6 Ciri-ciri Orang Bertaqwa Menurut Surat Al-Baqarah ayat 1 - 5
![]() |
Pengertian Takwa Secara Bahasa dan Istilah
Definisi
takwa secara bahasa menurut kamus mu’jam al wasith adalah al khasyah
dan al khauf yang artinya takut dan khawatir.
Sedangkan
secara istilah takwa yang akan kita bahas kali ini ialah takwa kepada Allah subhanahu
wata’ala, yang artinya adalah takut kepada kepada Allah dengan senantiasa
menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.
Baca Juga : 6 Hikmah Zakat dalam Kehidupan
Baca Juga : 6 Hikmah Zakat dalam Kehidupan
Ciri-ciri Orang Bertakwa
Al-Quran
telah banyak sekali menyebutkan dan membicarakan tentang siapa dan bagaimana
ciri-ciri orang yang bertakwa. Berikut
ini akan kami jelaskan ciri mereka yang terkandung dalam surat Al-Baqoroh ayat
1 – 5
1. Pedomannya Adalah Al-Quran
Al-Quran
adalah firman Allah ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu
‘alaihi wasallam yang apabila kita membacanya maka bernilai pahala. Ia
merupakan pedoman utama bagi seluruh kaum muslimin.
Di dalam kitab ini terdapat firman-firman Allah yang tidak ada sedikitpun keraguan
di dalamnya. Semua ayat dalam Al-Quran adalah mutlak kebenarannya dan tidak ada
kesalahan satupun.
Maka
termasuk ciri seorang muslim yang bertakwa ialah apabila ia menjadikan Al-Quran
sebagai petunjuk baginya.
الم* ذَٰلِكَ الْكِتَابُ
لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
Alif laam miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
(QS.
Al-Baqarah : 1-2)
Al-Muttaqin yang di maksud dalam ayat tersebut
adalah mereka yang khawatir akan hukuman dari Allah jika meninggalkan perintah
dari-Nya dan senantiasa berharap pada rahmat Allah karena mengakui kebenaran
segala apapun yang datang dari-Nya.
Seperti
apa yang ditafsirkan oleh Ibnu Abbas radhiallaahu ‘anhu berikut ini yang
termaktub dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: {لِلْمُتَّقِينَ} أَيْ: الَّذِينَ
يَحْذَرُونَ مِنَ اللَّهِ عُقُوبَتَهُ فِي تَرْكِ مَا يَعْرِفُونَ مِنَ الْهُدَى،
وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ فِي التَّصْدِيقِ بِمَا جَاءَ بِهِ
Ibnu Abbas menafsirkan kata [bagi mereka yang bertakwa], adalah
:
Ialah orang-orang yang takut akan hukuman dari Allah karena
meninggalkan petunjuk yang mereka ketahui, dan mengharapkan rahmat-Nya karena mengakui
kebenaran apapun yang datang dari-Nya. (Tafsir
Ibnu Katsir)
2. Beriman dengan Hal Ghaib
Ciri-ciri
kedua orang bertaqwa adalah beriman kepada yang ghaib. Disebutkan dalam firman
Allah ta’ala :
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ
بِالْغَيْبِ
mereka yang beriman kepada yang ghaib
(QS.
Al-Baqarah : 3)
Iman
secara bahasa adalah membenarkan (Tashdiq) dan mengakui (Iqrar), sedangkan ghaib berarti tidak terlihat.
Adapun
yang dimaksud beriman kepada yang ghaib pada ayat tersebut adalah beriman
kepada segala hal yang ghaib seperti beriman kepada Allah, malaikat, hari
kiamat, dan lain sebagainya.
Disebutkan
dalam tafsir :
عَنْ الرَبِيْعِ بْنِ أَنَسٍ،
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ
بَالْغَيْبِ: آمَنُوْا بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ،
وَجَنَّتِهِ وَنَارِهِ وَلِقَائِهِ، وَآمَنُوا بِالْحَيَاةِ بَعْدَ الْمَوْتِ.
فَهَذَا كُلُّهُ غَيْبٌ
Dari Ar-rabi’ ibnu Anas, bahwa maksud dari [mereka yang beriman
kepada yang ghaib] adalah:
Mereka beriman kepada Allah, malaikat-Nya, para utusan-Nya, hari
kiamat, surga-Nya, neraka-Nya, bertemu dengan-Nya, dan beriman dengan kehidupan
setelah kematian, yang mana itu semua merupakan perkara yang ghaib. (Tafsir Ath-Thabari)
Beriman kepada Allah adalah mempercayai bahwa Allah itu Dzat yang
Maha Wujud, Maha Esa baik itu dari segi uluhiyyah, rububiyyah,
maupun asma’ wa sifat-Nya. Konsekuensi dari beriman kepada Allah adalah
beriman kepada segala hal yang berasal dari-Nya, baik itu hal yang tampak
maupun tidak tampak atau ghaib.
