Pembagian Hadits Berdasarkan Kualitas Sanad

Pembagian Hadits Berdasarkan Kualitas Sanad

Alhamdulillah, wash-shalatu was-salamu 'ala rasulillah, wa 'alaa aalihi washahbihii waman waalaah. Waba'du.

Pernahkan kamu mendengar istilah “hadits shahih” yang biasa disampaikan oleh para ustad ketika berceramah? Jika kamu pernah mendengarnya, ternyata istilah tersebut merupakan istilah untuk menyebut kualitas sanad pada hadits tersebut.

Nah, pada pelajaran ilmu hadits kali ini kita akan membahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanadnya. Apabila kamu belum memahami apa itu sanad, coba kamu pelajari terlebih dahulu apa itu sanad pada artikel berikut ini :

Pengertian Sanad, Matan, dan Rawi Beserta Contohnya

Tahukah kamu? Ternyata tidak semua hadits itu kualitas sanadnya bagus, lho. Ada yang kualitasnya bagus, ada yang kurang bagus, bahkan ada juga yang kualitasnya lemah. Ini menunjukkan bahwa ternyata dalam ilmu hadits itu ada pembagian hadits berdasarkan kualitas sanadnya.

Contoh Soal Pelajaran Ilmu Hadits

Pernahkah kamu menjumpai sebuah soal : sebutkan pembagian hadits berdasarkan kualitas sanadnya!

Apabila kamu pernah menjumpai soal tersebut maka pada artikel kali ini kita akan menjawab soal pembagian hadits berdasarkan kualitas sanadnya. Pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad itu terbagi menjadi tiga, yaitu :

  1. Hadits Shahih yang terbagi lagi menjadi dua, yaitu shahih lidzatihi dan shahih lighairihi
  2. Hadits Hasan yang terbagi lagi menjadi dua, yaitu hasan lidzatihi dan hasan lighairihi
  3. Hadits Dhoif

Kalau kamu penasaran lebih mendalam mengenai ketiga jenis hadits berdasarkan kualitas sanadnya, mari kita pelajari bersama bab pembagian hadits berdasarkan kualitas sanadnya :

A. Hadits Shahih

Pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad yang pertama adalah hadits shahih. Berikut ini akan dijelaskan apa pengertian hadits shahih, syarat hadits shahih, pembagian hadits shahih dan contoh hadits shahih :

Pengertian Hadits Shahih

Apa itu hadits shahih? Menurut Ibnu Sholah dalam kitabnya muqoddimah Ibnu Sholah, beliau mendefinisikan bahwa Hadits Shahih adalah :

فَهُوَ الْحَدِيثُ الْمُسْنَدُ الَّذِي يَتَّصِلُ إِسْنَادُهُ بِنَقْلِ الْعَدْلِ الضَّابِطِ عَنِ الْعَدْلِ الضَّابِطِ إِلَى مُنْتَهَاهُ وَلَا يَكُونُ شَاذًّا وَلَا مُعَلَّلًا

“Yaitu hadits yang sanadnya bersambung yang diriwayatkan oleh periwayat yang adil dan dhabith, dari periwayat yang adil dan dhabith sampai akhir sanad dan tidak ada syadz dan juga illah

Dari definisi di atas dapat kita pahami bahwa hadits shahih adalah hadits yang kualitas sanadnya paling bagus dari segala sisi.

Syarat-syarat Hadits Shahih

Setelah kita mengetahui pengertian hadits shahih, kita dapat mengambil pelajaran bahwa syarat hadits shahih itu ada lima :

