Serta Dalilnya

Nifaq i'tiqodiy adalah orang yang tidak memliki keimanan di dalam hatinya akan tetapi ia mengucapkan bahwa dirinya beriman kepada Allah dan hari akhir. Demikian itulah nifaq yang dimaksud dari surat Al-Baqoroh ayat 8 di atas. Jenis nifaq seperti ini adalah jenis nifaq yang membuat pelakunya kekal di dalam neraka.

Nifaq amaliy adalah sebuah penyakit hati yang dimiliki orang iman. Sebenarnya di dalam hati mereka terdapat keimanan akan tetapi perilaku mereka seperti orang munafik; seperti suka berbohong, suka berkhianat, ingkar janji, dan lain sebagainya. Jenis nifaq ini tetap diancam pelakunya akan dimasukkan ke dalam neraka, tetapi tidak kekal.

2. Penipu

Orang munafik adalah penipu yang paling berbahaya. Mereka tidak hanya menipu manusia, tetapi mereka juga menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Mereka menyatakan iman dengan lisannya yang padahal hatinya mengingkari keimanan tersebut. Tanpa sadar justru ia telah menipu dirinya sendiri.

Allah berfirman :

يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۚ وَمَا يَخْدَعُوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَۗ ٩

Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.


[QS. Al-Baqarah ayat 9]

Penipuan yang dilakukan oleh orang munafik bukanlah penipuan yang main-main. Mereka berani menipu orang-orang beriman dengan ucapan “لَآ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ” demi menjaga keselamatan mereka.

Orang-orang munafik adalah orang-orang yang takut kepada manusia. Akan tetapi mereka tidak takut kepada Allah. Mereka mengetahui bahwa kaum mukminin selalu menang dalam peperangan melawan orang kafir. Sehingga mereka ketakutan jika terang-terangan memusuhi kaum mukminin karena takut dengan kekuatan kaum mukminin.

Oleh karena itu, mereka mempermainkan kalimat tauhid itu untuk menyembunyikan kekafiran mereka di hadapan orang-orang iman. Tujuan mereka tidak lain dan tidak bukan adalah agar darah dan harta mereka aman tatkala terjadi peperangan antara kaum mukminin dan kaum kafirin.

Ibnu Juraij mengatakan :

يُظْهِرُونَ "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ" يُرِيدُونَ أَنْ يَحْرِزُوا بِذَلِكَ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ، وَفِي أَنْفُسِهِمْ غَيْرُ ذَلِكَ

Mereka menampakkan (keimanan dengan ucapan) “Tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) kecuali Allah.” Dengan ucapan itu mereka ingin agar darah dan hartanya terlindungi. Padahal di dalam hatinya mereka tidak meyakini ucapan itu.


[Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Baqarah ayat 9]

3. Meragukan Islam

Sebagaimana yang telah Allah nyatakan sendiri dalam surat Ali Imran ayat 85 bahwa agama yang diterima di sisi Allah hanyalah agama Islam. Agama selain Islam adalah agama yang tidak akan pernah diterima oleh Allah. Bahkan apabila seseorang meninggal dunia sedangkan ia dalam keadaan tidak menganut agama Islam maka ia akan menjadi orang yang paling rugi di akhirat.

Orang munafik adalah orang yang ragu dengan kebenaran agama Islam. Di dalam hati mereka terdapat penyakit keragu-raguan yang terus ditambah penyakitnya oleh Allah. Allah berfirman :

فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ ١٠

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya dan mereka mendapat azab yang sangat pedih karena mereka selalu berdusta.


[QS. Al-Baqarah ayat 10]

Menurut para ahli tafsir, penyakit yang diidap oleh orang-orang munafik menurut ayat tersebut adalah penyakik keraguan.

4. Suka Beralasan

Ciri orang munafik berikutnya adalah bahwa mereka adalah orang yang pandai beralasan ketika diberikan nasehat. Allah berfirman :

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا اِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ ١١

Apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi,” mereka menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah orang-orang yang melakukan perbaikan.”


[QS. Al-Baqarah ayat 11]

Menurut Ibnu Mas'ud, yang dimaksud dengan perbuatan kerusakan yang diperbuat oleh orang munafik adalah kekufuran dan kemaksiatan. Ketika mereka dinasehati untuk tidak berbuat kekufuran dan kemaksiatan mereka malah beralasan bahwa apa yang mereka perbuat adalah melakukan perbaikan.

Telah jelas pada ayat tersebut bahwa termasuk ciri-ciri yang tampak pada orang munafik adalah banyaknya beralasan. Tatkala mereka diberikan nasehat atas maksiat yang dikerjakannya maka dengan padainya mereka beralasan bahwa apa yang ia lakukan adalah kebaikan.

5. Tidak Merasa Bersalah

Orang munafik selalu menganggap maksiat dan kekufuran yang dilakukannya adalah perbuatan yang benar. Ketika mereka melakukan perbuatan maksiat maka mereka menganggap bahwa perbuatannya itu di atas petunjuk. Hal ini juga biasanya kita jumpai pada orang-orang yang bermaksiat dengan perbuatan bid'ahnya. Mereka bahkan berani membawakan dalil-dalil untuk membenarkan bid'ah yang mereka lakukan.

Namun sayangnya mereka tidak merasa bahwa bid’ah yang dilakukannya adalah perbuatan maksiat dan kesesatan. Allah berfirman :

اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ ١٢

Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.


[QS. Al-Baqarah ayat 12]

6. Tidak Mengetahui Kebodohannya

Orang munafik adalah orang yang bodoh di atas kebodohan. Hal itu dikarenakan ketidaktahuan mereka bahwa mereka sedang berada dalam kesesatan. Tatkala nasehat datang kepada mereka agar mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya sebagaimana imannya orang beriman yang hakiki maka mereka malah mencela bahwa orang-orang iman itu adalah orang yang bodoh.

Allah berfirman :

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اٰمِنُوْا كَمَآ اٰمَنَ النَّاسُ قَالُوْٓا اَنُؤْمِنُ كَمَآ اٰمَنَ السُّفَهَاۤءُ ۗ اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاۤءُ وَلٰكِنْ لَّا يَعْلَمُوْنَ ١٣

Apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman,” mereka menjawab, “Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang picik akalnya itu beriman?” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang picik akalnya, tetapi mereka tidak tahu.


[QS. Al-Baqarah ayat 13]

Tidak hanya bodoh di atas bodoh, bahkan Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa kebodohan mereka adalah kebodohan yang sempurna. Pasalnya mereka tidak mengetahui kebodohan mereka sendiri. Mereka terombang-ambing dalam kesesatan dan kebodohan. Sehingga mereka pun terjerumus di dalam kebodohan dan kebutaan. Mata mereka buta dari kebenaran dan jauh dari petunjuk Allah.

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam kitab tafsirnya : "Dan termasuk kesempurnaan bodohnya mereka, yaitu sesungguhnya mereka tidak mengetahui kondisi mereka yang sedang berada di dalam kesesatan dan kebodohan. Hal itulah yang menjerumuskan mereka, menghantarkan dalam kebutaan, dan jauh dari petunjuk."

7. Bermuka Dua

Termasuk ciri orang munafik yang tampak adalah bahwa mereka adalah manusia yang bermuka dua. Tatkala mereka berkumpul dengan orang iman maka dengan lihainya mereka menampakkan baju keimanannya. Mereka seakan-akan adalah orang yang beriman tatkala bersama orang iman, sehingga orang iman sendiripun tidak tahu bahwa ia adalah orang munafik.

Akan tetapi ketika mereka tidak berkumpul bersama kalangan orang-orang iman, lalu kembali kepada golongan orang-orang kafir maka mulai tampaklah siapa mereka yang sebenarnya. Tatkala mereka bersama orang kafir maka mereka tampakkan bahwa diri mereka termasuk golongan mereka. Bahkan dengan terang-terangan mereka mengatakan pada orang kafir bahwa dirinya hanya menyamar dengan baju keimanannya saat berkumpul bersama orang-orang iman.

Allah berfirman :

وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ ١٤

Apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Akan tetapi apabila mereka menyendiri dengan setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya pengolok-olok.”


[QS. Al-Baqarah ayat 14]

Ringkasan dan Penutup

  • Menurut Ibnu Katsir nifaq itu terbagi menjadi dua; yakni nifaq i’tiqadiy dan nifaq amaliy.
  • Orang munafik yang kekal di dalam neraka adalah nifaq i’tiqodiy.
  • Munafiq i’tiqody hanya beriman di lisan saja akan tetapi tidak ada keimanan di dalam hatinya.
  • Orang-orang munafik menggunakan kalimat “لَآ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ” sebagai alat untuk menipu Allah dan orang-orang iman.
  • Hati orang munafik penuh dengan keraguan atas kebenaran risalah yang dibawa oleh Rasulullah .
  • Tatkala nasehat datang kepada orang-orang munafik agar tidak berbuatan kerusakan maka mereka akan mencari-cari alasan pembenaran untuk membenarkan perbuatannya.
  • Orang-orang munafik tidak merasa bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan kekufuran dan kemaksiatan.
  • Orang-orang beriman dianggap bodoh oleh orang-orang munafik, padahal orang-orang munafiklah orang bodoh yang sesungguhnya.
  • Ketika orang-orang munafik berbaur dengan orang-orang beriman maka mereka tampakkan wajah keimanan. Akan tetapi, ketika berbaur dengan orang-orang kafir maka tampaklah siapa mereka yang sebenarnya bahkan mengolok-olok orang iman dibelakang mereka.

Demikianlah pembahasan Ciri-ciri Orang Munafik Menurut Al Quran yang Kekal di Neraka. Semoga kita dihindarkan oleh Allah dari sifat-sifat kemunafikan dan dijadikan sifat-sifat keimanan bersemayam dalam diri kita. Amiin.

Refrensi

  • Al-Quranul Karim
  • Tafsir Ibnu Katsir
  • Tafsir Ath-Thobari

Related Posts :

5 Metode Menghafal Al Quran yang Efektif dan Teruji Ampuh

Metode Menghafal Al Quran

Di dalam dunia tahfidzul Quran, kita akan menjumpai banyak sekali metode untuk menghafalkan Al-Quran. Ada metode menghafal dengan talaqqi, mengulang ayat, menulis ayat dan lain sebagainya. Namun, setiap orang memiliki kecocokan masing-masing dalam menerapkan metode tersebut. Belum tentu semua metode yang diajarkan cocok untuk semua orang. Maka disini akan kami ulas beberapa metode menghafal Al Quran yang efektif dan telah teruji ampuh sejak zaman dahulu hingga saat ini.

Apabila ditinjau dari segi cara berguru, secara umum metode menghafal dibagi menjadi dua; yaitu metode talaqqi, dan qiroah ‘ala asy-syaikh. Namun, apabila dikembangkan metode ini akan menjadi sangat banyak. Berikut ini akan kita bahas kedua metode tersebut dan beberapa metode menghafal Al-Quran yang teruji dan terpopuler dikalangan para huffadz.

Penting : Pembaca harap membaca kesimpulan dan saran di bagian akhir artikel ini!

Metode-metode Ditinjau dari Cara Berguru

1. Metode Talaqqi

Metode talaqqi adalah metode yang dipraktekkan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya . Secara bahasa talaqqi berarti bertemu atau berjumpa.

Metode ini juga sering disebut dengan metode musyafahah, yang secara bahasa berarti mulut ke mulut. Dahulu tatkala para sahabat belajar Al-Quran, beliau membacakan Al-Quran dengan tartil. Sembari beliau membaca, para sahabat mendengarkan dengan seksama apa yang dibaca oleh Nabi . Setelah dibacakan, mereka langsung mampu menghafal ayat tersebut tanpa diulang berkali-kali. Itulah kelebihan para sahabat yang diberikan oleh Allah kepada mereka.

Sebagaimana namanya, talaqqi adalah metode dimana guru berjumpa dengan muridnya dan berinteraksi secara langsung. Berikut ini akan kami jelaskan bagaimana langkah-langkah talaqqi pada umumnya beserta variasinya.