Maka yang dikatakan orang yang beriman adalah orang yang beriman
terhadap apa saja yang dikabarkan oleh Allah ta'ala dalam Al Quran
melalui lisan Rasul-Nya seperti adanya malaikat, para utusan terdahulu, hari
kiamat, surga, neraka, kehidupan setelah mati dan lain sebagainya.
Apabila ia hanya beriman pada Allah namun tidak beriman kepada apa
yang datang dari-Nya maka ia tidak dikatakan beriman kepada Allah. Karena ia
telah menafikan konsekuensi dari iman kepada Allah itu sendiri.
3. Mendirikan Shalat
Adapun
ciri-ciri orang bertaqwa yang ketiga adalah bahwa ia senantiasa mendirikan sholat.
Allah ta’ala berfirman :
وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ
yang mendirikan
shalat
(Q.S
Al-Baqarah : 3)
Apabila
kita memperhatikan firman Allah tentang perintah sholat maka kita akan
mendapati kata "sholat" selalu didahului dan disandingkan dengan lafadz
: aqiimuu atau yuqiimu, atau yuqiimuuna, dan sejenisnya
yang artinya adalah “mendirikan” atau "menegakkan".
Jarang
sekali bahkan mungkin tidak kita jumpai lafadz yang mengandung arti perintah
sholat dalam Al-Quran langsung berbentuk fi’il amr, seperti : sholluu
atau sholli, kecuali dalam shurat Al-Kautsar dimana makna perintah sholat
yang dimaksud bukanlah sholat lima waktu yang diwajibkan, akan tetapi bermakna
sholat idul adha.
Maka
dari itu firman Allah yang berkaitan dengan sholat menunjukkan bahwa sholat itu
bukan hanya sekedar dikerjakan. Akan tetapi sholat itu harus didirikan atau ditegakkan
(Iqoomussholah).
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ:{وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ} قَالَ: إِقَامَةُ
الصَّلَاةِ: تَمَامُ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَالتِّلَاوَةِ وَالْخُشُوعِ
وَالْإِقْبَالِ عَلَيْهَا فِيهَا
Dari
Ibnu Abbas, maksud dari [yang mendirikan shalat] adalah :
Menegakkan
shalat adalah menyempurnakan rukuk, sujud, bacaan, khusyuk, dan menghadirkannya
di dalam shalat.
(Tafsir Ath-Thabari)
Telah
jelas perkataan Ibnu Abbas tersebut bahwa mendirikan shalat itu berbeda dengan
sekedar mengerjakannya. Mendirikan sholat itu mencangkup setiap kesempurnaan
seseorang ketika melaksanakannya.
Maka
dapat kita ambil kesimpulan bahwa termasuk ciri orang-orang yang bertakwa ialah
seorang yang berusaha untuk sempurna tatkala melaksanakan shalatnya. Baik itu
ketika berdiri, rukuk, sujud maupun kekhusyukannya.
Ketika
rukuk, mereka benar-benar berusaha menjadikan rukuknya sesempurna mungkin
sebagaimana apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Ketika
sujud, maka dengan segenap kemampuannya ia berusaha agar seluruh anggota badan
mereka bersujud kepada Allah subhanahu wata’ala dengan sempurna.
Bacaan
ayat Al-Quran, doa-doa, dan pujian-pujian yang mereka ucapkan dalam shalat juga
diucapkan dengan benar disertai penghayatan yang mendalam terhadap apa yang
mereka ucapkan.
Pikiran
dan hati mereka senantiasa fokus, khusyuk dan tidak teralihkan terhadap hal-hal
lain diluar sholat. Ketika syaitan membisikkan waswas ke dalam hatinya maka
mereka berusaha melawan dan menolaknya agar kembali pada kekhusyukannya.
Itulah
ciri orang bertakwa yang sesungguhnya ketika melaksanakan shalatnya.
Baca Juga : Ciri Orang Munafik dalam Al Quran yang Kekal di Neraka
Baca Juga : Ciri Orang Munafik dalam Al Quran yang Kekal di Neraka
4. Menginfakkan Sebagian Rezeki
Ciri
orang yang taqwa selanjutnya adalah menginfaqkan sebagian rezeki yang mereka
miliki. Allah ta’ala berfirman :
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
(Q.S
Al-Baqarah : 3)
Sesungguhnya
hakikat rezeki adalah pemberian dari Allah. Termasuk diantara ciri orang-orang
yang bertakwa yaitu mereka akan senantiasa menginfakkan rezeki yang mereka
miliki karena mereka mengetahui bahwa hakikatnya harta itu bukan
miliknya.
Mereka
meninfaqkan sebagian rezekinya semata-mata hanya karena ingin mengharap
kedekatan diri kepada Allah subhanahu wata’ala.
