7 Ciri Orang Munafik Menurut Al Quran yang Kekal di Neraka
Oleh : Rizkala Adam
Dipublikasikan : 7/10/2018
![]() |
Apabila pernah, janganlah Anda vonis dia sebagai orang munafik yang hakiki. Karena kita tidak memiliki hak untuk memberikan vonis munafik kepada seseorang kecuali bila Allah dan Rasul-Nya telah menyebutkan bahwa ia benar-benar munafik.
Memang kita tidak bisa menilai secara pasti siapakah diantara kita yang benar-benar seorang mukmin dan siapakah yang munafik. Meskipun demikian, kita bisa melihat tanda-tandanya secara dzahir.
Berikut
ini akan kami jelaskan ciri orang munafik berdasarkan surat Al-Baqarah
ayat 8 sampai ayat 14
1. Iman Hanya di Mulut
Penyakit
nifaq atau kemunafikan itu letaknya berada di dalam hati. Kita tidak akan
pernah bisa memvonis seseorang sebagai orang munafik kecuali kalau kita
benar-benar pernah membuka isi hatinya. Maka tidaklah mungkin kita bisa menilai
orang secara pasti apakah ia benar-benar munafik ataukah tidak.
Meskipun demikian, Allah Maha Mengetahui terhadap seluruh isi hati makhluk-Nya. Bagaimanapun seseorang menyembunyikan kemunafikannya maka Allah akan tetap mengetahuinya.
Meskipun demikian, Allah Maha Mengetahui terhadap seluruh isi hati makhluk-Nya. Bagaimanapun seseorang menyembunyikan kemunafikannya maka Allah akan tetap mengetahuinya.
Orang-orang
munafik sebenarnya adalah orang yang tidak beriman. Namun, mereka
menyatakan bahwa dirinya beriman kepada Allah dan hari akhir di hadapan
orang-orang yang beriman.
Mereka sejatinya adalah orang kafir yang menyamar di dalam sekumpulan orang-orang yang beriman. Mereka hanya beriman di lisannya saja akan tetapi tidak ada keimanan di dalam hatinya. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
Mereka sejatinya adalah orang kafir yang menyamar di dalam sekumpulan orang-orang yang beriman. Mereka hanya beriman di lisannya saja akan tetapi tidak ada keimanan di dalam hatinya. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ
وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ
“Di antara manusia ada
yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada
hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (Q.S Al Baqarah : 8)
Orang munafik adalah
orang yang tidak ada kesesuaian antara hati dan ucapannya. Dengan mudahnya
mereka mengikrarkan keimanan yang sesungguhnya tidak ada bekas iman di
dalam hatinya.
Orang munafik seperti ini tempatnya kekal di dalam neraka, karena secara akidah mereka bukanlah orang yang beriman.
Berbeda halnya dengan orang iman yang perilakunya seperti orang munafik. Mereka hanya bertingkah menyerupai orang munafik tetapi secara akidah mereka adalah orang beriman, sehingga tidak menyebabkan dirinya kekal di dalam neraka.
Orang munafik seperti ini tempatnya kekal di dalam neraka, karena secara akidah mereka bukanlah orang yang beriman.
Berbeda halnya dengan orang iman yang perilakunya seperti orang munafik. Mereka hanya bertingkah menyerupai orang munafik tetapi secara akidah mereka adalah orang beriman, sehingga tidak menyebabkan dirinya kekal di dalam neraka.
Imam Ibnu Katsir
berkata dalam tafsirnya :
النِّفَاقُ: هُوَ إِظْهَارُ
الْخَيْرِ وَإِسْرَارُ الشَّرِّ، وَهُوَ أَنْوَاعٌ: اعْتِقَادِيٌّ، وَهُوَ الَّذِي
يَخْلُدُ صَاحِبُهُ فِي النَّارِ، وَعَمَلِيٌّ وَهُوَ مِنْ أَكْبَرِ الذُّنُوبِ، .
