Keutamaan Sholat Dhuha Beserta Haditsnya

Keutamaan Sholat Dhuha

Sholat dhuha (صَلَاةُ الضُّحَى) merupakan sholat sunnah yang dilaksanakan di waktu dhuha. Waktu dhuha dimulai dari terbitnya matahari hingga pertengahan siang atau menjelang waktu dhuhur. Kita dapat melaksanakan sholat sebanyak dua rakaat, empat rakaat, delapan rakaat bahkan hingga dua belas rakaat. Adapun tata cara pelaksanaannya adalah dengan salam di setiap dua rakaat.

Related Posts :

Cara Agar Doa Dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wata'ala

Cara Agar Doa Dikabulkan oleh Allah

"Bagaimana caranya agar doa kita dikabulkan oleh Allah subhanahu wata'ala?"

Pertanyaan tersebut tentu sering kali kita tanyakan. Apalagi kita sudah berdoa namun belum kunjung ada jawaban yang kita rasakan. Akan tetapi, tahukah Anda? Bahwa sesungguhnya ketika seorang hamba itu berdoa kepada Allah maka Allah itu Maha Dekat dan Maha Mengabulkan Doa. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

Related Posts :

Pengertian Taqwa dan Dalilnya Beserta Contohnya

Pengertian Taqwa dan Dalilnya

Pernahkah Anda mendengar istilah taqwa? Sebagai seorang muslim, tentu kita sudah tidak asing lagi dengan istilah taqwa. Setiap kita melaksanakan ibadah jumat, pasti kita akan mendapati sang khotib selalu menyampaikan wasiat taqwa kepada para jamaahnya sebelum menyampaikan isi khutbahnya.

Namun, sudahkah kita mengetahui apa itu taqwa? Apakah taqwa itu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim? Adakah dalil tentang taqwa dalam Al-Quran dan Al-Hadits? Bagaimana contoh pengamalan taqwa dalam kehidupan sehari-hari?

Nah, pada postingan artikel kali ini, kita akan mempelajari bersama apa pengertian taqwa dan dalilnya beserta contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa yang akan kita pelajari pada postingan artikel kali ini :

DAFTAR ISI

A. Pengertian Taqwa Secara Bahasa

Pengertian taqwa (التَّقْوَى) secara bahasa diambil dari kata al-ittiqo’ (الاتقاء) yang artinya adalah ia menjadikan antara dirimu dengan apa yang kamu benci sebagai penghalang.

Taqwa adalah isim yang berasal dari kata ittaqoo (اتقى) yang berarti takut, menjauh, dan berhati-hati. Adapun isim mashdar dari kata tersebut adalah adalah al-ittiqoo’ (الاتقاء).

B. Pengertian Taqwa Secara Istilah

Adapun pengertian taqwa menurut istilah telah banyak disampaikan oleh para ulama. Berikut beberapa pernyataan para ulama tentang pengertian taqwa secara istilah :

  • Menurut Ibnu Taimiyyah : “Taqwa adalah melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.”
  • Menurut Ibnul Qoyyim : “Taqwa adalah melaksanakan ketaatan kepada Allah karena iman dan mengharapkan pahala, baik berupa perintah maupun larangan. Sehingga yang dimaksud dengan taqwa ialah mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah karena beriman kepada yang memerintahkannya serta meyakini janji-Nya, dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah karena beriman kepada yang melarangnya serta takut dengan ancaman-Nya.”
  • Menurut Ibnu Katsir : “Taqwa adalah setiap hal berupa perbuatan ketaatan dan meninggalkan kemungkaran.”
  • Menurut Ibnu Rojab : “Taqwa adalah ketika seorang hamba melindungi dirinya dari sesuatu yang ia takutkan dan ia waspadai karena ada sesuatu yang ia takuti darinya. Taqwa seorang hamba kepada Tuhannya adalah ketika ia melindungi dirinya dari apa yang ia takuti dari Tuhannya baik itu berupa kemarahan, murka, maupun hukuman karena ia takut pada itu semua, yaitu dengan mentaati-Nya dan tidak membangkang pada-Nya.”

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Umar bin Khatab pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang apa itu taqwa? Ubay menjawab : “Pernahkah suatu hari kamu melewati jalan yang penuh duri?”

Maka Umar menjawab : “Ya.”

Ubay bertanya : “Apa yang kamu lakukan?”

Umar menjawab : “Aku berjalan dengan waspada dan berhati-hati.”

Ubay berkata : “Maka seperti itulah taqwa.”

