Kandungan Surat Al-Fatihah Ayat 1-7

Kandungan Surat Al-Fatihah Ayat 1-7

Siapakah di antara kita yang tidak hafal dengan surat Al-Fatihah? Sebagian besar kita tentu hafal dengan surat Al-Fatihah. Bagaimana tidak? Surat Al-Fatihah merupakan rukun dalam shalat. Oleh karena itu, kita dituntut untuk menghafalkan surat tersebut.

Selain itu, surat Al-Fatihah merupakan surat yang sering dibaca dan diulang-ulang setiap sholat. Maka dari itu, sungguh aneh jika ada di antara kita yang tidak hafal dengan surat ini.

Namun, diturunkannya surat Al-Fatihah bukan hanya sekedar untuk dihafalkan. Akan tetapi, kita dituntut juga untuk mengetahui kandungan makna yang terdapat dalam surat Al-Fatihah. Dengan begitu, surat Al-Fatihah tidak sekedar menjadi hafalan saja. Akan tetapi, dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut ini akan kita pelajari bersama kandungan dari surat Al-Fatihah ayat 1-7. Sebelum mempelajari kandungannya, ada baiknya kita berkenalan terlebih dahulu dengan surat Al-Fatihah :

A. Surat Al-Fatihah dan Terjemahannya

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣ مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٤ إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. [1] Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam [2] Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, [3] Pemilik hari Pembalasan. [4] Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. [5] Bimbinglah kami ke jalan yang lurus, [6] (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat. [7]


QS. Al-Fatihah ayat 1-7

B. Mengenal Surat Al-Fatihah

Surat Al-Fatihah (arab : سورة الفاتحة) adalah surat pertama dalam Al-Quran. Secara bahasa, Al-Fatihah artinya adalah “pembukaan”. Surat ini dinamai Al-Fatihah karena merupakan surat yang menjadi pembuka di dalam Al-Quran.

Surat Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat dan tergolong surat makkiyyah. Surat ini meliputi pokok-pokok dan cabang-cabang agama, membahas akidah, ibadah, pensyariatan, iman kepada hari kebangkitan, iman kepada asma’ul-husna, pengkhususan ibadah, permohonan pertolongan, doa kepada Allah agar diberi hidayah kepada agama yang benar dan dihindarkan dari jalan orang-orang yang menyimpang dari hidayah Allah.

Surat Al-Fatihah memiliki beberapa nama seperti Ummul-Quran, Ummul-Kitab, As-Sab’u Al-Matsaniy[1], dan Ash-Sholah[2]. Adapun makna dari nama-nama tersebut, ialah :

  • Ummul-Quran : Induknya Al-Quran.
  • Ummul-Kitab : Induknya Al-Kitab. Dinamai demikian karena cakupan maknanya meliputi perkara-perkara pokok yang ada di dalam Al-Quran baik perkara akidah, ibadah, syariat, dan juga kisah-kisah.
  • As-Sab’u Al-Matsaniy : Tujuh (ayat) yang diulang-ulang. Dinamai demikian karena surat ini terdiri dari tujuh ayat yang diulang-ulang dalam shalat.
  • Ash-Sholah : Shalat.

Surat Al-Fatihah memiliki beberapa keutamaan, di antaranya :

  • Allah tidak menurunkan surat dalam kitab Taurat dan Injil yang sebanding dengan surat Al-Fatihah.[3]
  • Merupakan surat yang paling agung dalam Al-Quran.[4]

C. Kandungan Surat Al-Fatihah

Berikut ini kandungan surat Al-Fatihah ayat 1-7 :

1. Kandungan Surat Al-Fatihah Ayat 1

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


[QS. Al-Fatihah ayat 1]

Makna Ayat :

“Aku memulai bacaan Al-Quran dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang agar mendapatkan keberkahan serta pertolongan dari-Nya.”

Keterangan :
  • الاسم : “nama” adalah lafal yang digunakan sebagai penanda bagi sesuatu yang dinamai sehingga ia dikenal dengan nama tersebut dan berfungsi untuk membedakan dengan yang lainnya.
  • ٱللَّهِ : “Allah” adalah nama teragung bagi Tuhan semesta alam yang menciptakan, mengatur, memiliki, memelihara, mendidik, dan memberi rezeki kepada seluruh makhluk dan satu-satunya sesembahan yang berhak disembah.
  • ٱلرَّحۡمَٰنِ dan ٱلرَّحِيمِ adalah dua nama Allah yang diambil dari kata الرَّحْمَةُ yang artinya adalah rahmat atau kasih sayang.[5]
  • ٱلرَّحۡمَٰنِ : “Maha Pengasih” berarti memiliki rahmat yang luas yang dilimpahkan kepada seluruh makhluk-Nya tanpa terkecuali.
  • ٱلرَّحِيمِ : “Maha Penyayang” berarti memiliki rahmat khusus yang dilimpahkan terus-menerus tiada henti kepada hamba-Nya yang dicintai-Nya di dunia hingga akhirat.
  • Ayat ini mengajarkan kepada kita untuk memulai setiap perkataan dan perbuatan yang baik dengan membaca “بِسْمِ اللَّهِ” agar mendapatkan pertolongan dan keberkahan dari Allah.[6]