. . إلخ
Kemunafikan
: Ialah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejelekan, ia terdiri dari
beberapa jenis : “I’tiqodiy” yaitu yang
pelakunya kekal di dalam neraka, dan “Amaliy” yaitu termasuk dosa yang paling
besar . . . (dst)
Dari
penjelasan ibnu Katsir tersebut bisa kita ketahui bahwa nifaq itu
terbagi menjadi dua; yaitu nifaq i’tiqodiy dan nifaq amaliy.
Nifaq i’tiqodiy adalah
orang yang tidak memliki keimanan di dalam hatinya akan tetapi ia
mengucapkan bahwa dirinya beriman kepada Allah dan hari akhir. Demikian itulah nifaq
yang dimaksud dari surat Al-Baqoroh ayat 8 di atas. Jenis nifaq seperti ini adalah jenis nifaq yang membuat pelakunya kekal di dalam neraka.
Nifaq
amaliy adalah sebuah penyakit hati yang dimiliki orang iman.
Sebenarnya di dalam hati mereka terdapat keimanan akan tetapi perilaku mereka
seperti orang munafik; seperti suka berbohong, suka berkhianat, ingkar janji,
dan lain sebagainya. Jenis nifaq ini tetap diancam pelakunya akan masuk ke dalam neraka, tetapi tidak kekal.
2. Penipu
Orang
munafik adalah penipu yang paling berbahaya. Mereka tidak hanya menipu manusia,
tetapi mereka juga menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Mereka menyatakan
iman dengan lisannya yang padahal hatinya mengingkari keimanan tersebut. Tanpa sadar justru ia telah menipu dirinya sendiri.
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا
يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
“Mereka hendak menipu Allah
dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri
sedang mereka tidak sadar.” (Q.S
Al-Baqarah : 9)
Penipuan
yang dilakukan oleh orang munafik bukanlah penipuan yang main-main. Mereka
berani menipu orang-orang beriman dengan ucapan “Laa ilaaha illallaah” demi
menjaga keselamatan mereka.
Mereka adalah orang-orang yang takut kepada manusia akan tetapi tidak takut kepada Allah. Mereka mengetahui akan keahlian orang mukmin yang selalu menang berperang melawan orang kafir.
Oleh karena itu, dengan liciknya mereka menggunakan kalimat tauhid itu untuk menyembunyikan kekafiran mereka di hadapan orang-orang iman. Tujuan mereka tidak lain dan tidak bukan adalah agar darah dan harta mereka aman tatkala terjadi peperangan antara orang iman dan orang kafir.
Mereka adalah orang-orang yang takut kepada manusia akan tetapi tidak takut kepada Allah. Mereka mengetahui akan keahlian orang mukmin yang selalu menang berperang melawan orang kafir.
Oleh karena itu, dengan liciknya mereka menggunakan kalimat tauhid itu untuk menyembunyikan kekafiran mereka di hadapan orang-orang iman. Tujuan mereka tidak lain dan tidak bukan adalah agar darah dan harta mereka aman tatkala terjadi peperangan antara orang iman dan orang kafir.
عَنِ ابْنِ
جُرَيْج، فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {يُخَادِعُونَ اللَّهَ} قَالَ: يُظْهِرُونَ
"لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ" يُرِيدُونَ أَنْ يَحْرِزُوا بِذَلِكَ
دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ، وَفِي أَنْفُسِهِمْ غَيْرُ ذَلِكَ
Dari Ibnu Juraij menjelaskan tentang
firman-Nya ta’ala:
yang dimaksud {Mereka menipu Allah} adalah : Mereka menampakkan (keimanan dengan ucapan) “Tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) kecuali Allah.”
Dengan ucapan itu mereka menginginkan agar darah dan hartanya terlindungi, padahal di dalam hatinya mereka tidak meyakini ucapan itu.
yang dimaksud {Mereka menipu Allah} adalah : Mereka menampakkan (keimanan dengan ucapan) “Tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) kecuali Allah.”