Langkah-langkah Bertalaqqi

Berikut langkah-langkah talaqqi yang umum dilakukan :

  1. Guru membacakan ayat dengan tartil dan benar di hadapan para murid. Sedangkan murid memperhatikan ayat yang dibaca oleh guru dengan seksama. Baik itu bagaimana gerakan lisan guru, dan bagaimana cara pengucapannya.
  2. Guru dan murid membaca bersama-sama dengan benar, pelan dan tartil.
  3. Murid membaca sebagaimana yang dibaca oleh guru.
  4. Guru mengoreksi dan membenarkan bacaan murid.
  5. Murid membaca lagi dengan benar sesuai yang dikoreksi oleh guru.
Variasi Teknik Menghafal Metode Talaqqi

Langkah-langkah di atas adalah gambaran talaqqi secara umum. Adapun variasinya bisa bermacam-macam. Berikut ini variasi yang bisa dipraktekkan oleh para guru dan murid dalam bertalaqqi :

Variasi pertama :

  1. Guru membacakan ayat yang hendak dihafal dengan tartil dihadapan muridnya.
  2. Guru membaca bersama murid dengan tartil.
  3. Guru membacakan ulang ayat dengan benar dan tartil.
  4. Murid membaca sendiri sesuai kemampuannya.
  5. apabila didapati murid salah dalam membaca atau belum hafal maka ulangi dari langkah pertama sampai murid hafal dan mampu membaca sendiri dengan benar.

Variasi kedua :

  1. Guru membacakan ayat dengan tartil dan murid memperhatikan.
  2. Guru dan murid membaca bersama dengan tartil.
  3. Mengulang langkah pertama dan ketiga sebanyak 3x sampai 5x atau secukupnya.
  4. Murid membaca sendiri sesuai kemampuannya.
  5. Apabila didapati murid salah ketika membaca atau belum hafal maka ulangi dari langkah pertama sampai hafal dan mampu membaca sendiri.

Variasi Ketiga :

  1. Guru membacakan ayat dan para murid memperhatikan.
  2. Guru dan para murid membaca bersama dengan tartil dengan pengulangan secukupnya.
  3. Guru membacakan ayat lagi dan para murid memperhatikan
  4. Para murid membaca bersama dengan tartil dan guru memperhatikan bacaan murid.
  5. Apabila semua murid belum hafal ketika membaca bersama maka ulangi mulai langkah pertama sampai murid hafal ketika membaca bersama.
  6. Apabila murid sudah hafal ketika membaca bersama maka cobalah murid membaca satu-persatu dengan bergantian sedangkan guru memperhatikan sembari membenarkan kesalahannya satu-persatu.
  7. Apabila semua murid sudah benar ketiga dites satu-persatu maka dilanjutkan guru dan para murid membaca bersama-sama. Lakukan pengulangan secukupnya.
Kelebihan Metode Talaqqi

Berikut beberapa kelebihan dari metode talaqqi :

  • Merupakan metode yang dipakai oleh Nabi dan para sahabatnya dan juga para salafus shalih.
  • Cocok untuk kalangan manapun, baik yang belum bisa membaca mushaf atau yang sudah bisa, baik anak-anak, maupun dewasa bahkan orang tua.
  • Murid bisa memperhatikan langsung cara guru membaca dan mengingat-ingat gerakan lisan guru ketika membaca.
  • Hafalan lebih melekat dan tidak mudah lupa karena seringnya diulang-ulang.
Kekurangan Metode Talaqqi

Berikut beberapa kekurangan dari metode talaqqi :

  • Tidak bisa menargetkan hafalan dengan cepat.
  • Waktu yang dipakai lebih banyak.
  • Lebih banyak menguras tenaga guru.

2. Metode Qira'ah 'Ala Asy-Syaikh

Metode ini sebenarnya adalah metode yang digunakan para tholibul ilmi zaman dahulu ketika belajar hadits atau kitab kepada syaikhnya. Qiraah Ala Asy-Syaikh artinya membaca dihadapan syekh atau guru. Metode ini juga terkadang disebut 'Ardhu Al-Qiroah yang artinya mendemonstrasikan bacaan.

Metode Qira'ah 'Ala Asy-Syaikh adalah murid menunjukkan bacaannya atau hafalannya di depan guru sembari guru mengoreksi apa yang murid baca. Setelah bacaan murid dinyatakan benar oleh guru maka guru akan memberikan ijazah atau sejenis pengakuan lainnya kepada murid tersebut.

Langkah metode ini tidak begitu rumit, yakni sang murid cukup membacakan hafalan yang telah ia hafalkan didepan guru kemudian guru memberikan semacam pengakuan bahwa murid ini telah hafal sekian juz. Pengakuan bisa dalam bentuk ijazah, catatan, rapot, persaksian, syahadah atau sejenisnya.

Langkah-langkah Qiroah 'Ala Asy-Syaikh

Adapun langkah metode qiroah 'ala syaikh secara umum sebagai berikut :

  1. Murid membacakan ayat yang hendak dihafal di hadapan gurunya, sementara gurunya memperhatikan.
  2. Guru membenarkan kesalahan-kesalahan bacaan yang dilakukan murid.
  3. Setelah bacaan murid dinyatakan benar, maka murid dipersilahkan menghafalkan sendiri apa yang telah dibacakan dihadapan gurunya tadi.
  4. Setelah murid selesai menghafal, ia membacakan ayat yang telah ia hafalkan di hadapan guru sembari guru memperhatikan dan mengoreksi bacaannya.
  5. Guru menyatakan atau memberikan pengakuan bahwa sang murid telah hafal ayat sekian dan sekian, baik dengan cara mencatatkannya pada buku laporan harian atau sejenisnya.
Kelebihan Metode Qiraah Ala Syaikh
  • Murid memiliki kebebasan menghafalkan seberapapun ayat yang ia mau.
  • Guru tidak perlu mengeluarkan banyak energi.
  • Proses menghafal lebih cepat dari pada talaqqi.
Kekurangan Metode Qiraah Ala Syaikh
  • Murid harus bisa membaca dengan lancar terlebih dahulu.
  • Kekuatan hafalan biasanya cenderung lemah karena murid menghafalkan sendiri.
  • Kualitas hafalan tergantung dari seringnya murid mengulang hafalan.

Metode-metode Ditinjau dari Jumlah yang Dihafal

Metode ini adalah metode menghafal Al-Quran yang bisa diterapkan pada metode talaqqi atau menghafal secara mandiri. Berikut ini beberapa metode ditinjau dari jumlah ayat yang akan dihafalkan yang bisa kita terapkan.

1. Metode Ayat Per Ayat

Metode ini adalah menghafalkan ayat demi ayat dalam Al-Quran. Metode ini sangalah cocok bagi pemula yang baru menghafal Al-Quran. Selain itu metode ini juga sangat ampuh untuk menghafalkan surat yang ayatnya banyak tetapi pendek-pendek, seperti surat An-Naba', An-Naziat, Shad, As-Shaffat dan sejenisnya. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

  1. Bacalah ayat pertama dengan melihat mushaf sebanyak 5x sampai 25x atau lebih.
  2. Baca ayat pertama tadi dengan tanpa melihat mushaf sebanyak 5 kali atau lebih sampai benar-benar lancar. Apabila ada yang lupa maka boleh melihat mushaf sebentar dan dilanjut membaca tanpa melihat mushaf.
  3. Bacalah ayat pertama tadi tanpa melihat mushaf sama sekali sebanyak 5 kali atau lebih. Apabila lupa ditengah maka paksalah otak untuk mengingatnya kembali. Apabila otak benar-benar lupa dan tidak bisa ingat sama sekali maka ulangi lagi dari langkah pertama sampai benar-benar hafal.
  4. Bacalah ayat kedua dengan melihat mushaf sebanyak 5x sampai 25x atau lebih.
  5. Bacalah ayat kedua tanpa melihat mushaf sebanyak 5x atau lebih. Apabila lupa boleh melihat sebentar lalu dilanjutkan membaca tanpa mushaf.
  6. Bacalah ayat pertama dan kedua tanpa mushaf sama sekali. Apabila lupa maka paksalah otak untuk mengingatnya. Apabila otak benar benar lupa maka ulangi lagi dari langkah yang keempat. Apabila yang lupa adalah ayat pertama maka ulangi lagi dari langkah yang pertama.
  7. Bacalah ayat ketiga dengan melihat mushaf sebanyak 5x atau 25x atau lebih.
  8. Bacalah ayat ketiga tanpa mushaf sebanyak 5x atau lebih. Apabila lupa boleh melihat sebentar.
  9. Bacalah ayat pertama, kedua dan ketiga tanpa melihat mushaf sama sekali. Bila lupa, paksalah otak untuk mengingat. Apabila tidak ingat juga, maka ulang lagi dari langkah ketujuh. Bila yang lupa ayat kedua, ulangilah lagi dari langkah keempat. Bila yang lupa ayat pertama, maka ulangilah lagi dari langkah pertama.
  10. Lanjutkan cara tersebut sampai akhir halaman atau target jumlah ayat yang telah Anda tentukan untuk dihafal hari itu.

2. Metode Membagi Halaman Menjadi 2 atau 3 Bagian atau Lebih

Metode ini adalah metode yang membagi halaman menjadi beberapa bagian. Masing masing bagian ini kita anggap sebagai satu ayat. Metode ini biasanya sangat cocok bagi mereka yang sudah memiliki hafalan sekitar 5 sampai 10 juz. Selain itu metode ini lebih pas diterapkan pada surat yang jumlah ayatnya tidak banyak, tetapi ayatnya panjang-panjang seperti surat Al-Fath, Muhammad, Al-Hujurat, Qoof, dan sejenisnya.

Adapun langkah dalam metode ini sama seperti pada metode ayat per ayat. Hanya saja kita mengansumsikan dari setiap bagian ini sebagai satu ayat.

  1. Bacalah bagian pertama pada halaman dengan melihat mushaf sebanyak 5x sampai 25x.
  2. Bacalah bagian pertama tersebut tanpa melihat mushaf dan ulangi secukupnya. Apabila lupa maka lihatlah bagian yang lupanya saja.
  3. Bacalah bagian pertama tersebut benar-benar tanpa melihat mushaf. Apabila lupa maka paksalah otak untuk mengingatnya. Apabila belum ingat juga maka ulangi langkah pertama. Lanjutkan bagian kedua sampai ketiga begitu seterusnya seperti pada metode ayat per ayat.

3. Metode Per Halaman

Metode ini adalah menghafal pada satu halaman sekaligus. Biasanya metode ini cocok bagi mereka yang sudah hafalannya sekitar 20 juz keatas, karena mereka sudah terbiasa menghafal ayat yang banyak. Selain itu, metode ini juga sering diterapkan pada surat yang jumlah ayatnya lebih dari 100 dan panjang-panjang disetiap ayatnya, seperti Al-Baqoroh, Ali-Imran, An-Nisa' dan lain sebagainya.

Berikut ini langkah-langkah dalam metode menghafal per halaman :

  1. Bacalah satu halaman penuh dengan melihat mushaf sebanyak 5x sampai 25x atau lebih.
  2. Bacalah satu halaman penuh tanpa melihat mushaf. Biasanya yang tejadi adalah lupa di tengah-tengah halaman. Apabila lupa dipertengahan halaman maka lihatlah pada yang lupa itu saja kemudian lanjutkan dari bagian yang lupa.
  3. Ulangi langkah kedua sebanyak 5x atau lebih sampai tidak ada yang tersendat atau lupa ditengah halaman sama sekali.
  4. Ketika sudah lancar dan hafal, ulangi satu halaman penuh dengan membaca tanpa mushaf sebanyak 5x atau secukupnya.
  5. Lanjutkan membaca pada halaman berikutnya dan lakukan sebagaimana langkah pertama sampai keempat.
  6. Gabungkan hafalan halaman pertama dan halaman yang kedua dengan membacanya tanpa mushaf. Apabila ada yang tersendat dipertengahan maka lihatlah pada bagian yang tersendat itu saja dan lanjutkan dari bagian itu juga. Begitu pula seterusnya.
  7. Setelah lancar membaca halaman pertama dan kedua maka ulangilah secukupnya tanpa melihat mushaf sama sekali. Setelah itu lanjutkanlah pada halaman setelahnya sebagaimana langkah awal tadi.