2. Kandungan Surat Al-Fatihah Ayat 2

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam


[QS. Al-Fatihah ayat 2]

Makna Ayat :

“Segala macam pujian berupa sifat-sifat yang agung dan sempurna hanya dipersembahkan untuk Allah semata, bukan untuk selain-Nya. Dialah Tuhannya semesta alam yang menciptakan, memelihara dan merajai semesta alam, dan yang berhak untuk disembah oleh seluruh makhluk-Nya.”

Keterangan :
  • ٱلۡحَمۡدُ : “Segala puji” adalah ungkapan pujian, yakni mensifati sosok yang dipuji dengan sifat-sifat yang terpuji atas perbuatan yang dilakukan secara sukarela.
  • الرَبّ : “Tuhan” adalah yang menciptakan, yang menguasai, yang memiliki, yang memperbaiki, yang memelihara, yang mendidik, dan yang berhak disembah.
  • ٱلۡعَٰلَمِينَ : “semesta alam” adalah segala sesuatu selain Allah.
  • Ayat ini mengajarkan kepada kita untuk memuji Allah subhanahu wata’ala dengan mengucapkan kalimat “الْحَمْدُ لِلَّهِ” dalam rangka bersyukur atas nikmat-nikmat yang tak terhitung yang telah dilimpahkan oleh-Nya kepada kita.
  • Puji-pujian dengan menyebut sifat-sifat yang menunjukkan keagungan dan kesempurnaan hanya layak dipersembahkan kepada Allah semata.
  • Pada saat seorang hamba membaca ayat ini, Allah menjawab : حَمِدَنِي عَبْدِي (hamba-Ku telah memuji-Ku).

3. Kandungan Surat Al-Fatihah Ayat 3

ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣

Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,


[QS. Al-Fatihah ayat 3]

Makna Ayat :

“Dialah Allah yang Maha Pengasih yang memiliki rahmat yang luas yang dilimpahkan kepada seluruh makhluk-Nya tanpa terkecuali. Dialah Allah yang Maha Penyayang yang memiliki rahmat yang khusus yang dilimpahkan terus-menerus tiada henti kepada hamba-Nya yang dicintai oleh-Nya di dunia hingga akhirat.”

Keterangan :
  • Pada ayat sebelumnya, Allah menyebutkan bahwa diri-Nya adalah “Tuhannya semesta alam” agar seorang hamba takut kepada-Nya. Pada ayat ini, Allah menyebutkan bahwa diri-Nya “Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” agar seorang hamba berharap akan kasih dan sayang-Nya. Ini merupakan keseimbangan antara raja’ (harapan) dan khauf (rasa takut).
  • Pada saat seorang hamba membaca ayat ini, maka Allah menjawab : أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي (hamba-Ku telah menyanjung-Ku).

4. Kandungan Surat Al-Fatihah Ayat 4

مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٤

Pemilik hari Pembalasan.


[QS. Al-Fatihah ayat 4]

Lafal مَٰلِكِ bisa dibaca dengan dua cara, yaitu :

  • مَالِكِ : Pemilik
  • مَلِكِ : Raja
Makna Ayat :

“Dialah Allah satu-satunya yang memiliki hari pembalasan secara mutlak di mana tidak ada makhluk yang saling memiliki satu sama lain pada hari itu. Hanya Allah yang bertindak sesuai kehendak-Nya pada hari itu.”

“Dialah Allah satu-satunya yang merajai hari pembalasan secara mutlak di mana tidak ada makhluk yang merajai pada hari itu. Hanya Allah yang berkuasa pada hari itu. Hanya Allah yang memberikan perintah dan larangan pada hari itu. Tidak ada seorang pun yang menghalangi atau membantah-Nya pada hari itu.”