Di dalam Al-Quran, taqwa memiliki beberapa pengertian dan makna sebagai berikut :

Pertama, taqwa adalah takut dan segan, disebutkan di dalam Al-Quran :

وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ

Bertakwalah kepada Allah yang hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan.


[QS. Al-Ma’idah ayat 96]

Kedua, taqwa adalah ketaatan dan ibadah, disebutkan di dalam Al-Quran :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya


[QS. Ali Imron ayat 102]

Ketiga, taqwa adalah membersihkan diri dari dosa, disebutkan di dalam Al-Quran :

وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَيَخْشَ اللّٰهَ وَيَتَّقْهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ

Siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan


[QS. An-Nuur ayat 52]

C. Dalil-dalil Taqwa dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Kewajiban Taqwa Kepada Allah

Taqwa adalah kewajiban yang paling wajib di antara kewajiban-kewajiban yang lainnya. Disebutkan sebuah dalil di dalam Al-Quran di mana Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِيَّاكُمْ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ

Sungguh, Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu (umat Islam) agar bertakwa kepada Allah.


[QS. An-Nisa’ ayat 131]

Disebutkan pula dalil di dalam Al-Hadits bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ

Bertaqwalah kamu kepada Allah di manapun kamu berada.


[HR. Tirmidzi]

Kedudukan Taqwa Kepada Allah

Taqwa memiliki kedudukan yang sangat agung. Hal ini dibuktikan dari wasiat takwa yang selalu disampaikan oleh para Nabi dan juga orang-orang sholih. Berikut beberapa dalil tentang wasiat taqwa yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul kepada kaumnya.

Wasiat Taqwa Nabi Nuh :

اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ نُوْحٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ

Ketika saudara mereka, Nuh, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?”


[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 106]

Wasiat Taqwa Nabi Hud :

اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ هُوْدٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ

Ketika saudara mereka, Hud, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?”


[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 124]

Wasiat Taqwa Nabi Sholih :

اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ صٰلِحٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ

Ketika saudara mereka, Saleh, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?”


[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 142]

Wasiat Taqwa Nabi Luth :

اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ لُوْطٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ

Ketika saudara mereka, Lut, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?”


[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 161]

Wasiat Taqwa Nabi Muhammad :

Al-Irbad berkata : Suatu hari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam sholat bersama kami, kemudian beliau menghadap ke arah kami dan memberikan nasehat yang sangat menyentuh. Nasehat tersebut membuat air mata mengalir dan hati merasa takut.

Lalu ada seseorang yang bertanya : “Wahai Rasulullah, nasehat ini seperti nasehat perpisahan, maka apa wasiat engkau untuk kami?”

Maka Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menjawab :

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan patuh (kepada pemimpin) meskipun ia adalah seorang budak dari Habasyah. Sesungguhnya barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka akan menjumpai banyak perselisihan. Maka berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnahnya para khulafaurrosyidin yang mendapatkan petunjuk. Pegang teguhlah sunnah itu dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Waspadalah terhadap perkara baru (dalam agama), karena sesungguhnya setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.


[HR. Abu Dawud]

Orang-orang Bertaqwa Adalah Walinya Allah

Wali Allah yang sesungguhnya adalah mereka yang beriman dan bertaqwa. Wali Allah bukanlah orang yang bisa berjalan di atas lautan atau terbang di udara. Namun, wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertaqwa kepada Allah subhanahu wata'ala. Disebutkan sebuah dalil di dalam Al-Quran :

اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَ

Ketahuilah bahwa sesungguhnya (bagi) para wali Allah itu tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih. (Mereka adalah) orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.


[QS. Yunus ayat 62-63]

Ciri-ciri Orang Bertaqwa dalam Al-Quran

Orang yang bertaqwa adalah orang yang beriman dengan yang ghaib. Maksud dari beriman dengan yang ghaib adalah beriman kepada Allah serta beriman kepada semua hal ghaib yang disampaikan oleh Allah melalui kitab-Nya dan lisan Rasul-Nya. Sebagaimana sebuah dalil yang disebutkan di dalam Al-Quran :

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka


[QS. Al-Baqoroh ayat 2-3]

Orang yang di dalam hatinya terdapat ketaqwaan maka akan memiliki akhlak yang mulia. Mereka adalah orang yang selalu berinfaq, mampu mengendalikan amarah, dan sering memaafkan kesalahan orang lain. Berdasarkan dalilnya di dalam Al-Quran :

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.