Kesimpulan dan Saran

Kelima metode diatas adalah metode yang paling sederhana dan paling populer di kalangan para hafidz Quran. Bisa kita bilang metode tersebut adalah metode klasik dalam menghafal Quran. Kelima metode tersebut telah terbukti mencetak jutaan hafidz Quran sejak zaman Rasulullah sampai sekarang. Hal ini dibuktikan masih banyaknya halaqoh-halaqoh dan majelis-majelis tahfidzul Quran yang menerapkannya.

Sebetulnya selain metode diatas masih banyak lagi metode-metode lain yang juga digunakan oleh para penghafal Quran saat ini. Diantaranya seperti metode menghafal dengan gerakan tubuh, metode jari, metode asosiasi, metode gambar dan masih banyak metode lainnya. Metode-metode tersebut bisa kita katakan sebagai metode kontemporer.

Metode kontemporer memang praktis dan mudah untuk diterapkan. Akan tetapi ada sebagian metode-metode kontemporer saat ini yang dinilai berbahaya bagi aqidah menurut para ulama'. Bahkan metode tersebut bisa bernilai bid'ah amaliy bahkan sampai derajat bid'ah i'tiqody. Seperti contohnya metode menggambarkan ayat-ayat dan membayangkannya di dalam pikiran.

Memang metode ini dinilai lebih cepat dan melekat dengan kuat dalam ingatan, mengingat metode tersebut memanfaatkan daya ingat jangka panjang manusia. Namun sayangnya secara tidak sengaja metode tersebut juga diterapkan pada ayat-ayat yang membicarakan hal ghaib dan bersifat mutasyabihat. Padahal, ayat-ayat yang berbicara tentang hal ghaib dan bersifat mutasyabihat tidak bisa kita takwil dan digambarkan dalam sebuah rupa.

Namun, yang perlu kita ketahui adalah bahwa inti dari menghafal adalah mengulang-ulang ayat secara terus-menerus. Dengan banyaknya mengulang maka semakin banyak pula yang kita baca. Semakin banyak yang kita baca maka semakin banyak pula pahala yang kita peroleh. Semakin banyak mengulang ayat juga menjadikan diri kita lebih dekat dengan Allah .

Memang metode klasik dinilai jadul dan kolot. Tentu banyak dari kita yang menginginkan metode yang lebih praktis dan tidak menyusahkan. Selain itu metode klasik juga membutuhkan perjuangan yang berat agar bisa hafal Quran dengan sempurna. Namun, perlu diingat bahwa menghafal Quran bukan soal cepat tidaknya kita hafal Quran. Akan tetapi menghafal Quran adalah soal bagaimana kita mendekatkan diri kepada Yang Menurunkan Al-Quran itu sendiri. Toh, metode klasik juga telah berhasil mencetak jutaan huffadz hingga masa kini.

Tanpa menafikan adanya metode kontemporer saat ini, kami menyarankan agar para calon hafidz untuk menggunakan metode klasik sebagaimana yang telah kami paparkan di atas. Selain aman dari perusakan aqidah metode klasik juga terbukti nyata banyaknya para hafidz Quran dari zaman Rasulullah hingga masa kini.

Bagi Anda yang menghendaki metode kontemporer insya Allah pada lain kesempatan akan kami tuliskan artikel tentang metode tersebut yang insya Allah aman dari perusakan aqidah.

Demikian lima metode menghafal Al Quran yang efektif dan teruji ampuh sejak dahulu hingga masa kini yang bisa kami paparkan. Semoga sedikit artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Related Posts :

Cara Menghafal Al Quran dengan Cepat dan Tidak Mudah Lupa

Cara Menghafal Al Quran dengan Cepat

Al Quran adalah satu-satunya kitab Allah yang bisa dihafalkan secara keseluruhan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya huffadz sejak zaman Rasulullah sampai saat ini. Sedangkan kitab-kitab yang lain seperti Injil, Taurat, dan Zabur belum pernah terdengar satupun berita perihal kitab tersebut yang dihafal secara sempurna sampai saat ini. Bahkan kitab-kitab suci selain Al-Quran yang beredar saat ini yang diklaim para pendeta sebagai kitab yang datang dari Allah sudah banyak yang diubah dan tidak otentik lagi.

Berbeda halnya dengan Al-Quran yang diriwayatkan secara mutawatir oleh para huffadz dan telah dituliskan dalam mushaf Utsmani pada zaman kekhalifahan Utsman. Hal itu menjadikan Al-Quran terus terjaga sampai hari kiamat dan tidak akan ada yang bisa memalsukannya.

Walaupun demikian, masih banyak diantara orang yang mempertanyakan bagaimana cara cepat menghafalkan Al-Quran. Hal ini tidak lain adalah dikarenakan besarnya keinginan menjadi seorang penghafal Al-Quran. Maka dari itu, disini akan kami jelaskan sedikit tips atau kiat dan cara menghafal Al-Quran dengan mudah dan tidak cepat lupa. Berikut ini tips-tips dan cara menghafalkan Al-Quran dengan cepat dan tidak mudah lupa atas izin Allah.

Baca Juga 5 Metode Menghafal Al-Quran yang Efektif dan Teruji Ampuh

1. Senantiasa Memperbaiki Niat

Hal pertama dan terpenting yang perlu diperhatikan oleh seorang penghafal Al-Quran adalah senantiasa memperbaiki niatnya. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah bahwa seorang yang beramal dengan niat karena tidak ikhlash dan tidak mengharapkan wajah kepada Allah maka tidak akan diterima dan tidak diberikan pahala oleh Allah.

Sebagai penghafal Quran, hendaknya kita meluruskan niat dan senantiasa memperbaiki niat ketika syetan menyimpangkan niat kita. Jangan sampai kita terus menerus terjerumus dalam niat ingin mendapat pujian, mendapat pangkat, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan keduniaan. Ketika syetan menyimpangkan hati kita hendaknya kita beristighfar dan mengembalikan niat hanya karena Allah . Rasulullah bersabda :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا، وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan kecuali ia melaksanakannya dengan ikhlash dan mengharapkan wajah-Nya.


[HR. Nasa'iy no. 3140]

2. Memperlancar Bacaan Al-Quran

Sebetulnya tanpa memperlancar bacaanpun kita sudah bisa dengan cepat hafal Al-Quran. Sering sekali kita mendengar anak kecil di bawah usia sepuluh tahun sudah hafal Al-Quran walaupun mereka belum bisa membaca huruf-huruf pada mushaf Al-Quran. Metode yang mereka pakai adalah dengan mendengarkan Al Quran itu sendiri. Mereka mendengarkan Al-Quran langsung melalui lisan kedua orang tuanya, kaset murottal, guru atau sejenisnya.

Namun, yang perlu kita ketahui adalah bahwa fenomena tersebut bersifat kasuistik. Umumnya, cara menghafalkan Al Quran dengan cepat dan tidak mudah lupa yang paling efektif adalah dengan memperlancar bacaan Al-Quran terlebih dahulu. Cara ini adalah cara yang cocok secara luas baik dari kalangan anak-anak, remaja, maupun dewasa bahkan tua.

Maka dari itu, langkah awal yang pertama kita lakukan agar dengan mudah kita bisa menghafalkan Al-Quran dengan cepat adalah mempelajari bacaan Al-Quran sampai baik dan lancar. Karena tanpa bacaan yang baik dan lancar tentu kita akan terhambat ketika proses menghafal Al-Quran.

3. Berguru Pada Orang yang Tepat

Apabila kita menginginkan suatu keberhasilan maka tentu kita akan belajar dari seorang yang sudah berhasil. Akan sangat lucu apabila orang yang tidak memiliki suatu keahlian terhadap suatu bidang kemudian ia melatih pada bidang tersebut. Bahkan resiko kegagalannya akan sangat besar dibandingkan keberhasilannya. Itulah mengapa dalam menghafal Al-Quranpun kita juga perlu berguru pada orang yang tepat agar bisa meminta bimbingan dan arahan dari mereka.

Apabila kita melihat para salafus shalih maka kita akan mendapati mereka selalu berguru kepada orang-orang yang ahli Quran. Contohnya adalah para sahabat. Mereka belajar Al-Quran langsung dari lisan Rasulullah . Kemudian dilanjutkan oleh para tabi'in yang belajar kepada para sahabat . Lalu cara berguru tersebut dilanjutkan oleh para tabiut tabi'in dan para ulama setelahnya. Inilah contoh berguru yang dilakukan oleh para salafus shalih yang sepatutnya kita contoh mereka dalam memilih guru.

4. Konsisten

Menghafal Al-Quran adalah suatu perkara yang bisa dikatakan tidak mudah untuk dijalani. Seorang yang baru menghafal Al-Quran disitu akan menerima berbagai macam cobaan. Adakalanya merasa malas karena susah menghafal. Adakalanya putus asa karena hafalannya sering hilang. Adakalanya merasa lelah karena terlalu banyak yang dihafal, dan lain sebagainya. Tentu hal itu merupakan salah satu penghambat seorang yang ingin cepat menyelesaikan hafalan Al-Qurannya.

Ada beberapa penghambat konsistensi penghafal Al-Quran yang sering dialami selama proses menghafal :

Pertama : Hafalan Lama Menghilang Karena Fokus dengan Menambah Hafalan

Biasanya, ketika seseorang mengalami hal ini maka ia akan berhenti menambah hafalan dan fokus memurojaah semua hafalan lamanya yang telah hilang. Cara ini adalah cara yang salah!! Mengapa demikian..?

Ketika kita berhenti menambah hafalan dan fokus terhadap murojaah yang lama, maka biasanya kita akan dibuat putus asa oleh setan. Tatkala kita menyelesaikan murojaah hafalan yang lama maka setan membuat seolah-olah hafalan kita yang lama menghilang lagi sehingga kita akan terus mengulang murojaah dari awal lagi dan tidak melanjutkan hafalan baru. Akibatnya, kita malah berhenti di jumlah hafalan yang segitu-segitu aja dan terus terlena dengan murojaah. Inilah salah satu usaha setan agar menghentikan kita menjadi penghafal Al-Quran 30 juz.

Lalu bagaimanakah solusinya?

Solusi terbaik dari hal ini adalah hendaknya kita membuat jadwal dan target. Baik itu jadwal menambah maupun muroja'ah. Tanpa jadwal dan target maka kita akan terlena dengan hafalan lama yang terus menghilang, sehingga kita tidak melanjutkan hafalan baru kita. Setelah membuat jadwal dan target maka hendaknya kita konsisten dengan jadwal dan target tersebut.

Apabila dirasa hafalan lama kita hilang sedangkan saat itu adalah jadwal kita untuk menambah hafalan, maka ikutilah jadwal!! Jangan ikuti was-was syetan yang membisikkan bahwa hafalan kita telah hilang. Adapun jadwal yang dibuat adalah jadwal kapan kita memurojaah hafalan, dan kapan kita menambah hafalan. Sedangkan target yang kita buat adalah berapa jumlah hafalan yang ditambah dan berapa jumlah hafalan yang akan dimuroja'ah.

Kedua : Putus Asa Karena Hafalan Sering Menghilang

Biasanya setelah kita sudah mengalami kasus yang pertama diatas maka kita akan berputus asa dan tidak melanjutkan hafalan. Inilah tipu daya setan yang membuat kita berputus asa dari rahmat Allah.

Adapun solusi terbaik dari keputusasaan ini adalah meminta pertolongan kepada Allah dan meminta perlindungan dari tipu daya syetan. Setelah itu dilanjutkan dengan meminta nasehat, motivasi, dan arahan para ustadz agar mengembalikan kesemangatan kita dalam menghafal Al-Quran.

Itulah mengapa pentingnya memiliki guru yang senantiasa membimbing dan memotivasi kita agar lebih semangat dan konsisten. Selain itu, komunitas dan teman juga sangat diperlukan dalam hal ini. Karena konsistensi bisa didapatkan tatkala ada yang terus memberikan dorongan dan semangat kepada kita.

