Menghidupkan 10 Malam Terakhir di Bulan Ramadhan

menghidupkan-10-malam-terakhir-di-bulan-ramadhan

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah rabb sekalian alam, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya.

Alhamdulillah, kita telah memasuki pertengahan bulan Ramadhan. Sebentar lagi, kita akan memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Mudah-mudahan kita diberikan kesempatan oleh Allah untuk bisa menikmati bulan Ramadhan dengan ibadah hingga akhir. Amiin.

Tahukah kamu? Di antara salah satu amalan rutin yang dikerjakan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam ketika memasuki 10 malam terakhi di bulan Ramadhan adalah beriktikaf. Di dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa beliau tidak pernah meninggalkan amalan iktikaf di 10 malam terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat.

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam biasa beriktikaf di 10 hari terakhir di bulan Ramadhan sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau juga beriktikaf setelahnya.


[HR. Bukhari]

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa iktikaf adalah berdiam diri di masjid dalam rangka melaksanakan ketaatan dan meninggalkan hal-hal yang berkaitan dengan dunia. Seorang yang beriktikaf tidak diperbolehkan keluar dari masjid tanpa suatu keperluan dan tidak diperbolehkan menggauli istrinya. Allah ta'ala berfirman :

وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ

Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid


[QS. Al-Baqarah 187]

Hal ini menunjukkan bahwa iktikaf adalah ibadah yang betul-betul dilakukan dalam rangka fokus beribadah kepada Allah dan melupakan urusan dunia. Syaikh Bin Baz rahimahullah mengatakan :

الاعتكاف إنه قطع العلائق عن كل الخلائق للاتصال بخدمة الخالق

Iktikaf adalah memutus hubungan dari seluruh makhluk dalam rangka berkhidmat dengan sang Pencipta.

Kira-kira, mengapa Rasulullah mengkhususkan iktikaf di 10 malam hari terakhir bulan Ramadhan? Ada apakah di 10 malam terakhir bulan Ramadhan? Mengapa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam sampai mengorbankan waktunya demi beriktikaf di malam-malam tersebut? Apakah ada hal besar yang beliau cari di malam tersebut? Mari kita bahas bersama :

A. Ada Apa di 10 Malam Terakhir di Bulan Ramadhan?

Pernahkah kamu mendengar istilah lailatulqadar? Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan lailatulqadar atau malam kemuliaan, bukan?

Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa lailatulqadar atau malam kemuliaan memiliki keutamaan lebih baik dari pada seribu bulan. Allah ta'ala berfirman :

لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ

Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan.


[QS. Al-Qadr ayat 3]

Nah, tahukah kamu? Bahwa lailatulqadar yang lebih baik dari pada seribu bulan itu ternyata terjadi di salah satu malam di antara sepuluh malam terakhi di bulan Ramadhan. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

الْتَمِسُوهَا ‌فِي ‌الْعَشْرِ ‌الْأَوَاخِرِ ‌مِنْ ‌رَمَضَانَ

Carilah malam tersebut di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.


[HR. Bukhari]

Maka tak heran jika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menyempatkan waktunya untuk beriktikaf di 10 malam tersebut. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah agar bisa mendapatkan keutamaan lailatulqadar. Bahkan, kesungguhan ibadah beliau pada 10 malam tersebut lebih baik dibandingkan kesungguhan beliau di hari-hari selainnya. Diriwayatkan dalam sebuah hadits :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‌يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَا لَا ‌يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersungguh-sungguh di 10 hari terakhir (bulan Ramadhan) melebihi kesungguhan beliau di hari yang lain.


[HR. Muslim]

B. Mengapa Kita Perlu Menghidupkan 10 Malam Terakhir di Bulan Ramadhan?

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, bahwa tujuan dari menghidupkan 10 malam hari terakhir di bulan Ramadhan adalah agar kita mendapatkan keutamaan lailatulqadar. Di antara salah satu keutamaan lailatulqadar adalah lebih baik dari pada seribu bulan. Allah ta'ala berfirman :

وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ

Tahukah kamu apakah Lailatulqadar itu? Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan.


[QS. Al-Qadr ayat 2-3]

Tahukah kamu? Umur rata-rata umat Nabi Muhammad hanya berkisar antara 60 sampai 70 tahun. Sementara umur rata-rata umat terdahulu bisa hingga ratusan bahkan ribuan tahun. Lantas, bagaiaman kita bisa menyaingi amalan mereka sementara kita hanya diberi waktu yang begitu singkat oleh Allah?