عَنِ الضَّحَّاكِ: {§وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ} قَالَ: كَانَتِ
النَّفَقَاتُ قُرُبَاتٍ يَتَقَرَّبُونَ بِهَا إِلَى اللَّهِ عَلَى قَدْرِ
مَيْسُورِهِمْ وَجَهْدِهِمْ، حَتَّى نَزَلَتْ فَرَائِضُ الصَّدَقَاتِ سَبْعُ
آيَاتٍ فِي سُورَةِ بَرَاءَةٍ، مِمَّا يُذْكَرُ فِيهِنَّ الصَّدَقَاتُ، هُنَّ
الْمُثْبَتَاتُ النَّاسِخَاتُ
Dari Ad-dhohak, yang dimaksud [dan menafkahkan sebagian rezeki
yang kami berikan kepada mereka] adalah:
Yaitu nafkah-nafkah qurubaat yang mana dengan nafkah tersebut
mereka mendekatkan diri kepada Allah sesuai kadar kemudahan dan kesungguhan
mereka (dalam menafkahkannya), sehingga turunlah sedekah wajib (yakni zakat): (yaitu) tujuh ayat
dalam surat Bara’ah (At-taubat), dari berbagai sedekah yang Allah sebutkan dalam
ayat-ayat tersebut. Yang mana tujuh ayat tersebut merupakan ketetapan dan nasikh
(atau:pengganti hukum) dari ayat (ini). (Tafsir Ath-Thabari)
Dahulu
di zaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tatkala ayat ini
diturunkan, belum disebutkan ketentuan jumlah harta yang harus infaqkan dan
kepada siapa harta tersebut diserahkan. Sehingga ayat ini difahami para sahabat
bahwa yang dimaksud ayat ini adalah menginfaqkan harta kepada
keluarganya.
Mereka
para sahabat yang memiliki ketakwaan yang tinggi tentu akan berlomba-lomba
untuk memperbanyak infak dari rezeki yang mereka peroleh bahkan sampai hampir
menghabiskannya.
Lalu
setelah surat At-Taubah ayat 60 turun maka mulailah ada kewajiban zakat dengan
ketentuan jumlah harta yang ditetapkan dan kepada siapa harta tersebut
diserahkan.
Namun,
menurut Ibnu Jarir ayat ini bermakna umum yaitu bisa nafkah dan juga
zakat.
Maka
dalam ayat ini dapat kita ambil pengertian bahwa orang-orang yang bertakwa
memiliki ciri khas yaitu selalu menginfaqkan atau menafkahkan hartanya kepada
yang berhak mendapatkan nafkahnya; seperti keluarga, anak-anak, orang tua,
istri dan lain sebagainya.
Ia
juga senantiasa mendatangkan kewajiban-kewajiban yang berkenaan dengan hartanya
baik itu zakat maupun nafkah.
5. Beriman kepada Kitab-kitab Allah
Ciri
berikutnya dari orang yang bertakwa adalah ia beriman kepada kitab-kitabnya
Allah. Allah ta’ala berfirman :
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ
بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang
telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu
(Q.S
Al-Baqarah : 4)
Manusia
adalah makhluk lemah yang tidak mengetahui kebenaran tanpa ada yang
menunjukkannya. Maka dari itu agar mereka mengetahui kebenaran, Allah mengutus
diantara para hamba-Nya untuk menjadi seorang Rasul.
Mereka
diutus oleh Allah dengan membawa kitab yang berisi kebenaran dari Allah.
Diantara kitab yang telah diturunkan oleh Allah ialah Zabur yang diturunkan
kepada Nabi Dawud ‘alaihis salam, Taurat yang diturunkan kepada Nabi
Musa ‘alaihis salam, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa ‘alaihis
salam, dan Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu
‘alaihi wasallam.
Orang
yang bertakwa adalah orang yang beriman kepada semua kitab tersebut dan
mengakui kebenar pada kitab-kitab tersebut bahwa datangnya adalah benar dari
Allah subhanahu wata’ala.
Orang
yang bertakwa tidak membeda-bedakan semua kitab tersebut dan tidak pula
membanding-bandingkannya, karena turunnya adalah benar-benar dari Allah
subhanahu wata’ala.
Lalu
mengapa saat ini ada yang memperdebatkan antara kitab Al-Quran dengan kitab
yang lainnya?
Jawabannya
adalah : karena kitab selain Al-Quran yang beredar saat ini bukan berasal dari
Allah.
Mereka
ahli kitab banyak yang merubah-rubah isi kitab Allah. Maka dari itu kita tidak
dapat mengatakan bahwa mereka sedang membanding-bandingkan kitab Al-Quran
dengan kitab Allah yang lain.