  1. Yang pertama, sanadnya bersambung. Maksudnya adalah bahwa setiap periwayat yang meriwayatkan hadits tersebut betul-betul menerima hadits dari gurunya secara langsung mulai dari periwayat yang pertama hingga akhir.
  2. Yang kedua, periwayatnya adil. Maksudnya adalah bahwa setiap periwayat atau sanad yang terdapat dalam hadits tersebut adalah seorang muslim, berakal, tidak fasik, baligh, dan tidak melakukan perbuatan yang aib.
  3. Yang ketiga, periwayatnya dhabit. Maksudnya adalah bahwa periwayat hadits memiliki ingatan yang kuat. Sehingga ketika seorang periwayat menerima hadits itu ia mampu menghafal dengan baik dan saat ia menyampaikan ia juga mampu menyampaikan hadits tersebut sesuai yang telah ia hafalkan.
  4. Yang keempat, tidak ada syadz. Syadz adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang tsiqah menyelisihi yang lebih tsiqah.
  5. Yang kelima, tidak ada illat. Maksudnya adalah tidak ada kecacatan pada hadits yang dapat merusak kesahihan suatu hadits.

Pembagian Hadits Shahih

Hadits Shahih terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Shahih Lidzatihi

Secara bahasa berarti shahih dengan sendirinya. Maksudnya adalah hadits tersebut adalah hadits yang telah memenuhi ke-lima syarat hadits shahih yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Atau dalam arti lain kualitas sanad pada hadits ini sangatlah kuat, semua periwayatnya tsiqah, dhobit, adil, bersambung, tidak ada syadz ataupun illat.

2. Shahih Lighairihi

Secara bahasa berarti shahih dengan selainnya. Maksudnya adalah hadits hasan lidzatihi yang memiliki jalur yang banyak. Dalam arti lain, hadits shahih lighairihi itu adalah hadits hasan lidzatihi yang jumlahnya lebih dari satu sehingga antar satu hadits hasan lidzatihi dengan hadits hasan lidzatihi yang lainnya saling menguatkan.

Nah, dikarenakan antar hadits hasan lidzatihi tersebut saling menguatkan maka derajatnya pun naik menjadi hadits shahih lighairihi. Simpelnya seperti ini : Hadits Hasan Lidzatihi + Hadits Hasan Lidzatihi = Hadits Shahih Lighairihi.

Contoh Hadits Shahih

Contoh hadits shahih sangatlah banyak, berikut ini salah satu contoh hadits shahih :

1. Contoh Hadits Shahih Lidzatihi

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا ‌يُفَقِّهْهُ ‌فِي ‌الدِّينِ

Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah maka Allah akan menjadikannya faqih dalam agama.


[HR. Bukhari Muslim]

2. Contoh Hadits Shahih Lighairihi

ابْتَعْ ‌عَلَيْنَا إِبِلًا بِقَلَائِصَ مِنْ إِبِلِ الصَّدَقَةِ إِلَى مَحِلِّهَا

Belilah unta dengan unta-unta muda dari hasil zakat hingga zakat itu diberikan.


[HR. Ahmad]

Hadits di atas merupakan hadits shahih lighairihi dikarenakan hadits tersebut merupakan hadits hasan lidzatihi yang dikuatkan dengan hadits hasan lidzatihi yang lain yang semakna dengan hadits tersebut.

Hadits tersebut diriwayatkan oleh imam Ahmad dari jalur Muhammad bin Ishaq dan juga diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari jalur Amr bin Syuaib. Masing-masing jalur tersebut derajatnya hasan, sehingga apabila terdapat dua hadits yang semakna dengan derajat hasan lidzatihi maka hadits tersebut kedudukannya menjadi hadits shahih lighairihi.

Mengenai pembahasan apa itu hadits hasan lidzatihi? insya Allah akan dibahas pada penjelasan setelah ini.

B. Hadits Hasan

Setelah kita membahas tentang hadits shahih, selanjutnya kita akan membahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad yang kedua yaitu hadits hasan. Berikut ini pengertian hadits hasan, syarat hadits hasan, pembagian hadits hasan dan juga contoh hadits hasan.

Pengertian Hadits Hasan

Apa yang dimaksud dengan hadits hasan?

Para ulama berbeda pendapat mengenai pengertian hadits hasan. Namun menurut Mahmud Ath-Thohhan dalam kitabnya Taisir Mushtholah Al-Hadits menyebutkan bahwa pendapat yang terpilih adalah :

هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه، عن مثله إلى منتهاه، من غير شذوذ ولا علة

“Yaitu hadits yang bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh periwayat yang adil namun kurang dhobit, dari yang semisal itu sampai akhir periwayat (maksudnya tidak semua periwayat/sanadnya kurang dhobit), dan tidak terdapat syadz dan juga illat di dalamnya.”