Refrensi Lain: 5 Keutamaan Lailatul Qadar

Oleh karena itu, diantara kekhususuan yang diberikan oleh Allah kepada umat Nabi Muhammad adalah Allah menjadikan satu malam di salah satu dari 10 malam terakhir bulan Ramadhan lebih baik dari pada seribu bulan. Imam An-Nawawi mengatakan :

لَيْلَةُ الْقَدْرِ مُخْتَصَّةٌ بِهَذِهِ الْأُمَّةِ زَادَهَا اللَّهُ شَرَفًا فَلَمْ تَكُنْ لِمَنْ قَبْلَهَا

Lailatulqadar itu dikhususkan untuk umat ini -semoga Allah menambah kemuliaannya-, dan tidak didapatkan oleh umat-umat sebelumnya


[Al-Majmuu']

Artinya, jika seorang hamba beramal bertepatan pada malam tersebut maka amalannya setara dengan beramal selama seribu bulan. Jika dikonversikan ke tahun maka beramal satu malam di malam tersebut sama seperti beramal selama 83 tahun, bahkan lebih baik dari pada itu. Bayangkan saja jika selama hidup kita mendapati setidaknya 10 kali lailatulqadar. Itu artinya kita telah beramal selama 830 tahun.

Oleh karena itu, sungguh sangat amat rugi jika selama hidup kita tidak mendapati malam tersebut. Sementara umur kita amatlah singkat. Itupun belum tentu seluruh umur kita digunakan untuk full beribadah kepada-Nya. Apalagi kita adalah orang yang banyak lalai dan lupa kepada-Nya.

C. Amalan-amalan di 10 Malam Terakhir Bulan Ramadhan

Amalan apa sajakah yang bisa kita lakukan untuk menghidupkan 10 malam hari terakhir di bulan Ramadhan? Berikut beberapa amalan-amalan yang dapat kita lakukan dalam rangka menghidupkan 10 malam terakhir di bulan Ramadhan :

1. Iktikaf di Masjid

Amalan pertama yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan keutamaan lailatulqadar adalah dengan beriktikaf di 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Diriwayatkan dalam sebuah hadits :

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ

Rasulullah biasa beriktikaf di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.


[HR. Bukhari]

Iktikaf adalah berdiam diri di masjid dalam rangka beribadah kepada Allah ta'ala. Tujuan dari iktikaf adalah agar ibadah yang kita lakukan bisa lebih maksimal dan tidak terfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan. Seorang yang iktikaf tidak boleh keluar tanpa ada keperluan mendesak dan tidak boleh pula menggauli istrinya.

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam memberikan teladan kepada kita bagaimana kesungguhan beliau ketika memasuki sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Diriwayatkan dalam sebuah hadits :

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam ketika memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malam tersebut (dengan ibadah), dan membangunkan istri-istrinya (untuk beribadah).


[Muttafaq Alaih]

Pada hadits tersebut, kita memahami bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam sangat mempersungguh dalam beribadah di 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Bahkan beliau membangunkan istri-istrinya untuk beribadah pada malam tersebut. Selain itu disebutkan pula bahwa beliau mengencangkan sarungnya di 10 malam tersebut. Ini menunjukkan bahwa beliau benar-benar memfokuskan dirinya untuk beriktikaf dan tidak menggauli istrinya. Padahal menggauli istri adalah sesuatu yang dibutuhkan dan dihalalkan oleh Allah. Namun beliau memilih untuk meninggalkannya demi beriktikaf di masjid.

Jika kita merenung sejenak tentang apa yang beliau lakukan di 10 malam tersebut, kita akan menyadari bahwasanya ada hal besar yang ingin beliau dapatkan di 10 malam tersebut. Beliau bahkan juga mengajak dan membangunkan istri-istrinya di malam hari untuk mendapatkan hal besar tersebut. Hal besar tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah keutamaan lailatulqadar yang lebih baik dari pada seribu bulan. Maka tak heran jika ada orang tidak mendapati kebaikan yang ada pada lailatulqadar ia akan merugi serugi-ruginya. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

مَنْ ‌حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Barang siapa yang terhalang dari kebaikannya maka sungguh ia telah terhalang.