Keterangan :
  • مَالِك : “Pemiliki” adalah yang memiliki dan bertindak terhadap sesuatu yang dimiliki sesuai apa yang dikehendaki.
  • مَلِك : “Raja” adalah yang memiliki kekuasaan, yang memerintah, yang melarang, yang memberikan dan yang mencegah tanpa ada yang menghalangi atau membantah.
  • يَوۡمِ ٱلدِّينِ : “hari pembalasan” adalah hari di mana seluruh amal perbuatan dibalas oleh Allah dengan adil tanpa ada kezaliman sedikitpun. Ada juga yang mengartikannya dengan “hari perhitungan”, yakni hari di mana amal perbuatan dihitung oleh Allah.
  • Ayat ini menunjukkan bahwa kepemilikan dan kerajaan Allah atas hari pembalasan bersifat mutlak karena pada hari itu tidak ada yang mampu mendakwakan sesuatu dan angkat bicara kecuali seizin Allah.
  • Pada saat seorang hamba membaca ayat ini, maka Allah menjawab : مَجَّدَنِي عَبْدِي (hamba-Ku telah mengagungkan-Ku).

5. Kandungan Surat Al-Fatihah Ayat 5

إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.


[QS. Al-Fatihah ayat 5]

Makna Ayat :

“Oleh karena itu, hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan beribadah. Hanya kepada Engkaulah kami tunduk dan patuh dengan ketundukan dan kepatuhan yang mutlak. Hanya kepada Engkaulah kami mengagungkan dan mencintai dengan pengagungan dan kecintaan yang mutlak. Sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain-Mu”

“dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan agar bisa menyembah hanya kepada-Mu. Hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan dalam setiap perkara, baik perkara dunia maupun akhirat. Sesungguhnya kami adalah hamba-Mu yang lemah. Tidak ada daya dan upaya melainkan atas pertolongan-Mu.”

Keterangan :
  • Ayat ini mengajarkan kepada kita bagaimana mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya dan memohon pertolongan hanya kepada-Nya.
  • Kata “نَعۡبُدُ” (kami menyembah) dan “نَسۡتَعِينُ” (kami memohon pertolongan) adalah kata kerja dalam bentuk jamak yang bermakna “kami”, bukan dalam bentuk tunggal yang bermakna “aku”. Jika seorang hamba membaca ayat ini maka seolah-olah ia mengucapkan “Aku tidak layak berdiri sendiri dalam bermunajat kepada-Mu karena aku merasa malau dengan kelalaianku dan dosa-dosaku. Oleh karena itu, aku bergabung bersama kaum beriman yang lainnya dan aku bersembunyi di tengah-tengah mereka. Maka dari itu, terimalah doaku bersama mereka sebab kami semua menyembah hanya kepada-Mu dan memohon pertolongan hanya kepada-Mu”
  • Ibadah artinya adalah kecintaan, ketundukan, kepatuhan, kerendahan diri, pengharapan dan ketakutan secara mutlak dan totalitas kepada yang disembah.
  • Pada saat seorang hamba membaca ayat ini, maka Allah menjawab : هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ (ini adalah antara Aku dan hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta).

6. Kandungan Surat Al-Fatihah Ayat 6

ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦

Bimbinglah kami ke jalan yang lurus,


[QS. Al-Fatihah ayat 6]

Makna Ayat :

“Ya Allah, bimbinglah kami ke jalan yang lurus, yakni jalan hidup yang benar yang menghantarkan kami pada ridha-Mu dan surga-Mu sehingga kami bahagia di dunia dan di akhirat.”

Keterangan :
  • ٱهۡدِنَا : “Bimbinglah kami” artinya adalah tunjukanlah, bimbinglah, berikanlah hidayah atau petunjuk, dan teguhkanlah di atas hidayah tersebut.
  • ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ : “jalan yang lurus” adalah agama yang lurus yang menghantarkan menuju ridha dan surga Allah
  • ٱلۡمُسۡتَقِيمَ : “yang lurus” artinya adalah tidak berbelok dari kebenaran dan tidak menyimpang dari petunjuk.
  • Ayat ini mengajarkan kepada kita untuk memohon kepada Allah agar diberikan hidayah dan ditunjukkan jalan hidup yang lurus.
  • Hidayah ada dua macam, yaitu :
    • Hidayah bayan (keterangan) dan irsyad (bimbingan) : yaitu petunjuk berupa keterangan dan bimbingan atau ilmu tentang kebenaran yang bisa diperoleh dari siapapun yang mengetahuinya.
    • Hidayah taufik dan pertolongan : yaitu diberikan keteguhan dan ketetapan atau istiqamah meniti jalan hidup yang lurus atau agama yang lurus yang mana istiqamah tersebut tidak bisa diperoleh kecuali atas pertolongan dari Allah.

7. Kandungan Surat Al-Fatihah Ayat 7

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat,


[QS. Al-Fatihah ayat 7]

Makna Ayat :

“Jalan yang lurus itu ialah jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah Engkau beri nikmat hidayah, sehingga mereka bisa istiqamah dalam ketaatan kepada-Mu dan para Rasul-Mu, serta menjalankan perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu.”