[QS. Ali Imron ayat 134]

Orang yang bertaqwa adalah orang yang tidak melakukan dosa-dosa besar dan berbuat dosa-dosa kecil terus menerus. Apabila mereka terjatuh dalam dosa maka mereka segera ingat kepada Allah dan bertaubat. Difirmankan oleh Allah subhanahu wata'ala di dalam Al-Quran :

وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya).


[QS. Ali Imron ayat 135]

Bahkan orang-orang yang bertaqwa itu ketika mereka ada bisikan untuk berniat jahat maka ia akan bersegera mengingat Allah subhanahu wata'ala. Disebutkan di dalam Al-Quran :

اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا اِذَا مَسَّهُمْ طٰۤىِٕفٌ مِّنَ الشَّيْطٰنِ تَذَكَّرُوْا فَاِذَا هُمْ مُّبْصِرُوْنَ

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, jika mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat (kepada Allah). Maka, seketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).


[QS. Al-A’raf ayat 201]

Orang yang memiliki taqwa di dalam hatinya maka ia adalah orang yang haus dengan kebenaran dan kejujuran di dalam setiap perkataan dan juga tindakannya. Disebutkan sebuah dalil di dalam Al-Quran bahwa Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَالَّذِيْ جَاۤءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهٖٓ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ

Orang yang membawa kebenaran (Nabi Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.


[QS. Az-Zumar ayat 33]

Ciri lain yang menunjukan adanya taqwa di dalam hati seseorang adalah bagaimana ia bersikap terhadap syiar-syiar Allah. Jika ia ta’dzim, mengagungkan, dan menghormati syiar-syiar Allah maka itu adalah pertanda adanya taqwa di dalam hatinya. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ

Demikianlah (perintah Allah). Siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah sesungguhnya hal itu termasuk dalam ketakwaan hati.


[QS. Al-Hajj ayat 32]

Baca Juga : Keutamaan Takwa Kepada Allah

D. Contoh-contoh Taqwa dalam Kehidupan

Contoh penerapan taqwa di dalam kehidupan sangatlah banyak dan luas cakupannya. Taqwa mencakup segala jenis ketaatan kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya. Berikut ini beberapa contoh taqwa dalam kehidupan sehari-hari :

Ikhlas dalam Beramal

Ikhlas adalah membersihkan niat ibadah dari tujuan kepada selain Allah. Orang yang bertaqwa akan senantiasa menjadikan setiap ibadahnya kepada Allah adalah hanya mengharapkan wajah-Nya dan mencari ridho dari-Nya.

Mengamalkan Kewajiban

Orang yang bertaqwa adalah orang yang melaksanakan kewajibannya, seperti : melaksanakan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, berbakti kepada kedua orang tua, berbuat baik kepada tetangga, dan lain sebagainya.

Berakhlak Mulia

Akhlak mulia adalah wujud dari ketaqwaan hati. Orang yang memiliki ketaqwaan di dalam hatinya pasti akan memiliki ciri-ciri orang bertaqwa seperti yang disebutkan di dalam Al-Quran, contoh : suka berinfaq, dermawan, jujur, amanah, mampu mengendalikan amarah, memaafkan sesama manusia, dan lain sebagainya.

Mentafakkuri Ayat-ayat Allah

Orang yang bertaqwa meyakini bahwa makhluk yang ia lihat adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Maka orang yang bertaqwa akan senantiasa mentafakkuri ayat-ayat tersebut. Sehingga ia akan senantiasa menjadi orang yang menyadari keberadaan Allah di manapun ia berada dan selalu merasa diawasi oleh Allah.

Berpegang Teguh dengan Sunnah Rasulullah

Orang yang memiliki ketaqwaan di dalam hatinya akan senantiasa berpegang teguh dengan sunnah dan tata cara ibadah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Mereka senantiasa menjauhi perkara bidah atau ritual ibadah yang tidak ada di dalam agama Islam.

Contoh : melaksanakan sholat sebagaimana sholat yang diajarkan oleh Rasulullah, membayar zakat sebagaimana zakat yang diajarkan Rasulullah, menjalankan puasa sebagaimana puasa yang diajarkan oleh Rasulullah, dan lain sebagainya.

Meninggalkan yang Haram

Sesuatu yang haram adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah subhanahu wata'ala. Orang yang bertaqwa tidak akan melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah karena mereka takut jika Allah murka kepadanya.