Dengan ucapan itu mereka menginginkan agar darah dan hartanya terlindungi, padahal di dalam hatinya mereka tidak meyakini ucapan itu.
3. Meragukan Islam
Sebagaimana
yang telah Allah nyatakan sendiri dalam surat Ali Imran ayat 85 bahwa agama
yang diterima di sisi Allah hanyalah agama Islam. Agama selain Islam adalah
agama yang tidak akan pernah diterima oleh Allah.
Bahkan apabila seseorang meninggal dunia sedangkan ia dalam keadaan tidak menganut agama Islam maka ia akan menjadi orang yang paling rugi di akhirat.
Bahkan apabila seseorang meninggal dunia sedangkan ia dalam keadaan tidak menganut agama Islam maka ia akan menjadi orang yang paling rugi di akhirat.
Orang
munafik adalah orang yang ragu dengan kebenaran agama Islam. Di dalam hati
mereka terdapat penyakit keragu-raguan yang terus ditambah penyakitnya oleh
Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ
مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dalam hati mereka ada
penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta.” (Q.S Al Baqarah : 10)
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، وَعَنْ أُنَاسٍ مِنْ أَصْحَابِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذِهِ الْآيَةِ: {فِي
قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ} قَالَ: شَكٌّ، {فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا} قَالَ: شَكًّا.
Dari Ibnu Mas’ud, dan orang-orang dari
kalangan sahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menafsirkan tentang ayat ini: bahwa yang dimaksud {Didalam
hati mereka ada penyakit} yaitu : “Keraguan.” {Lalu Allah menambah penyakitnya}
yaitu : “Ditambah keraguannya.”
4. Suka Beralasan
Ciri orang munafik berikutnya adalah bahwa mereka adalah orang yang pandai beralasan ketika
diberikan nasehat. Allah ta’ala berfirman :
وَإِذَا قِيلَ
لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang
yang mengadakan perbaikan”.” (Q.S
Al-Baqarah : 11)
Yang dimaksud “janganlah kamu berbuat
kerusakan di muka bumi” adalah “jangan berbuat kekufuran dan kemaksiatan.”
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Mas’ud radhiallaahu ‘anhu:
قَالَ: الْفَسَادُ هُوَ الْكُفْرُ، وَالْعَمَلُ
بِالْمَعْصِيَةِ.
Ia berkata : Keruskan adalah kekufuran
dan mengerjakan maksiat
Telah jelas pada ayat tersebut bahwa termasuk
ciri-ciri yang tampak pada orang munafik adalah banyaknya beralasan. Tatkala
mereka diberikan nasehat atas maksiat yang dikerjakannya maka dengan padainya
mereka beralasan bahwa apa yang ia lakukan adalah kebaikan.
Mujahid radhiyallaahu ‘anhu berkata :
Mujahid radhiyallaahu ‘anhu berkata :
قَالَ: إِذَا رَكِبُوا مَعْصِيَةَ اللَّهِ، فَقِيلَ لَهُمْ:
لَا تَفْعَلُوا كَذَا وَكَذَا، قَالُوا: إِنَّمَا نحن على الهدى، مصلحون.
Ia berkata : Tatkala mereka berbuat
maksiat kepada Allah, lalu mereka dinasehati: “Janganlah berbuat seperti ini
dan seperti itu.”
Maka mereka malah menjawab: “Sesungguhnya kami atas petunjuk, orang yang berbuat baik”
Maka mereka malah menjawab: “Sesungguhnya kami atas petunjuk, orang yang berbuat baik”
5. Tidak Merasa Bersalah
Orang munafik selalu menganggap
maksiat dan kekufuran yang dilakukannya adalah perbuatan yang benar. Ketika
mereka melakukan perbuatan maksiat maka mereka menganggap bahwa perbuatannya
itu di atas petunjuk.