[HR. An-Nasa'iy]

2. Melaksanakan Shalat

Diantara amalan yang dapat dilakukan di 10 malam terakhir bulan Ramadhan adalah melaksanakan sholat. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

مَنْ ‌قَامَ ‌لَيْلَةَ ‌الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa yang berdiri melaksanakan shalat di malam qadar karena keimanan dan mengharapkan pahala maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.


[HR. Bukhari]

Sholat adalah ibadah yang paling agung. Jika kita ingin menggabungkan ibadah membaca Al-Quran, berdzikir, berdoa, memuji Allah, rukuk dan juga sujud, maka jawabannya adalah dengan melaksanakan sholat. Karena di dalam sholat terdapat amalan-amalan tersebut. Di dalam sholat (terutama sholat sunnah) kita bisa memperbanyak doa, memperbanyak bacaan Al-Quran, memperlama rukuk dan sujud, serta memperbanyak dzikir dan pujian kepada Allah.

3. Memohon Maaf Kepada Allah

Sebagai seorang muslim tentu kita beriman bahwa Allah subhanahu wata'ala adalah Zat yang Maha Memaafkan dan suka memaafkan. Salah satu amalan yang bisa kita lakukan di 10 malam terakhir di bulan Ramadhan adalah dengan memperbanyak memohon ampunan dan maaf kepada Allah ta'ala. Diriwayatkan dalam sebuah hadits :

قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: " قُولِي: ‌اللَّهُمَّ ‌إِنَّكَ ‌عُفُوٌّ ‌تُحِبُّ ‌الْعَفْوَ ‌فَاعْفُ ‌عَنِّي

Aisyah berkata : "Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku mengetahui malam lailatulqadar, apa yang aku ucapkan?" Beliau menjawab : "Ucapkanlah : اللَّهُمَّ ‌إِنَّكَ ‌عُفُوٌّ ‌تُحِبُّ ‌الْعَفْوَ ‌فَاعْفُ ‌عَنِّي (Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha Memaafkan, suka memaafkan, maka maafkanlah aku)"


[HR. Tirmidzi]

4. Membaca Al-Quran

Coba perhatikan hadits di bawah ini dengan seksama!

الصِّيَامُ ‌وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي (1) فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ "، قَالَ: " فَيُشَفَّعَانِ "

Puasa dan Al-Quran adalah dua amalan yang dapat memberikan syafaat bagi seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata : "Wahai tuhanku, aku telah menghalanginya dari makan dan syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku untuk memberikan safaat padanya." Al-Quran berkata : "Aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka izinkanlah aku untuk memberikan syafaat kepadanya." Maka puasa dan Al-Quran pun diizinkan oleh Allah untuk memberikan syafaat.


[HR. Ahmad]

Jika kita cermati hadits di atas, apa faedah yang bisa kita ambil? Jawabannya adalah bahwa puasa dan Al-Quran adalah dua amalan yang dapat memberikan syafaat.

Apakah hanya itu saja faedah yang bisa kita ambil? Ternyata tidak!

Coba perhatikan sekali lagi! Di dalam hadits tersebut, tergabung dua amalan yang dua-duanya sama-sama dapat memberikan syafaat di hari kiamat. Hadits ini seolah-olah memberikan isyarat kepada kita bahwa dua amalan ini merupakan amalan yang saling berpasangan. Jika seorang di siang hari melakukan ibadah puasa maka seharusnya di malam harinya ia akan mengurangi jatah tidurnya dengan membaca Al-Quran.

Oleh karena itu, jika di siang hari bulan Ramadhan kita berpuasa maka di malam harinya kita kurangi jatah tidur kita dengan membaca Al-Quran. Karena dua amalan tersebut merupakan amalan yang dapat memberikan syafaat kepada seorang hamba di hari kiamat.

Tentu masih banyak lagi amalan yang dapat kita lakukan ketika hendak menghidupkan 10 malam terakhir di bulan Ramadhan, seperti berdzikir, berdoa, bersholawat, mengkaji ilmu agama, dan lain sebagainya. Pada intinya, malam-malam tersebut adalah waktu yang tepat untuk berkhalwat dengan Allah subhanahu wata'ala. Namun, karena keterbatasan waktu maka kami cukupkan terlebih dahulu pemaparan pada kesempatan kali ini.

Semoga kita dimudahkan oleh Allah dalam menghidupkan 10 malam terakhir di bulan Ramadhan. Dan semoga Allah menerima amalan kita semua. Amiin Ya Rabbal'aalamiin.

Related Posts :