Karena
yang sedang mereka bandingkan adalah kitab Al-Quran dengan kitab palsu yang
mereka klaim berasal dari Allah.
Hal
ini menunjukkan bahwa, ternyata tidak semua kitab-kitab tersebut terjaga
keontentikannya sampai saat ini. Banyak diantara orang-orang fasik yang sengaja
merubah, dan menghilangkan sebagian dari isi kitab tersebut.
Maka
kitab-kitab yang dijumpai saat ini tidak bisa kita katakan 100% berasal dari
Allah karena ada campur tangan manusia di dalamnya.
Adapun
kitab yang sampai saat ini masih terjaga keasliannya dan tidak ada satu
hurufpun yang dirubah oleh manusia dan murni keasliannya dari Allah subhanahu
wata’ala adalah kitab Al-Quran Al-Karim.
عن ابن عباس،"والذين يؤمنون بما أنزِل إليك وما أنزل من قبلك":
أَيْ يُصَدِّقُونَكَ بِمَا جِئْتَ بِهِ مِنَ اللَّهِ جَلَّ وَعَزَّ، وَمَا جَاءَ
بِهِ مِنْ قَبْلِكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ، لَا يُفَرِّقُونَ بَيْنَهُمْ وَلَا
يَجْحَدُونَ مَا جَاءُوهُمْ بِهِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِمْ
Dari Ibnu Abbas, maksud [dan orang-orang yang beriman dengan
apayang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan apa yang diturunkan sebelummu] adalah
:
Mereka membenarkanmu (Muhammad) dengan kitab yang engkau bawa dari
Allah azza wa jalla, dan kitab yang dibawa oleh para utusan sebelummu. Mereka tidak membeda-bedakan diantara mereka, dan mereka tidak
membantah kitab dari sisi Tuhan mereka yang datang kepada mereka. (Tafsir Ath-Thabari)
6. Meyakini Keberadaan Akhirat
Ciri
yang keenam dari orang yang bertakwa adalah meyakini akan keberadaan adanya
akhirat. Allah ta’ala berfirman :
وَبِالْآخِرَةِ هُمْ
يُوقِنُونَ
serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat.
(Q.S Al-Baqarah : 4)
(Q.S Al-Baqarah : 4)
Akhirat
adalah hari dimana seluruh manusia dikumpulkan untuk diberikan keadilannya.
Semua hak anak Adam yang tidak diselesaikan di dunia akan diselesaikan di
akhirat.
Setiap
orang yang dzalim akan rugi karena pahalanya akan diberikan kepada orang yang
didzalimi. Setelah semua tuntutan sesama anak Adam selesai maka amalan mereka
akan ditimbang oleh Allah.
Barang
siapa yang amalan baiknya lebih berat dari pada amalan buruknya maka surgalah
tempatnya. Dan barang siapa yang amalan jeleknya lebih berat dari pada amalan
baiknya maka nerakalah tempatnya.
Orang
yang bertakwa adalah orang yang beriman terhadap kabar akan adanya akhirat.
Mereka meyakini dengan sepenuh hati bahwa akhirat itu benar-benar ada
sebagaimana mereka meyakini bahwa diri mereka itu ada.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: {وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ} أَيْ بِالْبَعْثِ
وَالْقِيَامَةِ وَالْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَالْحِسَابِ وَالْمِيزَانِ، أَيْ لَا
هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا كَانَ قَبْلَكَ
وَيَكْفُرُونَ بِمَا جَاءَكَ مِنْ رَبِّكَ
Dari Ibnu Abbas, [serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat] maksudnya
adalah:
(mereka yakin) dengan kebangkitan, kiamat, surga, neraka,
perhitungan amal, timbangan amal. Maksudnya mereka bukanlah orang-orang
yang menyangka bahwa mereka beriman pada apa yang ada sebelummu (Muhammad) akan
tetapi tidak mau beriman dengan apa yang datang kepada engkau dari tuhanmu. (Tafsir Ath-Thabari)
Ringkasan
- Orang yang bertakwa adalah orang yang takut kepada Allah dan selalu mengharapkan rahmat-Nya.
- Al-Quran adalah petunjuk. Namun akan benar-benar menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.
- Orang yang bertakwa meyakini bahwa hal yang ghaib itu ada walaupun mereka tidak pernah melihatnya.
- Orang yang bertakwa senantiasa berusaha menyempurnakan dan menegakkan shalatnya.
- Rizki yang pada hakikatnya adalah pemberian dari Allah akan selalu dinafkahkan sebagiannya karena mencari ridha dari Allah.
- Orang yang bertakwa adalah orang yang mengimani seluruh apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam dan apa yang diturunkan kepada rasul-rasul alaihis salam sebelum Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam.
- Orang yang bertakwa sangatlah yakin dengan keberadaan hari akhir.
Ditulis oleh
: Adam Rizkala