Baca Juga : Doa Meminta Pertolongan Kepada Allah

Ketiga : Lelah Karena Terlalu Banyak Target

Target yang berlebihan dan diluar kemampuan kita hanya akan membuahkan lelah dan hilangnya konsistensi. Termasuk bagian dari kiat dan cara menghafal Al-Quran dengan cepat adalah hendaknya kita memilih target yang tepat dan sesuai dengan kemampuan. Selain itu kita juga harus pandai untuk membuat target yang fleksibel. Tetapi jangan terlalu fleksibel sehingga membuat kita menjadi malas.

Seperti yang kita ketahui bahwa ayat-ayat dalam Al-Quran ada yang mudah dihafal dan ada pula yang susah dihafal. Maka disini kita dituntut untuk cerdas dalam menargetkan hafalan kita sesuai ayat-ayat yang dihadapi saat itu.

Apabila yang dihadapi adalah ayat yang begitu sulit maka kurangilah targetnya. Namun, apabila ayat yang dihadapi adalah yang mudah dihafalkan maka tambahlah targetnya. Buatlah target-target tersebut sesuai kemamupan kita dan konsistenlah terhadap target tersebut.

Kesimpulannya adalah bahwa konsisten adalah bagian terpenting agar kita bisa lebih cepat dalam menghafalkan Al-Quran. Apabila kita tidak konsisten maka hafalan kita akan terhambat sehingga menjadikan proses menghafal kita semakin lama.

5. Memanfaatkan Seluruh Indra

Apabila kita melihat perkembangan manusia sejak mulai lahir sampai dewasa, maka keahlian yang ia miliki saat dewasa adalah karena indra yang ia miliki menghafalkan keahlian itu. Sebagaimana orang yang berlatih sepak bola, apabila kakinya jarang menyentuh dan memainkan bola maka ia tidak akan pernah menjadi ahli dalam permainan bola. Itulah mengapa dengan seringnya ia menendang bola, mengontrol bola dan sebagainya maka sensor tubuhnya akan menghafal gerakan-gerakan itu selama ia berlatih.

Setelah sensor itu hafal terhadap gerakan tersebut maka ia akan menciptakan gerak reflek. Hal ini membuktikan bahwa seluruh tubuh kita mampu menghafalkan apa yang ia alami. Apa yang sering dialami oleh tubuh kita maka akan terekam dalam otak sehingga menjadi ingatan yang kuat.

Nah, begitu pula dalam menghafalkan Al-Quran!

Tatkala kita menghafal Quran maka secara otomatis kita akan menggerak-gerakkan lisan kita hingga hafal dan terbiasa dengan gerakan tersebut. Demikian pula pendengaran dan mata kita juga ikut menghafalkan. Telinga akan menangkap suara yang kita ucapkan dari lisan kita sehingga semakin lama telinga akan terbiasa dan hafal. Adapun mata kita maka ia akan menghafalkan bagaimana rangkaian kalimat, karakteristik huruf, nomor ayat dan lain sebagainya yang tergambar dalam mushaf.

Oleh karena itu, memanfaatkan seluruh indra dapat dikatakan sebagai cara menghafalkan Al-Quran dengan cepat dan tidak mudah lupa yang sangat efektif.

Ada beberapa indra yang secara umum dapat kita manfaatkan untuk menghafal :

Pertama : Memperhatikan Gerakan Lisan

Ketika kita menghafal hendaknya kita fokuskan pikiran kita pada gerakan lisan tatkala membaca ayat yang sedang dihafal. Rasakan bentuk gerakannya baik itu ketika lisan kita mengucapkan huruf tebal atau tipis, menahan dan melepas lidah, mendengungkan dan memperjelas huruf nun, dan lain sebagainya. Intinya adalah rasakan dan fokus terhadap gerakan lisan tatkala membaca ayat yang sedang dihafal.

Kedua : Memperhatikan Karakteristik Rangkaian Huruf dan Kalimat pada Mushaf

Ini adalah cara menghafalkan dengan memanfaatkan indra pengelihatan. Dimana mata adalah salah satu bagian tubuh yang memiliki kemampuan rekam daya ingat jangka panjang.

Ketika menghafalkan cobalah untuk memperhatikan dimata letak ayat, bagaimana bentuk hurufnya, pada halaman sebelah kanan atau kiri, dan lain sebagainya. Dengan memperhatikan ini maka mata kita akan merekam bentuk ayat yang sedang dihafal.

Biasanya cara ini dilakukan dengan memperhatikan dan merekam bentuk ayat yang dihafal kemudian memejamkan mata dan membayangkan apa yang telah direkam oleh mata. Ketika gambaran yang ada di dalam bayangan pikiran belum terlihat jelas maka cobala untuk mengulangi hingga gambaran ayat tampak jelas di dalam pikiran tatkala membayangkannya.

Ketiga : Memperhatikan Bunyi pada Ayat yang Dibaca

Termasuk bagian tubuh yang paling cepat merekam adalah bagian telinga. Memang bagian ini sangat cepat dalam merekam, tetapi rata-rata manusia memiliki daya ingat jangka pendek dalam masalah ini. Maka ketika kita menghafal hendaknya memperhatikan bunyi ayat dengan berulang-ulang sampai telinga kita sudah mengingatnya dengan jangka yang panjang.

Adapun upaya lain untuk memanfaatkan indra ini adalah mendengarkan orang lain membaca Al-Quran. Hal ini juga pernah dilakukan oleh Rasulullah . Dimana beliau meminta sahabatnya untuk membacakan ayat Al-Quran hingga beliaupun menangis.

Atau bisa juga kita rekam suara kita tatkala membaca Al-Quran kemudian didengarkannya suara tersebut berulang-ulang. Atau bisa juga kita mendengarkan rekaman murottal Al-Quran yang bagus serta lagunya cocok dengan hati kita.

6. Memilih Mushaf yang Tepat

Sebagaimana yang telah kita bahas pada poin ke-lima bahwa mata kita juga ikut serta dalam menghafal. Maka hendaknya kita memilih mushaf yang tepat untuk dijadikan sarana kita dalam menghafal. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih mushaf Al-Quran :

  • Hendaknya memilih mushaf yang berwarna terang dan tidak gelap.
  • Gunakan mushaf yang ayatnya tidak terpotong ketika ganti halaman.
  • Jangan memilih mushaf yang kecil untuk menghafal. Pilihlah mushaf yang ukuran minimal panjang nya kira-kira 18 cm dan lebarnya kira-kira 13 cm. Akan tetapi juga jangan terlalu besar dalam memilih mushaf.
  • Gunakanlah mushaf 15 baris yang biasa digunakan para santri tahfidz untuk menghafal.
  • Jangan gonta-ganti mushaf. Apabila ternyata mushafnya rusak maka gantilah dengan mushaf yang sama.
  • Adapun kriteria mushaf tersebut bisa kita jumpai pada Al-Quran mushaf madinah.

7. Berteman dengan Orang yang Sholih

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda yang artinya : “Seseorang itu sesuai dengan agama temannya, maka hendaknya salah seorang kalian melihat siapa yang dijadikan sebagai teman” (HR. Abu Dawud no. 4833)

Hadits tersebut menunjukkan bahwa kita diharuskan memilih dalam bergaul. Apabila kita bergaul dengan orang yang buruk maka buruklah kita. Sebaliknya apabila kita bergaul dengan orang yang baik maka baiklah kita.

Begitulah dalam menghafalkan Al-Quran. Hendaknya seorang penghafal Quran lebih selektif dalam memilih teman. Pilihlah teman yang sholih, bertakwa, dan sama-sama memiliki tujuan untuk hafal dan memahami seluruh isi Al-Quran. Dengan kita berteman dengan orang yang sholih maka akan ada seorang yang senantiasa mengingatkan kita dalam kebaikan, memberikan motivasi, dan saling berbagi dalam kebaikan.

Berteman dengan orang yang sholih akan membuat kita lebih mudah dan cepat dalam menghafalkan Al-Quran. Karena kita senantiasa termotivasi, sering diingatkan apabila melakukan kesalahan, dan saling berbagi tips dalam menghafal Al-Quran. Bahkan kita diperbolehkan iri dengan kesholihan teman kita sehingga membuat kita semakin termotivasi untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Rasulullah bersabda :

لاَ حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ القُرْآنَ، فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ النَّهَار

Tidak boleh iri kecuali kepada dua hal : Seorang yang diajarkan Al-Quran oleh Allah (hafal dan faham Al-Quran), dan ia senantiasa membacanya di malam dan siang hari


[HR. Bukhari no. 5026]

Demikianlah cara menghafal Al-Quran dengan cepat dan tidak mudah lupa. Semoga sedikit artikel ini memberikan manfaat kepada kita semua. Amin

Related Posts :

Doa Memohon Perlindungan Allah dari Setiap Kejelekan

Doa Memohon Perlindungan Allah

Termasuk bagian dari hikmah diciptakannya kejelekan adalah agar manusia senantiasa memohon perlindungan kepada Allah . Contoh umumnya adalah ketika kita hendak membaca Al-Quran. Sebelum kita membaca Al-Quran maka disitu Allah memerintahkan kita untuk meminta perlindungan dari godaan syetan.

Hal ini dikarenakan, mereka para syetan memiliki misi utama untuk menggoda anak Adam agar terjauh dari jalan yang lurus. Bisa saja syetan tersebut membuat kita tidak betah berlama-lama dengan Al-Quran. Atau bila kita tetap bertahan dari godaan syetan hingga bisa berlama-lama dengan Al-Quran maka syetan mencari cara lain, yaitu dengan menyimpangkan niat kita.

Oleh karena itu kita sebagai hamba-Nya hendaklah senantiasa memohon perlindungan kepada-Nya. Allah sendiri telah memerintahkan kepada Nabi- Nya untuk berlindung kepada Allah dari kejelekan yang diciptakan-Nya. Allah berfirman :

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ ١ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ ٢ وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ ٣ وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ ٤ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ࣖ ٥

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh) dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”


[QS. Al-Falaq ayat 1-5]

Berikut ini akan kami paparkan beberapa doa memohon perlindungan kepada Allah dari berbagai macam kejelekan.

Baca Juga : Doa Meminta Pertolongan Kepada Allah

Doa Memohon Perlindungan dari Sifat Pengecut dan Pikun

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ العُمُرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ

Allahumma inni a'udzuubika minal jubni, wa a'uudzubika an urodda ilaa ardzalil 'umur, wa a'uudzubika min fitnatid dunyaa, wa a'uudzubika min 'adzaabil qobri.

Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari sifat pengecut, dan aku berlindung pada-Mu apabila aku dikembalikan pada sehina-hinanya umur (pikun), dan aku berlindung pada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlindung padamu dari siksa kubur.


[HR. Bukhari no. 2822]

Doa Berlindung dari Sifat Lemah dan Malas

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ، وَالجُبْنِ وَالهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ

Allahumma innii a'uudzubika minal 'ajzi wal kasali, wal jubni wal haromi, wa a'uudzubuka min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa a'uudzubika min 'adzaabil qobri.

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung padamu dari sifat lemah dan malas, pengecut dan tua renta (pikun), dan aku berlindung pada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian, dan aku berlindung pada-Mu dari siksa kubur.


[HR. Bukhari no. 2833]

Doa Memohon Perlindungan dari Sifat Pengecut, Banyak Hutang, dan Kejahatan Orang

للَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَمِّ وَالحَزَنِ، وَالعَجْزِ وَالكَسَلِ، وَالبُخْلِ وَالجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ، وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

Allahumma innii a'uudzubika minam hammi wal hazani, wal 'ajzi wal kasali, wal bukhli wal jubni, wa dhola'iddaini, wa gholabatir rijaal

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung pada-Mu dari gelisah dan sedih, lemah dan malas, pelit dan pengecut, dan banyak hutang dan kejahatan orang lain.


[HR. Bukhari no. 2893]

Doa Berlindung Kepada Allah dari Sifat Pengecut

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ البُخْلِ

Allahumma innii a'uudzubika minal kasali, wa a'uudzubika minal jubni, wa a'uudzubika minal haromi, wa a'uudzubuka minal bukhli.