Hal ini juga biasanya kita jumpai pada orang-orang yang bermaksiat dengan perbuatan bid’ahnya. Dengan lihainya mereka berhujjah membawakan dalil-dalil bahwa bid’ah yang mereka lakukan adalah suatu kebenaran.
Namun sayangnya mereka tidak merasa bahwa bid’ah yang dilakukannya adalah perbuatan maksiat dan kesesatan. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
Hal ini juga biasanya kita jumpai pada orang-orang yang bermaksiat dengan perbuatan bid’ahnya. Dengan lihainya mereka berhujjah membawakan dalil-dalil bahwa bid’ah yang mereka lakukan adalah suatu kebenaran.
Namun sayangnya mereka tidak merasa bahwa bid’ah yang dilakukannya adalah perbuatan maksiat dan kesesatan. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
أَلَا إِنَّهُمْ
هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشْعُرُونَ
“Ingatlah,
sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka
tidak merasa.”
(Q.S Al-Baqarah : 12)
6. Tidak Mengetahui Kebodohannya
Orang munafik adalah orang
yang bodoh di atas kebodohan. Hal itu dikarenakan ketidaktahuan mereka bahwa
mereka sedang berada dalam kesesatan.
Tatkala nasehat datang kepada mereka agar mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya sebagaimana imannya orang beriman yang hakiki, maka mereka malah mencela bahwa orang-orang iman itu adalah orang yang bodoh.
Allah ta’ala berfirman :
Tatkala nasehat datang kepada mereka agar mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya sebagaimana imannya orang beriman yang hakiki, maka mereka malah mencela bahwa orang-orang iman itu adalah orang yang bodoh.
Allah ta’ala berfirman :
وَإِذَا قِيلَ
لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ ۗ أَلَا إِنَّهُمْ
هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَٰكِن لَّا يَعْلَمُونَ
“Apabila dikatakan kepada mereka:
"Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman". Mereka
menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu
telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh;
tetapi mereka tidak tahu.” (Q.S
Al-Baqarah : 13)
Tidak hanya bodoh di
atas bodoh, bahkan Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa kebodohan mereka adalah
kebodohan yang sempurna.
Pasalnya mereka tidak mengetahui kebodohan mereka sendiri. Mereka terombang-ambing dalam kesesatan dan kebodohan. Sehingga mereka pun terjerumus di dalam kebodohan dan kebutaan. Mata mereka buta dari kebenaran dan jauh dari petunjuk Allah.
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan :
Pasalnya mereka tidak mengetahui kebodohan mereka sendiri. Mereka terombang-ambing dalam kesesatan dan kebodohan. Sehingga mereka pun terjerumus di dalam kebodohan dan kebutaan. Mata mereka buta dari kebenaran dan jauh dari petunjuk Allah.
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan :
وَمِنْ تَمَامِ
جَهْلِهِمْ أَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ بِحَالِهِمْ فِي الضَّلَالَةِ وَالْجَهْلِ،
وَذَلِكَ أَرْدَى لَهُمْ وَأَبْلَغُ فِي الْعَمَى، وَالْبُعْدِ عَنِ الْهُدَى.
Dan termasuk
kesempurnaan bodohnya mereka, yaitu sesungguhnya mereka tidak mengetahui kondisi
mereka yang sedang berada di dalam kesesatan dan kebodohan. Hal itulah yang menjerumuskan mereka, menghantarkan
dalam kebutaan, dan jauh dari petunjuk.
7. Bermuka Dua
Termasuk
ciri orang munafik yang tampak adalah bahwa mereka adalah manusia
yang bermuka dua.
Tatkala mereka berkumpul dengan orang iman maka dengan lihainya mereka menampakkan baju keimanannya. Mereka seakan-akan adalah orang yang beriman tatkala bersama orang iman, sehingga orang iman sendiripun tidak tahu bahwa ia adalah orang munafik.