Orang yang bertaqwa akan selalu menjauhi semua hal yang diharamkan, seperti : berbohong, menzalimi orang lain, mencaci, merendahkan orang lain, mendekati zina, meminum khamr, mencuri, melakukan riba, berjudi/maisir, dan lain sebagainya.

Menjauhi Syubhat

Syubhat adalah perkara yang masih samar antara halal dan haram. Orang yang bertaqwa tidak akan mendekati perkara yang syubhat, karena mereka takut jatuh ke dalam perkara yang diharamkan.

E. Penutup

Tentunya masih banyak lagi dalil-dalil dan juga contoh-contoh amalan taqwa dalam kehidupan sehari-hari yang belum penulis paparkan. Namun, karena keterbatasan banyak hal dari penulis, maka penulis cukupkan terlebih dahulu pembahasan mengenai pengertian taqwa dan dalilnya beserta contohnya.

Insya Allah dengan kita banyak mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam maka akan semakin menambah ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala. Saya doakan, semoga Allah menjadikan kita sebagai salah satu hamba-Nya yang bertaqwa. Demikianlah artikel tentang pengertian taqwa dan dalilnya beserta contohnya, semoga bermanfaat. Amiin.

Refrensi

  • Silsilah Al-A’malul Qulub oleh Syaikh Muhammad Sholih Al-Munajjid

Related Posts :

Teks Khutbah Jumat Tentang Bersyukur

Teks Khutbah Jumat Tentang Bersyukur

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah pencipta dan pemelihara semesta alam. Saya memohon kepada Allah semoga shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, dan juga keluarganya, para sahabatnya, dan semua pengikutnya.

Hari ini saya ingin membagikan salah satu teks khutbah jumat tentang bersyukur yang pernah saya bawakan ketika menyampaikan khutbah di suatu masjid. Teks khutbah jumat tentang bersyukur ini akan saya paparkan secara lengkap mulai dari khutbah pertama dan kedua yang terdiri dari pembukaan, sholawat, wasiat untuk bertakwa, isi khutbah, dan juga doa.

Selain itu teks khutbah jumat tentang bersyukur yang hendak saya paparkan disini adalah teks yang singkat dan padat. Sehingga khotib tidak perlu berlama-lama dalam menyampaikan khutbahnya. Karena terlalu lama ketika khutbah jumat dapat membuat jamaah yang mendengarnya menjadi bosan dan mengantuk.

Insya Allah jika teks khutbah jumat tentang bersyukur ini dibaca di hadapan para hadirin dengan cara yang baik, maka hanya membutuhkan waktu antara 10 hingga 15 menit saja.

Berikut teks khutbah jumat tentang bersyukur beserta dalilnya saya paparkan secara lengkap :

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْـمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ

قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah…

Tahukah Anda? Amalan yang seharusnya menjadi perhatian kita adalah amalan hati. Amalan hati adalah amalan yang lebih tinggi kedudukannya dibandingkan amalan anggota badan. Bahkan hati yang bersih akan mewujudkan tindakan yang bersih pula dari anggota badan kita.

Nah, salah satu diantara amalan hati yang sangat banyak dilalaikan oleh kebanyakan manusia adalah bersyukur. Betapa tidak? Kita sendiri menyadari bahwa bersyukur itu adalah amalan hati yang jarang kita lakukan.

Ketika kita belum diberikan pasangan, misalnya, sering kali kita mengeluh mengapa jodong tak kunjung datang. Tetapi setelah mendapatkan jodoh ataupun pasangan, bukannya bersyukur, kita malah membuat keluhan baru mengapa buah hati tak kunjung hadir dalam kehidupan.

Contoh lainnya adalah ketika kita belum mendapatkan pekerjaan. Sering kali kita mengeluh mengapa lamaran yang kita ajukan tak kunjung diterima. Akan tetapi setelah mendapatkan pekerjaan, bukannya bersyukur, kita malah membuat keluhan-keluhan baru karena gaji yang diperoleh selalu merasa kurang.

Itulah sifat dasar manusia, selalu tidak puas dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya, selalu menyalahkan keadaan, menuntut ini dan itu, sampai-sampai dia lupa betapa banyak nikmat Allah yang belum ia syukuri.

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah…

Seandainya kita mau berfikir dengan hati yang jernih, maka sesungguhnya apapun yang kita peroleh dan kita miliki saat ini adalah nikmat dari Allah subhanahu wata'ala. Bahkan jika kita menghitung semua apa yang Allah berikan kepada kita maka sesungguhnya kita tidak akan sanggup menghitungnya. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا

Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.