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung pada-Mu dari sifat pemalas, dan aku berlindung padamu dari sifat pengecut, dan aku berlindung padamu dari pikun, dan aku berlindung padamu dari sifat pelit.


[HR. Bukhari no. 6371]

Doa Berlindung dari Segala Kejelekan

اللهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ، وَرَبَّ الْأَرْضِ، وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، مُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ ذِي شَرٍّ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنِّي الدَّيْنَ، وَأَغْنِنِي مِنَ الْفَقْرِ

Allahumma robbis samaawaatis sab'I, wa robbil ardhi, wa robbi kulli syai'in, faaliqul habbi wan nawaa, munzilat taurooti wal injiili wal qur'aani, a'uudzubika min syarri kulli dzii syarrin anta aakhidzun binaashiyatihi, antal awwalu falaisa qoblaka syai'un, wa antal aakhiru falaisa ba'daka syai'un, wa antadz dzoohiru falaisa fauqoka syai'un, wa antal bathinu falaisa duunaka syaiun, iqdhi 'annid diina, wa aghninii minal faqri.

Ya Allah, rabbnya tujuh langit dan bumi, rabbnya segala sesuatu, yang membelah dan menumbuhkan biji-bijian, yang menurunkan taurat, injil dan al-Quran, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan segala yang memiliki kejelekan karena Engkaulah yang menggenggam segala sesuatu, Engkaulah yang Maha Awal maka tidak ada sesuatupun sebelum-Mu, Engkaulah yang Maha Akhir maka tidak ada sesuatupun setelah-Mu, dan Engkaulah yang Dzohir maka tidak ada sesuatupun di atas-Mu (menutupi-Mu) dan Engkaulah yang Bathin maka tidak ada sesuatupun yang tersembunyi oleh-Mu, lunasilah hutang-hutangku dan cukupkanlah aku dari kefakiran.


[HR. Ahmad no. 8960]

Doa Memohon Perlindungan Allah dari Fitnah Dajjal

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا، وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ المَأْثَمِ وَالمَغْرَمِ

Allahumma innii a'uudzubika min 'adzaabil qobri, wa a'uudzubika min fitnatil masiihid dajjaal, wa a'uudzubika min fitnatil mahyaa, wa fitnatil mamaati, allaahumma innii a'uudzubika minal ma'tsami wal maghrom.

Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan, dan fitnah kematian, ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari perbuatan dosa dan hutang.


[HR. Bukhari no. 832]

Doa Memohon Perlindungan dari Empat Hal

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ، وَمِنْ دُعَاءٍ لاَ يُسْمَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ، وَمِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَؤُلاَءِ الأَرْبَعِ

Allahumma innii a'uudzubika min qolbin laa yakhsya'u, wa min du'aain la yusma'u, wa min nafsin laa tasyba'u, wa min 'ilmin laa tanfa'u, wa a'uudzubika min haaulaail arba'.

Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khyusuk, dan dari doa yang tidak didengarkan, dan dari diri yang tidak pernah puas, dan dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan aku berlindung kepada-Mu dari empat hal tersebut.


[HR. Tirmidzi no. 3482]

Doa Berlindung dari Sifat-sifat Jelek

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَالْهَرَمِ، وَعَذَابِ الْقَبْرِ، اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَعِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَدَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا

Allaahumma innii a'uudzubika minal 'ajzi wal kasali, wal bukhli wal jubni, wal haromi, wa 'adzaabil qobri, Allahumma aati nafsii taqwaahaa, wa zakkihaa anta khoiru man zakkaahaa, anta waliyyuhaa wa maulaahaa, Allahumma innii a'uudzubika min qolbin laa yakhsya'u, wamin nafsin laa tasyba'u, wa ilmin laa yanfa'u, wa da'watin laa yustajaabu lahaa.

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas, pelit dan pengecut, pikun, dan siksa kubur. Ya Allah datangkanlah ketakwaan jiwaku, dan sucikanlah jiwaku karena Engkau sebaik-baiknya yang mensucikannya, engkaulah walinya dan kekasihnya. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyuk, dan dari hati yang tidak pernah puas, dan dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari doa yang tidak dikabulkan.


[HR. Nasa'i no. 5458]

Demikianlah doa-doa memohon perlindungan kepada Allah dari segala keburukan. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Related Posts :

Ciri-ciri Orang Bertaqwa Menurut Surat Al-Baqarah ayat 1 - 5

Ciri-ciri Orang Bertaqwa Menurut Surat Al-Baqarah ayat 1 - 5

Siapakah diantara kaum muslimin yang tidak kenal istilah takwa? Sering kali dalam khutbah seorang khatib selalu mewasiatkan untuk takwa kepada Allah. Sebenarnya, apa itu takwa??

A. Pengertian Takwa Secara Bahasa dan Istilah

Definisi takwa secara bahasa menurut kamus mu’jam al wasith adalah al khasyah dan al khauf yang artinya takut dan khawatir. Sedangkan secara istilah takwa yang akan kita bahas kali ini ialah takwa kepada Allah subhanahu wata’ala, yang artinya adalah takut kepada kepada Allah dengan senantiasa menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

Baca Juga 6 Hikmah Zakat dalam Kehidupan

B. Ciri-ciri Orang Bertakwa

Al-Quran telah banyak sekali menyebutkan dan membicarakan tentang siapa dan bagaimana ciri-ciri orang yang bertakwa. Berikut ini akan kami jelaskan ciri mereka yang terkandung dalam surat Al-Baqoroh ayat 1 – 5

1. Pedomannya Adalah Al-Quran

Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang apabila kita membacanya maka bernilai pahala. Ia merupakan pedoman utama bagi seluruh kaum muslimin. Di dalam kitab ini terdapat firman-firman Allah yang tidak ada sedikitpun keraguan di dalamnya. Semua ayat dalam Al-Quran adalah mutlak kebenarannya dan tidak ada kesalahan satupun.

Maka dari itu, termasuk ciri seorang muslim yang bertakwa ialah apabila ia menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk baginya. Allah berfirman :

الۤمّۤ ۚ ١ ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ ٢

Alif Lām Mīm.[1] Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,


[QS. Al-Baqarah ayat 1 - 2]

Al-Muttaqin yang di maksud dalam ayat tersebut adalah mereka yang khawatir akan hukuman dari Allah jika meninggalkan perintah dari-Nya dan senantiasa berharap pada rahmat Allah karena mengakui kebenaran segala apapun yang datang dari-Nya. Seperti apa yang ditafsirkan oleh Ibnu Abbas berikut ini yang termaktub dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir sebagai berikut:

الَّذِينَ يَحْذَرُونَ مِنَ اللَّهِ عُقُوبَتَهُ فِي تَرْكِ مَا يَعْرِفُونَ مِنَ الْهُدَى، وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ فِي التَّصْدِيقِ بِمَا جَاءَ بِهِ

Ialah orang-orang yang takut akan hukuman dari Allah karena meninggalkan petunjuk yang mereka ketahui, dan mengharapkan rahmat-Nya karena mengakui kebenaran apapun yang datang dari-Nya.


[Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Baqarah ayat 2]

2. Beriman dengan Hal Ghaib

Ciri-ciri kedua orang bertaqwa adalah beriman kepada yang ghaib. Disebutkan dalam firman Allah

الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ

(yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib


[QS. Al-Baqarah ayat 3]

Iman secara bahasa adalah membenarkan (Tashdiq) dan mengakui (Iqrar), sedangkan ghaib berarti tidak terlihat. Adapun yang dimaksud beriman kepada yang ghaib pada ayat tersebut adalah beriman kepada segala hal yang ghaib seperti beriman kepada Allah, malaikat, hari kiamat, dan lain sebagainya. Disebutkan dalam kitab tafsir :

آمَنُوْا بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، وَجَنَّتِهِ وَنَارِهِ وَلِقَائِهِ، وَآمَنُوا بِالْحَيَاةِ بَعْدَ الْمَوْتِ. فَهَذَا كُلُّهُ غَيْبٌ

Mereka beriman kepada Allah, malaikat-Nya, para utusan-Nya, hari kiamat, surga-Nya, neraka-Nya, bertemu dengan-Nya, dan beriman dengan kehidupan setelah kematian, yang mana itu semua merupakan perkara yang ghaib.


[Tafsir Ath-Thabari QS. Al-Baqarah ayat 3]

Beriman kepada Allah adalah mempercayai bahwa Allah itu Dzat yang Maha Wujud, Maha Esa baik itu dari segi uluhiyyah, rububiyyah, maupun asma’ wa sifat-Nya. Konsekuensi dari beriman kepada Allah adalah beriman kepada segala hal yang berasal dari-Nya, baik itu hal yang tampak maupun tidak tampak atau ghaib.

Maka dari itu, yang dikatakan orang yang beriman adalah orang yang beriman terhadap apa saja yang dikabarkan oleh Allah ta'ala dalam Al Quran melalui lisan Rasul-Nya seperti adanya malaikat, para utusan terdahulu, hari kiamat, surga, neraka, kehidupan setelah mati dan lain sebagainya.

Apabila ia hanya beriman pada Allah namun tidak beriman kepada apa yang datang dari-Nya maka ia tidak dikatakan beriman kepada Allah. Karena ia telah menafikan konsekuensi dari iman kepada Allah itu sendiri.

3. Mendirikan Shalat

Adapun ciri-ciri orang bertaqwa yang ketiga adalah bahwa ia senantiasa mendirikan sholat. Allah berfirman :

وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ

menegakkan salat


[QS. Al-Baqarah ayat 3]

Apabila kita memperhatikan firman Allah tentang perintah sholat maka kita akan mendapati kata "sholat" selalu didahului dan disandingkan dengan lafal : aqiimuu (arab : اَقِيْمُوا) atau yuqiimuuna (arab : يُقِيْمُوْنَ), dan sejenisnya yang artinya adalah “mendirikan” atau "menegakkan".

Jarang sekali bahkan mungkin tidak kita jumpai lafadz yang mengandung arti perintah sholat dalam Al-Quran langsung berbentuk fi'il amr, seperti : sholluu atau sholli, kecuali dalam shurat Al-Kautsar dimana makna perintah sholat yang dimaksud bukanlah sholat lima waktu yang diwajibkan, akan tetapi bermakna sholat idul adha.

Maka dari itu, firman Allah yang berkaitan dengan sholat menunjukkan bahwa sholat itu bukan hanya sekedar dikerjakan. Akan tetapi sholat itu harus didirikan atau ditegakkan (Iqoomussholah). Apa yang dimaksud dengan menegakkan sholat? Ibnu Abbas mengatakan :

إِقَامَةُ الصَّلَاةِ: تَمَامُ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَالتِّلَاوَةِ وَالْخُشُوعِ وَالْإِقْبَالِ عَلَيْهَا فِيهَا

Menegakkan shalat adalah menyempurnakan rukuk, sujud, bacaan, khusyuk, dan menghadirkannya di dalam shalat.


[Tafsir Ath-Thabari QS. Al-Baqarah ayat 3]

Telah jelas perkataan Ibnu Abbas tersebut bahwa mendirikan shalat itu berbeda dengan sekedar mengerjakannya. Mendirikan sholat itu mencangkup setiap kesempurnaan seseorang ketika melaksanakannya.

Oleh karena itu, termasuk ciri orang-orang yang bertakwa ialah seorang yang berusaha untuk sempurna tatkala melaksanakan shalatnya. Baik itu ketika berdiri, rukuk, sujud maupun kekhusyukannya.

Ketika rukuk, mereka benar-benar berusaha menjadikan rukuknya sesempurna mungkin sebagaimana apa yang diajarkan oleh Rasulullah

Ketika sujud, maka dengan segenap kemampuannya ia berusaha agar seluruh anggota badan mereka bersujud kepada Allah dengan sempurna.

Bacaan ayat Al-Quran, doa-doa, dan pujian-pujian yang mereka ucapkan dalam shalat juga diucapkan dengan benar disertai penghayatan yang mendalam terhadap apa yang mereka ucapkan.