Akan tetapi ketika mereka tidak berkumpul bersama kalangan orang-orang iman, lalu kembali kepada golongan orang-orang kafir maka mulai tampaklah siapa mereka yang sebenarnya.
Tatkala mereka bersama orang kafir maka mereka tampakkan bahwa diri mereka termasuk golongan mereka. Bahkan dengan terang-terangan mereka mengatakan pada orang kafir bahwa dirinya hanya menyamar dengan baju keimanannya saat berkumpul bersama orang-orang iman.
Allah ta’ala berfirman :
Tatkala mereka berkumpul dengan orang iman maka dengan lihainya mereka menampakkan baju keimanannya. Mereka seakan-akan adalah orang yang beriman tatkala bersama orang iman, sehingga orang iman sendiripun tidak tahu bahwa ia adalah orang munafik.
Akan tetapi ketika mereka tidak berkumpul bersama kalangan orang-orang iman, lalu kembali kepada golongan orang-orang kafir maka mulai tampaklah siapa mereka yang sebenarnya.
Tatkala mereka bersama orang kafir maka mereka tampakkan bahwa diri mereka termasuk golongan mereka. Bahkan dengan terang-terangan mereka mengatakan pada orang kafir bahwa dirinya hanya menyamar dengan baju keimanannya saat berkumpul bersama orang-orang iman.
Allah ta’ala berfirman :
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا
وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ
مُسْتَهْزِئُونَ
“Dan bila mereka berjumpa
dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah
beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka
mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah
berolok-olok".” (Q.S
Al-Baqarah : 14)
Ibnu
Abbas radhiallahu ‘anhu berkata tentang pengertian ayat tersebut:
{قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ} أَيْ إِنَّا عَلَى مِثْلِ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ {إِنَّمَا
نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ} أَيْ: إِنَّمَا نَحْنُ نَسْتَهْزِئُ بِالْقَوْمِ
وَنَلْعَبُ بِهِمْ.
Maksud dari {Mereka mengatakan:
“Sesungguhnya kami bersama kalian.”} adalah:
Sesungguhnya kami sama semisal kalian (orang kafir).
Maksud dari {Sesungguhnya kami orang-orang yang mengolok-olok} adalah:
Sesungguhnya kami itu hanya memperolok mereka dan hanya main-main saja dengan mereka.
Sesungguhnya kami sama semisal kalian (orang kafir).
Maksud dari {Sesungguhnya kami orang-orang yang mengolok-olok} adalah:
Sesungguhnya kami itu hanya memperolok mereka dan hanya main-main saja dengan mereka.
Ringkasan
- Menurut Ibnu Katsir nifaq itu terbagi menjadi dua; yakni nifaq i’tiqadiy dan nifaq amaliy.
- Orang munafik yang kekal di dalam neraka adalah nifaq i’tiqodiy.
- Munafiq i’tiqody hanya beriman di lisan saja akan tetapi tidak ada keimanan di dalam hatinya.
- Mereka menggunakan kalimat “Laa ilaaha illallaahu” sebagai alat untuk menipu Allah dan orang-orang iman.
- Hati orang munafik penuh dengan keraguan atas kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
- Tatkala nasehat datang kepada mereka agar mereka tidak berbuatan kerusakan maka dengan lihainya ia berargumen bahwa yang dilakukannya adalah kebenaran.
- Mereka tidak merasa bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan kekufuran dan kemaksiatan.
- Orang-orang beriman dianggap bodoh oleh orang munafik, padahal orang munafiklah orang bodoh yang sesungguhnya.
- Ketika orang munafik berbaur dengan orang iman maka dengan liciknya mereka memakai pakaian keimanan. Tetapi ketika berbaur dengan orang kafir maka tampaklah siapa mereka yang sebenarnya dan mengolok-olok orang iman dibelakang mereka.
Oleh : Adam Rizkala
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan komentar yang mencerminkan seorang muslim yang baik :)