Keterangan :
  • ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ : “orang-orang yang telah Engkau beri nikmat” adalah orang-orang yang Allah berikan nikmat hidayah. Mereka itu adalah para Nabi, para shiddiq, para syuhada’, dan orang-orang sholih..[7] Mereka adalah orang-orang yang meniti jalan yang lurus yang menghantarkan menuju ridha dan surga Allah subhanahu wata’ala.
  • Jalan lurus yang ditempuh oleh orang yang diberi nikmat hidayah itu adalah agama Islam karena agama Islam adalah agama yang lurus dan diridhoi oleh Allah.

غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧

bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.


[QS. Al-Fatihah ayat 7]

Makna Ayat :

“Jalan yang lurus itu bukanlah jalan yang ditempuh oleh mereka yang dimurkai karena kufur terhadap kebenaran dan berbuat kerusakan di atas muka bumi.”

“Bukan pula jalan yang ditempuh oleh mereka yang tersesat dari jalan kebenaran sehingga mereka beribadah kepada Allah dengan cara yang menyimpang dan tidak sesuai dengan syariat.”

Keterangan :
  • ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ : “mereka yang dimurkai” adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran tetapi mengingkarinya (ilmu tanpa amal), contohnya seperti orang Yahudi.
  • ٱلضَّآلِّينَ : “orang-orang yang sesat” adalah orang yang tidak mengetahui kebenaran sehingga mereka tersesat (amal tanpa ilmu), contohnya seperti orang Nasrani.
  • Pada saat seorang hamba membaca ayat 6-7, maka Allah menjawab : هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ (ini untuk hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta).

D. Pengamalan dari Kandungan Surat Al-Fatihah

  • Disyariatkan membaca “بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ” setiap membaca awal surat di dalam Al-Quran kecuali surat At-Taubah.
  • Disunnahkan membaca “بِسْمِ اللَّهِ” ketika hendak berkata atau melakukan perbuatan yang baik. Di antara perkara yang disyariatkan untuk membacanya adalah ketika hendak makan, ketika keluar rumah, ketika hendak tidur, ketika menaiki kendaraan, ketika hendak menggauli istri, dan lain sebagainya.
  • Allah mencintai pujian .[8], karena itulah Allah memuji diri-Nya dan memerintahkan hamba-Nya untuk memuji-Nya dengan mengucapkan “الْحَمْدُ لِلَّهِ” sebagaimana yang Allah ajarkan dalam surat Al-Fatihah.
  • Sebelum berdoa memohon kepada Allah, hendaknya kita memuji, menyanjung, dan mengagungkan Allah subhanahu wata’ala terlebih dahulu agar doanya lebih cepat dikabulkan.
  • Hendaknya kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah semata karena hanya Dialah yang patut disembah.
  • Hendaknya memohon pertolongan kepada Allah karena kita adalah hamba-Nya yang lemah dan hanya Dia yang mampu memberikan pertolongan kepada kita agar dimudahkan dalam menjalani perkara dunia maupun akhirat.
  • Hendaknya kita senantiasa memohon kepada Allah agar diberikan serta diteguhkan di atas hidayah-Nya dan petunjuk-Nya karena kita sangat membutuhkan hidayah-Nya.
  • Hendaknya kita berlindung kepada Allah agar dijauhkan dari jalannya orang-orang yang dimurkai oleh Allah dan jalannya orang-orang yang tersesat dan jauh dari hidayah-Nya.
  • Hendaknya kita mengakui nikmat-nikmat yang Allah anugerahkan.
  • Hendaknya kita mengikuti teladan yang baik dalam beragama.
  • Wajibnya meniti jalannya orang-orang sholih yang diridhai oleh Allah, yakni jalannya para Nabi dan Rasul serta orang-orang yang mengikuti mereka.
  • Larangan untuk meniti jalannya orang-orang yang dimurkai oleh Allah sebab mereka mengetahui kebenaran namun tidak mau mengikutinya.
  • Larangan untuk meniti jalannya orang-orang yang sesat sebab mereka tidak mengetahui kebenaran atau tidak utuhnya kebenaran yang mereka ketahui.

E. Referensi

  • Tafsir Ibnu Katsir oleh Imam Ibnu Katsir
  • Aisarut-Tafasir oleh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
  • Tafsir Al-Munir oleh Wahbah Az-Zuhaili

  • [1] QS. Al-Hijr ayat 87, HR. Tirmidzi no. 3124 dan 3125, HR. Bukhari no. 4474
  • [2] HR. Muslim no. 395
  • [3] HR. Tirmidzi no. 3125
  • [4] HR. Bukhari no. 4474
  • [5] HR. Tirmidzi no. 1907
  • [6] HR. Ahmad no. 8712
  • [7] QS. An-Nisa’ ayat 69-70
  • [8] HR. Bukhari no. 4637

Related Posts :