Pikiran dan hati mereka senantiasa fokus, khusyuk dan tidak teralihkan terhadap hal-hal lain diluar sholat. Ketika syaitan membisikkan waswas ke dalam hatinya maka mereka berusaha melawan dan menolaknya agar kembali pada kekhusyukannya.

Itulah ciri orang bertakwa yang sesungguhnya ketika melaksanakan shalatnya.

Baca Juga : Ciri Orang Munafik dalam Al Quran yang Kekal di Neraka

4. Menginfakkan Sebagian Rezeki

Ciri orang yang taqwa selanjutnya adalah menginfaqkan sebagian rezeki yang mereka miliki. Allah berfirman :

وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ

dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka


[QS. Al-Baqarah ayat 3]

Sesungguhnya hakikat rezeki adalah pemberian dari Allah. Termasuk diantara ciri orang-orang yang bertakwa yaitu mereka akan senantiasa menginfakkan rezeki yang mereka miliki karena mereka mengetahui bahwa hakikatnya harta itu bukan miliknya. Mereka meninfaqkan sebagian rezekinya semata-mata hanya karena ingin mengharap kedekatan diri kepada Allah

Di zaman Rasulullah tatkala ayat ini diturunkan, belum disebutkan ketentuan jumlah harta yang harus infaqkan dan kepada siapa harta tersebut diserahkan. Sehingga ayat ini difahami para sahabat bahwa yang dimaksud ayat ini adalah menginfaqkan harta kepada keluarganya. Mereka para sahabat yang memiliki ketakwaan yang tinggi tentu akan berlomba-lomba untuk memperbanyak infak dari rezeki yang mereka peroleh bahkan sampai hampir menghabiskannya. Lalu setelah surat At-Taubah ayat 60 turun maka mulailah ada kewajiban zakat dengan ketentuan jumlah harta yang ditetapkan dan kepada siapa harta tersebut diserahkan.

Namun, menurut Ibnu Jarir Ath-Thobari ayat ini bermakna umum yaitu bisa nafkah dan juga zakat. Maka dari itu, berdasarkan ayat ini dapat kita ambil pengertian bahwa orang-orang yang bertakwa memiliki ciri khas yaitu selalu menginfaqkan atau menafkahkan hartanya kepada yang berhak mendapatkan nafkahnya; seperti keluarga, anak-anak, orang tua, istri dan lain sebagainya. Ia juga senantiasa mendatangkan kewajiban-kewajiban yang berkenaan dengan hartanya baik itu zakat maupun nafkah.

5. Beriman kepada Kitab-kitab Allah

Ciri berikutnya dari orang yang bertakwa adalah ia beriman kepada kitab-kitabnya Allah. Allah berfirman :

وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ

dan mereka yang beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau


[QS. Al-Baqarah ayat 4]

Manusia adalah makhluk lemah yang tidak mengetahui kebenaran tanpa ada yang menunjukkannya. Maka dari itu agar mereka mengetahui kebenaran, Allah mengutus diantara para hamba-Nya untuk menjadi seorang Rasul. Mereka diutus oleh Allah dengan membawa kitab yang berisi kebenaran dari Allah. Diantara kitab yang telah diturunkan oleh Allah ialah Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud , Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa , Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa , dan Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad .

Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman kepada semua kitab tersebut dan mengakui kebenar pada kitab-kitab tersebut bahwa datangnya adalah benar dari Allah . Orang yang bertakwa tidak membeda-bedakan semua kitab tersebut dan tidak pula membanding-bandingkannya, karena turunnya adalah benar-benar dari Allah . Ibnu Abbas mengatakan :

يُصَدِّقُونَكَ بِمَا جِئْتَ بِهِ مِنَ اللَّهِ جَلَّ وَعَزَّ، وَمَا جَاءَ بِهِ مِنْ قَبْلِكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ، لَا يُفَرِّقُونَ بَيْنَهُمْ وَلَا يَجْحَدُونَ مَا جَاءُوهُمْ بِهِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِمْ

Mereka membenarkanmu (Muhammad) dengan kitab yang engkau bawa dari Allah azza wa jalla, dan kitab yang dibawa oleh para utusan sebelummu. Mereka tidak membeda-bedakan diantara mereka, dan mereka tidak membantah kitab dari sisi Tuhan mereka yang datang kepada mereka.


[Tafsir Ath-Thobari QS. Al-Baqarah ayat 4]

Lalu mengapa saat ini ada yang memperdebatkan antara kitab Al-Quran dengan kitab yang lainnya?

Jawabannya adalah : karena kitab selain Al-Quran yang beredar saat ini bukan berasal dari Allah.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa para ahli kitab banyak yang merubah-rubah isi kitab Allah. Maka dari itu, kita tidak dapat mengatakan bahwa mereka sedang membanding-bandingkan kitab Al-Quran dengan kitab Allah yang lain. Karena yang sedang mereka bandingkan adalah kitab Al-Quran dengan kitab palsu yang mereka klaim berasal dari Allah.

Hal ini menunjukkan bahwa ternyata tidak semua kitab-kitab tersebut terjaga keontentikannya sampai saat ini. Banyak diantara orang-orang fasik yang sengaja mengubah dan menghilangkan sebagian dari isi kitab tersebut. Sehingga kitab-kitab yang dijumpai saat ini tidak bisa kita katakan 100% berasal dari Allah karena ada campur tangan manusia di dalamnya.

Adapun kitab yang sampai saat ini masih terjaga keasliannya dan tidak ada satu hurufpun yang dirubah oleh manusia dan murni keasliannya dari Allah adalah kitab Al-Quran Al-Karim.

6. Meyakini Keberadaan Akhirat

Ciri yang keenam dari orang yang bertakwa adalah meyakini akan keberadaan adanya akhirat. Allah berfirman :

وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ

dan mereka yakin akan adanya akhirat.


[QS. Al-Baqarah ayat 4]

Akhirat adalah hari dimana seluruh manusia dikumpulkan untuk diberikan keadilannya. Semua hak anak Adam yang tidak diselesaikan di dunia akan diselesaikan di akhirat. Setiap orang yang dzalim akan rugi karena pahalanya akan diberikan kepada orang yang didzalimi. Setelah semua tuntutan sesama anak Adam selesai maka amalan mereka akan ditimbang oleh Allah. Barang siapa yang amalan baiknya lebih berat dari pada amalan buruknya maka surgalah tempatnya. Dan barang siapa yang amalan jeleknya lebih berat dari pada amalan baiknya maka nerakalah tempatnya.

Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman terhadap kabar akan adanya akhirat. Mereka meyakini dengan sepenuh hati bahwa akhirat itu benar-benar ada sebagaimana mereka meyakini bahwa diri mereka itu ada. Ibnu Abbas mengatakan :

بِالْبَعْثِ وَالْقِيَامَةِ وَالْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَالْحِسَابِ وَالْمِيزَانِ، أَيْ لَا هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا كَانَ قَبْلَكَ وَيَكْفُرُونَ بِمَا جَاءَكَ مِنْ رَبِّكَ

(mereka yakin) dengan kebangkitan, kiamat, surga, neraka, perhitungan amal, timbangan amal. Maksudnya mereka bukanlah orang-orang yang menyangka bahwa mereka beriman pada apa yang ada sebelummu (Muhammad) akan tetapi tidak mau beriman dengan apa yang datang kepada engkau dari tuhanmu.


[Tafsir Ath-Thobari QS. Al-Baqarah ayat 4]

Ringkasan

  • Orang yang bertakwa adalah orang yang takut kepada Allah dan selalu mengharapkan rahmat-Nya.
  • Al-Quran adalah petunjuk. Namun akan benar-benar menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.
  • Orang yang bertakwa meyakini bahwa hal yang ghaib itu ada walaupun mereka tidak pernah melihatnya.
  • Orang yang bertakwa senantiasa berusaha menyempurnakan dan menegakkan shalatnya.
  • Rizki yang pada hakikatnya adalah pemberian dari Allah akan selalu dinafkahkan sebagiannya karena mencari ridha dari Allah.
  • Orang yang bertakwa adalah orang yang mengimani seluruh apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan apa yang diturunkan kepada rasul-rasul alaihis salam sebelum Nabi Muhammad .
  • Orang yang bertakwa sangatlah yakin dengan keberadaan hari akhir.

Related Posts :

Doa Meminta Pertolongan Kepada Allah dari Segala Hal

Doa Meminta Pertolongan Kepada Allah

Manusia adalah makhluk Allah yang sangat lemah. Apabila kita mau melihat makhluk Allah yang lain, baik itu makhluk hidup maupun yang tidak hidup, maka kita akan mendapati betapa besar dan kuatnya makhluk tersebut.

Gunung-gunung yang sangat besar dan kokoh, lautan yang begitu luas, langit yang ditinggikan tanpa adanya tiang, dan bumi yang terhampar seluas mata memandang menunjukkan betapa luar biasanya makhluk Allah.

Seandainya gunung-gunung memuntahkan isi perutnya dan bumi menggoncangkan badannya niscaya manusia hanya bisa lari ketakutan. Itulah menunjukkan betapa lemahnya manusia. Allah ta'ala berfirman :

وَخُلِقَ الْإِنسَانُ ضَعِيفًا

dan manusia itu diciptakan bersifat lemah


[QS. An-Nisa' ayat 28]

Namun, betapa sombongnya manusia di bumi ini apabila mereka ditimpa musibah tetapi tidak mau meminta pertolongan kepada Allah. Padahal kesombongan itu akan menjadikan manusia sebagai penghuni neraka jahannam.

Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖ

Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”


[QS. Ghafir ayat 60]

Ayat tersebut dengan tegas bahwa Allah memerintahkan kepada kita untuk berdoa kepadanya. Dan doa adalah bagian dari ibadah kepada Allah.

Allah mengatakan dalam ayat tersebut bahwa barang siapa yang sombong sehingga ia tidak mau berdoa dan beribadah kepada-Nya maka ia akan dimasukkan kedalam neraka Jahannam dalam keadaan hina.

Maka sepantasnya kita sebagai manusia hendaklah meminta pertolongan kepada Allah dalam segala urusan. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda kepada ibnu Abbas :

وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

ketika engkau meminta pertolongan, maka mintalah pada Allah


[HR. Tirmidzi]

Berikut ini beberapa doa meminta pertolongan kepada Allah yang diambil dari Al-Quran dan Al-Hadits yang diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam kepada kita :

Doa Meminta Pertolongan Agar Diselamatkan dari Kaum Kafir

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَاِسْرَافَنَا فِيْٓ اَمْرِنَا وَثَبِّتْ اَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

Robbanaghfirlanaa dzunubanaa wa isroofanaa fii amrinaa wa tsabbit aqdaamanaa wanshurnaa 'alal qoumil kaafiriin.

“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.


[QS. Ali Imron ayat 147]

قَالَ رَبِّ انْصُرْنِيْ عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِيْنَ

Robbinshurnii 'alal qoumil mufsidiin

“Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu.”


[QS. Al-Ankabut ayat 30]

رَبَّنَآ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّثَبِّتْ اَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ۗ

Robbanaa afrigh 'alainaa shobron wa tsabbit aqdaamanaa wanshurnaa 'alal qoumil kaafiriin

“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami, dan menangkanlah kami atas kaum yang kafir.”