[QS. Ibrahim ayat 34]

Namun sayangnya, betapa banyak diantara kita yang lupa dengan nikmat-nikmat tersebut. Kita terlalu fokus dengan apa yang belum kita peroleh. Sampai-sampai kita lupa bahwa Allah telah memberikan banyak nikmat kepada kita.

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah…

Coba sekarang kita renungkan. Apa tujuan Allah memberikan indra pendengaran, pengelihatan, dan juga hati kepada kita? Apakah Allah hanya memberikannya begitu saja tanpa suatu tujuan?

Tentu saja tidak! Justru Allah ciptakan itu semua ialah agar manusia menyadari nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Namun sayang, sangat sedikit diantara kita yang menggunakannya untuk menyadari nikmat-nikmat tersebut. Kebanyakan dari kita justru lupa dan tidak sadar sehingga banyak dari kita yang kurang bersyukur.

Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ

Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.


[QS. Al-Mu’minun ayat 78]

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah…

Apabila kita mencermati ayat yang barusan saya bacakan, maka dapat kita pahami bahwa rasa syukur akan terwujud jika kita awali dengan hati yang ingat dan sadar dengan nikmat yang Allah berikan.

Sekarang coba cek ayat-ayat dalam Al-Quran! Bagaimana cara Allah membuat manusia agar mereka mau bersyukur? Jawabannya adalah dengan menyadarkan dan mengingatkan kembali atas nikmat yang telah mereka terima. Disebutkan di dalam Al-Quran :

وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani agar kamu bersyukur.


[QS. An-Nahl ayat 78]

Di dalam ayat yang lain juga disebutkan :

وَمِنْ رَّحْمَتِهٖ جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوْا فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Berkat rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang agar kamu beristirahat pada malam hari, agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari), dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.


[QS. Al-Qashash ayat 78]

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah…

Mengingat kembali serta menyadari akan nikmat-nikmat yang telah kita terima dengan rasa ridho dan bahagia merupakan bentuk kesyukuran kita kepada Allah dengan hati. Apabila hal itu sudah kita lakukan, maka selanjutnya adalah tinggal kita realisasikan kesyukuran tersebut dengan lisan dan perbuatan kita.

Lalu, bagaimanakah merealisasikan kesyukuran dengan lisan dan perbuatan?

Manifestasi atau wujud syukur dengan lisan adalah dengan memuji Allah subhanahu wata'ala atas nikmat yang telah ia berikan kepada kita.

Sedangkan wujud syukur dengan perbuatan adalah dengan mengamalkan ketaatan kepada Allah, beribadah kepadanya dengan sungguh-sungguh, dan tidak melanggar larangannya.

Apabila pujian kepada Allah yang kita ucapkan dan ibadah yang kita kerjakan adalah dalam rangka bersyukur kepada-Nya maka kita akan merasa ringan dalam mengerjakannya. Coba kita perhatikan bagaimana Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam merealisasikan kesyukurannya kepada Allah subhanahu wata'ala.

Disebutkan di dalam sebuah hadits bahwa suatu ketika beliau melaksanakan shalat malam hingga kakinya membengkak karena terlalu lama berdiri. Ketika beliau ditanya apa yang melatarbelakangi beliau melakukan hal demikian maka beliau menjawab : “Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?”

Masya Allah! Betapa beliau rela mengerjakan shalat dengan waktu yang sangat lama hanya karena rasa syukurnya. Pertanyaannya adalah, sudahkah kita merealisasikan rasa syukur kita sebagaimana Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam merealisasikan rasa syukurnya?

Oleh karena itu, ma’asyirol muslimin rahimakumullah… bersyukurlah kepada Allah atas nikmat apapun yang saat ini kita peroleh. Ingatlah bahwa hanya dengan bersyukur maka nikmat itu akan ditambah. Sebaliknya, jika kita kufur akan nikmatnya, maka sesungguhnya azab Allah sangatlah pedih. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”


[QS. Ibrahim ayat 7]

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْـمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

رَبَّنَا ‌هَبۡ ‌لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ، وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآ، أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ

رَبَّنَآ ءَاتِنَا ‌فِي ‌ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Demikianlah pemaparan teks khutbah jumat tentang bersyukur yang dapat saya sampaikan. Silahkan share atau bagikan teks khutbah jumat ini sebanyak-banyaknya. Semoga dapat bermanfaat buat kita semua. Amiin ya robbal’aalamiin.

Related Posts :