[QS. Al-Baqarah ayat 250]

Doa Meminta Pertolongan dari Segala Hal dan Meminta Petunjuk

رَبِّ أَعِنِّي وَلَا تُعِنْ عَلَيَّ، وَانْصُرْنِي وَلَا تَنْصُرْ عَلَيَّ، وَامْكُرْ لِي وَلَا تَمْكُرْ عَلَيَّ، وَاهْدِنِي وَيَسِّرْ هُدَايَ إِلَيَّ، وَانْصُرْنِي عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيَّ، اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي لَكَ شَاكِرًا، لَكَ ذَاكِرًا، لَكَ رَاهِبًا، لَكَ مِطْوَاعًا إِلَيْكَ، مُخْبِتًا، أَوْ مُنِيبًا، رَبِّ تَقَبَّلْ تَوْبَتِي، وَاغْسِلْ حَوْبَتِي، وَأَجِبْ دَعْوَتِي، وَثَبِّتْ حُجَّتِي، وَاهْدِ قَلْبِي، وَسَدِّدْ لِسَانِي، وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ قَلْبِي

Robbi a'inni walaa tu'in 'alayya, wanshurnii walaa tanshur 'alayya, wamkur lii walaa tamkur 'alayya,
wahdinii wa yassir hudaaya ilayya, wanshurnii 'alaa man baghoo 'alayya,
allaahummaj'alnii laka syaakiron, laka dzaakiron, laka roohiban, laka muthii'an ilaika, mukhbitan, au muniiban,
robbi taqobbal taubatii, waghsil haubatii, wa ajib da'watii, wa tsabbit hujjatii, wahdi qolbii, wa saddid lisanii, waslul sakhiimata qolbii

Wahai Rabbku bantulah aku dan janganlah Engkau bantu untuk memberatkanku, tolonglah aku dan janganlah Engkau menolong untuk memusuhiku, dan lakukanlah tipu daya untuk (menyelamatkan)ku dan janganlah Engkau membuat tipu daya untuk mencelakakanku,
tunjukkanlah aku dan mudahkanlah petunjukku itu kepadaku, dan tolonglah aku untuk mengalahkan orang yang berbuat lalim kepadaku.
Ya Allah, jadikanlah aku orang yang bersyukur, berdzikir, takut, dan taat kepada-Mu, dan jadikanlah orang yang tunduk atau bertaubat.
Wahai Rabbku, terimalah taubatku, hilangkanlah kegelisahanku/bersihkanlah dosaku, kabulkanlah doaku, teguhkanlah hujjahku, tunjukkanlah hatiku, luruskanlah lisanku, dan cabutlah kedengkian hatiku.


[HR. Abu Dawud]

رَبِّ أَعِنِّي وَلَا تُعِنْ عَلَيَّ، وَانْصُرْنِي وَلَا تَنْصُرْ عَلَيَّ، وَامْكُرْ لِي وَلَا تَمْكُرْ عَلَيَّ، وَاهْدِنِي وَيَسِّرِ الهُدَى لِي، وَانْصُرْنِي عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيَّ، رَبِّ اجْعَلْنِي لَكَ شَكَّارًا، لَكَ ذَكَّارًا، لَكَ رَهَّابًا، لَكَ مِطْوَاعًا، لَكَ مُخْبِتًا، إِلَيْكَ أَوَّاهًا مُنِيبًا، رَبِّ تَقَبَّلْ تَوْبَتِي، وَاغْسِلْ حَوْبَتِي، وَأَجِبْ دَعْوَتِي، وَثَبِّتْ حُجَّتِي، وَسَدِّدْ لِسَانِي، وَاهْدِ قَلْبِي، وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ صَدْرِي

Robbi a'inni walaa tu'in 'alayya, wanshurnii walaa tanshur 'alayya, wamkur lii walaa tamkur 'alayya,
wahdinii wa yassiril hudaa lii, wanshurnii 'alaa man baghoo 'alayya,
rabbij'alnii laka syaakiron, laka dzaakiron, laka rohhaban, laka muthii'an, laka mukhbitan, ilaika awwaahan muniiban,
robbi taqobbal taubatii, waghsil haubatii, wa ajib da'watii, wa tsabbit hujjatii, wa saddid lisanii, wahdi qolbii,waslul sakhiimata shodrii

Wahai Rabbku bantulah aku dan janganlah Engkau bantu untuk memberatkanku, tolonglah aku dan janganlah Engkau menolong untuk memusuhiku, dan lakukanlah tipu daya untuk (menyelamatkan)ku dan janganlah Engkau membuat tipu daya untuk mencelakakanku,
tunjukkanlah aku dan mudahkanlah petunjuk itu untukku, dan tolonglah aku untuk mengalahkan orang yang berbuat lalim kepadaku.
Wahai Rabbku, jadikanlah aku orang yang bersyukur, berdzikir, takut, taat kepada-Mu, orang yang tunduk pada-Mu, bertaubat kepada-Mu.
Wahai Rabbku, terimalah taubatku, hilangkanlah kegelisahanku/bersihkanlah dosaku, kabulkanlah doaku, teguhkanlah hujjahku, luruskanlah lisanku, tunjukkanlah hatiku, dan cabutlah kedengkian hatiku.


[HR. Tirmidzi]

Berdoa Meminta Pertolongan Agar Bisa Bersyukur, Berdzikir, dan Memperbaiki Ibadah

رَبِّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Rabbi a'inni 'ala dzikrika wasyukrika wa husni 'ibadatik.

Wahai Rabbku tolonglah aku agar bisa meningat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbaiki ibadah kepada-Mu.


[HR. An-Nasa'i]

اللهُمَّ أَعِنَّا عَلَى شُكْرِكَ، وَذِكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Allaahumma a'innaa 'ala syukrika, wa dzikrika, wa husni ibaadatika

Ya Allah, tolonglah aku agar bisa bersyukur pada-Mu, mengingat-Mu, dan memperbaiki ibadah kepada-Mu.


[HR. Ahmad]

Demikianlah artikel Doa Meminta Pertolongan Kepada Allah yang kami paparkan. Semoga bermanfaat. Amiin.

Related Posts :

Adab Menuntut Ilmu dalam Islam dan Dalilnya

Adab Menuntut Ilmu dalam Islam dan Dalilnya

Sebagai seorang muslim kita telah diwajibkan untuk menuntut ilmu. Tanpa adanya ilmu maka kita tidak akan bisa mengetahui bagaimana cara beribadah yang benar sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Ibadah tanpa ilmupun juga sesuatu yang tidak dibenarkan. Karena Allah sendiri telah melarang hambanya untuk mengamalkan suatu peribadatan tanpa mengetahui dasar ilmunya.

Bahkan Allah akan mempertanyakan apa yang kita perbuat apabila kita mengamalkan suatu peribadatan tanpa dasar ilmu. Namun, ilmu tidak akan bisa membuahkan keberkahan dan manfaat tatkala kita tidak menerapkan adab-adab menuntut ilmu. Maka sepantasnya seorang thalibul ilmi untuk mempelajari dan mengamalkan tata krama dan adab menuntut ilmu.

Berikut ini beberapa penjelasan adab menuntut ilmu yang hendaknya kita amalkan :

A. Niat Ikhlas Karena Allah

Ikhlas adalah membersihkan niat dari perhatian dan pengharapan kepada makhluk ketika beramal. Belajar atau menuntut ilmu adalah perbuatan amal dan merupakan bagian dari perbuatan ketaatan kepada Allah. Maka hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam menuntut ilmu adalah meluruskan niat ikhlas karena Allah. Ketika kita sedang duduk bersama ulama’ untuk memperoleh ilmu maka hendaknya tidak mencari-cari cara agar diperhatikan.

Fokuskanlah niat hanya untuk mendapatkan pahala dan perhatian dari Allah semata. Karena amalan yang tidak bersih dari niat yang menyimpang tidak akan diterima oleh Allah.

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: أَرَأَيْتَ رَجُلًا غَزَا يَلْتَمِسُ الْأَجْرَ وَالذِّكْرَ، مَالَهُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا شَيْءَ لَهُ. فَأَعَادَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، يَقُولُ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا شَيْءَ لَهُ. ثُمَّ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا، وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

Dari Abu Umamah al-Bahaliy, berkata : Seorang laki-laki datang pada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, lalu berkata : “Bagaimana pendapatmu apabila ada seorang yang berperang mengharapkan upah dan pujian? Apakah ia mendapat pahala?” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Dia tidak mendapatkan apapun.” Lalu ia mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda padanya : “Ia tidak mendapatkan apapun.” Kemudian beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan kecuali ia melaksanakannya dengan ikhlash dan mengharapkan wajah-Nya.”


[HR. Nasa’i no. 3140]

Hadits tersebut memberikan pelajaran berharga kepada kita bahwa amalan sebesar apapun yang apabila tidak dibersihkan dari niat selain Allah, maka akan sia-sia dan tidak membuahkan hasil. Seorang thalibul ilmi hendaknya berusaha membersihkan hati dari keinginan dipuji karena kepintarannya atau memperoleh upah, baik itu berupa harta, nilai, ataupun penghargaan lainnya.

Namun sayang seribu sayang, banyak saat ini penuntut ilmu yang belajar hanya untuk mencari ijazah, gelar, ataupun nilai. Tatkala nilainya buruk atau tidak berhasil memperoleh ijazah maka dirinya merasa rugi, stres, dan malu. Akan tetapi tatkala ia tidak mendapatkan manfaat dari ilmunya justru sama sekali tidak merasa rugi dan malu. Padahal tujuan dari belajar adalah memperoleh ilmu yang memberikan manfaat dan hikmah dalam kehidupan.

B. Mendengarkan dan Memperhatikan

Termasuk adab menuntut ilmu terhadap guru yang sering sekali diremehkan oleh para pencari ilmu ialah mendengarkan dan memperhatikan ketika muallim memberikan penjelasan. Padahal kebermanfaatan dan keberkahan ilmu yang diperoleh seorang thalib adalah dengan mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru.

Memperhatikan dan mendengarkan pelajaran adalah adab yang dicontohkan oleh para sahabat ketika mereka belajar ilmu dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Sampai-sampai saking besarnya perhatian mereka kepada Rasulullah seakan seperti ada burung yang hinggap dikepala mereka.

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ شَرِيكٍ، قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَإِذَا أَصْحَابُهُ كَأَنَّمَا عَلَى رُءُوسِهِمْ الطَّيْرُ

Dari Usamah bin Syarik, ia berkata : “Aku mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, saat itu para sahabatnya terlihat seakan ada burung di atas kepalanya.”


[HR. Ahmad no. 18453]

C. Tidak Mengharapkan Dunia dari Ilmunya

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menambahkan ketakwaan kita kepada Allah. Dengan ketakwaan itulah maka kita bisa meraih ridha dari Allah. Apabila Allah sudah ridha kepada kita maka tidak perlu kita mengkhawatirkan kehilangan dunia. Maka dari itulah penuntut ilmu hendaknya tidak mengharapkan dunia dari ilmunya.

مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ ۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.


[Q.S Asy-Syuraa ayat 20]

Ketika kita mengharapkan akhirat dari ilmu yang kita miliki maka Allah akan memberikan akhirat kepadanya beserta dunia sebagai bonus baginya. Akan tetapi apabila kita mngharapkan dunia dari ilmu yang kita miliki maka Allah berikan dunia saja tanpa bagian akhirat. Maka dari itu sepantasnya seorang thalibul ilmi hanya mengharapkan akhirat dari ilmunya. Imam Nawawi rahimahullah dalam kitab At-Tibyan fi Adab Hamalatil Quran mengatakan :

وينبغي أن لا يقصد به توصلا إلى غرض من أغراض الدنيا من مال أو رياسة أو وجاهة أو ارتفاع على أقرانه أو ثناء عند الناس أو صرف وجوه الناس إليه أو نحو ذلك

Dan sepantasnya seseorang tidak memiliki tujuan dengan ilmu yang dimilikinya untuk mencapai kesenangan dunia berupa harta atau ketenaran, kedudukan, keunggulan atas orang-orang lain, pujian dari orang banyak atau ingin mendapatkan perhatian orang banyak dan semisalnya.


[At-Tibyan fi Adab Hamalatil-Quran]

Diriwayatkan pula dari hadits yang shahih bahwa seorang yang mencari ilmu dengan mengharapkan dunia dari ilmunya maka ia tidak akan mencium bau surga

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا، لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Barang siapa yang menuntut ilmu yang seharusnya ia mengharapkan wajahnya Allah azza wajalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan dunia maka ia tidak akan menjumpai baunya surga di hari kiamat.


[HR. Abu Dawud no. 3364]

D. Mengamalkan Ilmu

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan. Dan tidaklah dikatakan seorang ‘alim atau berilmu melainkan ia adalah orang yang mencocoki terhadap ilmunya. Ali bin Abu Thalib berpesan kepada para penuntut ilmu bahwa hendaknya mereka mengamalkan ilmu yang mereka peroleh. Sebagaimana riwayat yang dinukil dari sunan Ad-Darimi :

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: يَا حَمَلَةَ الْعِلْمِ اعْمَلُوا بِهِ، فَإِنَّمَا الْعَالِمُ مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ وَوَافَقَ عِلْمُهُ عَمَلَهُ، وَسَيَكُونُ أَقْوَامٌ يَحْمِلُونَ الْعِلْمَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ، يُخَالِفُ عَمَلُهُمْ عِلْمَهُمْ، وَتُخَالِفُ سَرِيرَتُهُمْ عَلَانِيَتَهُمْ، يَجْلِسُونَ حِلَقًا فَيُبَاهِيَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا، حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لَيَغْضَبُ عَلَى جَلِيسِهِ أَنْ يَجْلِسَ إِلَى غَيْرِهِ وَيَدَعَهُ، أُولَئِكَ لَا تَصْعَدُ أَعْمَالُهُمْ فِي مَجَالِسِهِمْ، تِلْكَ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى

Dari Ali radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “Wahai orang-orang yang berilmu, beramallah dengan ilmumu. Sesungguhnya orang yang berilmu adalah orang yang mengamalkan ilmunya dan ilmunya sesuai amalannya. Akan ada kaum-kaum yang mereka memiliki ilmu tetapi tidak sampai pada tenggorokan mereka. Perbuatan mereka menyelisihi ilmunya dan batin mereka menyelisihi dhohirnya. Mereka duduk pada suatu halaqoh lalu saling membanggakan antara satu dengan yang lainnya. Sampai-sampai ada seorang yang marah kepada kawan duduknya (muridnya) karena ia belajar pada yang lain dan meninggalkannya. Mereka itulah orang-orang yang amalannya tidak sampai kepada Allah ta’ala.”


[HR. Ad-Darimiy no. 394]

Lihatlah betapa indahnya ungkapan Ali bin Abu Thalib kepada para penuntut ilmu. Beliau berpesan kepada para thalib untuk mengamalkan ilmu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita melihat para penuntut ilmu saat ini justru mereka saling membanggakan ilmunya. Banyaknya ilmu malah tidak menjadikan bermanfaat bagi dirinya sama sekali.

Berapa banyak diantara para penuntut ilmu yang sudah hafal Al-Quran, memahami tafsirnya, mempelajari kitab-kitab hadits, mempelajari puluhan bahkan ratusan kitab fiqih akan tetapi lebih banyak ilmu yang dibanggakannya dari pada yang diamalkan.

Maka dari itu, sepantasnya bagi para penuntut ilmu hendaknya ia mengamalkan ilmunya dengan segenap kemampuannya.

Demikianlah sedikit penjelasan mengenai adab menuntut ilmu bagi para pencari ilmu. Semoga bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Amiin

Related Posts :

Nasehat Rasulullah Untuk Istri dan Para Wanita

Nasehat Untuk Istri

Wanita memiliki kedudukan yang mulia di dalam agama Islam. Semua itu terbukti dari syariat-syariat Islam yang mengatur mereka dalam kehidupan. Wanita diperintahkan untuk menutup auratnya agar tidak sembarang orang melihat semaunya. Mereka juga diperintahkan untuk lebih banyak di rumah dari pada keluar. Semua itu bukan karena mereka diintimidasi oleh syariat, melainkan mereka dimuliakan sebagaimana permata yang tersimpan di tempat yang terjaga.

Menikahi wanita adalah salah satu wujud penghormatan seorang lelaki kepada wanita. Dengan menikah, maka ia telah diberikan jaminan berupa nafkah oleh suaminya. Baik itu nafkah yang lahir maupun batin. Tatkala seorang wanita sudah dinikahi oleh seorang lelaki maka statusnya sudah menjadi seorang Istri. Seorang Istri dituntut untuk menunaikkan kewajibannya serta mendatangkan hak-haknya suami.

Sayangnya, apabila kita melihat fakta lapangan justru banyak sekali istri-istri yang tidak menjalankan kewajiban dan haknya suami. Parahnya istilah “suami takut istri” justru dianggap sebagai hal yang biasa. Padahal istilah tersebut sangatlah berbahaya bagi kehidupan rumah tangga. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka terhadap agama yang mengatur segala aspek kehidupan.

Berikut ini sedikit nasehat bijak untuk istri agar dengan nasehat ini Allah berikan hidayah kepada dirinya.

Jadikan Suami Sebagai Pemimpin

Aneh bin aneh adalah ketika istri menyuruh-nyuruh suaminya layaknya seorang pembantu. Padahal kedudukan suami adalah sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.


(Q.S An-Nisa’ : 34)

Ayat tersebut telah jelas menunjukkan bahwa suami adalah pemimpin bagi istri-istrinya. Bahkan disitu Allah memberikan hak kepada suami untuk memukul istrinya apabila sang istri sudah benar-benar keterlaluan melanggar ketentuan Allah, seperti berzina misalnya.

Istri tidak selayaknya untuk menukar kedudukan suami sebagai pemimpin. Seorang istri boleh meminta tolong kepada suaminya, akan tetapi seorang istri tidak boleh menyuruh suami layaknya seorang pembantu.

Secara tersirat ayat ini memberikan nasehat yang mulia kepada seorang istri bahwa selayaknya ia menjadikan suaminya sebagai pemimpin, penuntun, pembimbing, peramut, pelindung, pengayom, dan tempat meminta kasih sayang. Apabila seorang istri sudah bisa menjadikan suaminya seperti itu maka sungguh ia telah benar-benar menjadi seorang wanita yang shalihah.

Selain itu, ayat tersebut juga menunjukkan bahwa besarnya kedudukan dan hak seorang suami. Karena besarnya hak suami Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallampun bersabda :

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada seorang yang lain, niscaya aku perintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya”


(HR. Tirmidzi : 1159)

Tiga Nasehat Nabi Untuk Istri dan Wanita

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ؟ قَالَ: الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ditanya : “Manakah wanita yang terbaik?” Beliau menjawab : “Yaitu wanita yang menyenangkan ketika dipandang suaminya, taat ketika diperintah suaminya, dan tidak menyelisihi suami yang berkaitan tentang dirinya dan hartanya dengan apa yang dibenci suaminya.”


(HR. Nasaiy : 3231)

Nasehat Pertama : Menyenangkan Ketika Dipandang

Perhiasan dunia yang paling indah bagi lelaki adalah istri yang shalihah. Tetapi ia akan menjadi pemandangan yang paling buruk ketika suami tidak merasa senang saat memandangnya. Itulah mengapa wanita yang terbaik adalah istri yang menyejukkan ketika di pandang oleh suaminya.

Sayangnya, kenyataan justru malah sebaliknya. Istri zaman sekarang lebih banyak enak dipandang ketika dilihat lelaki lain. Ia bersolek agar dianggap cantik oleh lelaki selain suaminya.

Akan tetapi ketika di rumah justru penampilannya bagaikan kapal yang hancur karena diombang-ambing oleh ombak. Suaminya yang seharusnya berhak menikmati keindahan dan kecantikan istrinya, malah dirampas oleh lelaki lain.

Tanpa rasa malu, bahkan dengan sengaja ia menyerahkan kecantikannya untuk lelaki selain suaminya. Selain itu, saat ini juga banyak dijumpai diantara para istri yang bersolek, berswafoto, dan memamerkan swafoto terbaiknya di media sosial.

Tanpa sadar ia telah memberikan kecantikannya kepada orang yang tidak berhak menikmatinya. Itulah mengapa wanita seperti itu disebut seburuk-buruknya istri. Naudzubillahi min dzalik.

Adapun nasehat untuk engkau para istri disini adalah hendaknya engkau hentikan perilaku kejimu itu, dimana engkau berikan kecantikanmu kepada orang yang tidak berhak menikmatinya.

Alihkanlah kecantikan rupa, keindahan tubuhmu, kemuliaan akhlakmu hanya untuk sang suami tercinta. Tunjukkanlah betapa besarnya rasa cintamu pada suami sebagaimana cintanya sayyidah Khodijah radhiyallahu 'anha kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Apabila engkau mengamalkan nasehat ini, maka demi Allah suamimu akan semakin mencintaimu dan (Insya Allah) enggan untuk berpoligami.

Nasehat Kedua : Taat Ketika Diperintah

Ibarat pasukan perang yang dipimpin oleh seorang panglima, maka panglima itulah yang memiliki hak untuk memberikan perintah dan mengambil keputusan. Sementara tugas prajurit hanyalah mentaati apa yang diperintahkan oleh panglimanya. Bahkan apapun yang diperintahkan oleh panglima maka hendaknya ditaati walaupun harus mengorbankan nyawa.

Begitulah kedudukan suami dalam rumah tangga. Ia merupakan sosok pemimpin yang wajib ditaati oleh seorang istri. Apapun perintahnya, selama tidak keluar dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya maka sang istri wajib mentaati perintahnya.

Bahkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berpesan, ketika suami meminta seorang istri untuk melayani kebutuhan biologisnya maka sang istri DIWAJIBKAN melayaninya walaupun sedang dalam keadaan sibuk dan tidak ada udzur.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِذَا الرَّجُلُ دَعَا زَوْجَتَهُ لِحَاجَتِهِ فَلْتَأْتِهِ، وَإِنْ كَانَتْ عَلَى التَّنُّورِ

“Jika seorang suami mengajak istrinya untuk memenuhi hasratnya maka hendaknya ia mendatanginya, walaupun ia sedang berada di dapur.”


(HR. Tirmidzi : 1160)

Maka nasehat bagi engkau para istri disini adalah hendaknya engkau taati perintah suamimu. Apabila engkau mentaati suamimu, maka Allah memberikan bonus berupa surga kelak di hari kiamat.

Perhatikanlah hadits Nabi di bawah ini:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

Dari Abdurrahman bin Auf, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ketika seorang wanita sholat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga farjinya, dan taat kepada suaminya, maka ia akan dikatakan (dihari kiamat) : “Masuklah ke dalam surga dari manapun pintu yang engkau mau.”


(HR. Ahmad : 1661)

Nasehat Ketiga : Tidak Menyelisihi Suami

Inilah pesan beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam yang begitu indah. Karena kemuliaan seorang suami, sang istri dituntut untuk tidak menyelisihi suaminya dalam diri dan hartanya. Maka seorang istri hendaknya menyesuaikan dirinya dengan apa yang disenangi oleh suaminya.

Namun, kebanyakan wanita saat ini merasa lebih tinggi derajatnya dari pada lelaki. Banyak diantara para wanita justru menyelisihi apa yang disenangi oleh suaminya. Sehingga egoisme ini menimbulkan istilah baru, yakni wanita selalu benar dan lelaki selalu salah. Parahnya istilah ini malah menjadi istilah yang lazim dan normal di kalangan kita. Padahal istilah ini adalah istilah yang berbahaya karena ia menyelisihi pesan Nabi kepada wanita.

Istilah tersebut seakan-akan memberikan persepsi bahwa istri bisa semaunya sendiri sesuai keinginannya, sedangkan suami harus mengikuti apa yang disenangi oleh istrinya. Mereka berani menyelisihi apa yang disenangi oleh suami dan tidak memperdulikan bahwa yang mereka perbuat adalah perbuatan yang dibenci oleh suami.

Maka adapun nasehat yang indah untuk engkau para wanita adalah hendaknya engkau tidak menylisihi suami baik apa yang ada di dalam dirimu dan hartamu.

Apabila suami menyukai dirimu memakai pakaian tertentu maka pakailah pakaian itu walaupun engkau tidak begitu menyukainya.

Apabila suamimu lebih menyukai makanan tertentu dan memerintahkan dirimu untuk memasaknya maka penuhilah keinginannya walaupun engkau memiliki selera makanan yang lain.

Demikianlah sedikit nasehat untuk istri dari Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam yang kami paparkan. Semoga dengan nasehat ini Allah memberikan kesadaran untuk wanita muslimah yang membacanya. Dan semoga nasehat ini menjadi inspirasi bagi lelaki muslim yang ingin menasehati istrinya. Amiin.

Related Posts :