Pada pengertian di atas dapat kita pahami bahwa hadits hasan adalah hadits yang kualitas sanadnya di bawah hadits shahih.

Syarat Hadits Hasan

Syarat hadits hasan sama dengan hadits shahih, hanya saja bedanya pada hadits hasan terdapat periwayat yang kurang dhobit. Atau dalam arti lain tidak ada perbedaan antara hadits hasan dengan hadits shahih selain dalam hal kesempurnaan hafalan perawinya. Yakni perawi pada hadits hasan kesempurnaan hafalannya berada di bawah perawi pada hadits shahih.

Pembagian Hadits Hasan

Hadits Hasan terbagi menjadi dua :

1. Hadits Hasan Lidzatihi

Artinya hadits tersebut adalah hadits yang hasan dengan sendirinya karena telah memenuhi semua kriteria atau persyaratan hadits hasan.

2. Hadits Hasan Lighairihi

Yaitu hadits dhaif yang memiliki jalur yang banyak yang saling menguatkan. Akan tetapi syaratnya tidak ada dari periwayat hadits tersebut periwayat yang pendusta atau dituduh sebagai pendusta.

Atau bahasa mudahnya : Hadits Dhoif + Hadits Dhoif = Hadits Hasan lighairihi.

Dengan syarat antar satu hadits dhoif dengan hadits dhoif yang digabungkan memiliki jalur periwayat yang berbeda dan tidak ada dalam jalur periwayatnya periwayat yang pendusta atau dituduh dusta.

Contoh Hadits Hasan

Berikut ini adalah contoh hadits hasan

1. Hadits Hasan Lidzatihi

‌مِفْتَاحُ ‌الصَّلَاةِ ‌الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

Kuncinya sholat adalah bersuci, dan yang mengharamkannya (dari perbuatan di luar sholat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya (dari perbuatan di luar sholat) adalah salam.


[HR. Tirmidzi]

2. Hadits Hasan Lighairihi

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ فِي الدُّعَاءِ، لَمْ يَحُطَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ

Bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam ketika mengangkat tangannya dalam doa, maka beliau tidak mengembalikan keduanya hingga mengusapkan keduanya pada wajahnya.


[HR. Tirmidzi]

Ibnu Hajar mengatakan di dalam kitabnya Bulughul Maram bahwa hadits ini memiliki beberapa penguat yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan selainnya sehingga secara keseluruhan menunjukkan bahwa hadits ini hasan.

C. Hadits Dhoif

Alhamdulillah kita menginjak pada pembahasan mengenai pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad yang ketiga, yaitu hadits dhoif. Berikut ini akan kita pelajari definisi hadits dhaif dan juga contoh hadits dhoif dan juga hukum meriwayatkan hadits dhoif.

Pengertian Hadits Dhoif

Apa itu hadits Dhoif? Menurut Ibnu Sholah dalam kitabnya Muqoddimah Ibnu Sholah, hadits dhoif adalah :

كُلُّ حَدِيثٍ لَمْ يَجْتَمِعْ فِيهِ صِفَاتُ الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ، وَلَا صِفَاتُ الْحَدِيثِ الْحَسَنِ الْمَذْكُورَاتُ فِيمَا تَقَدَّمَ، فَهُوَ حَدِيثٌ ضَعِيفٌ

“Semua hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih ataupun persyaratan hadits hasan yang telah disebutkan sebelumnya maka ia merupakan hadits dhoif.”

Dari pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa hadits dhoif adalah hadits yang kualitas sanadnya lemah. Dan penyebab kelemahannya sangatlah banyak, entah itu periwayatnya tidak adil, tidak dhobit, ada sanad yang terputus, dan lain sebagainya.

Contoh Hadits Dhoif

مَنْ أَتَى حَائِضًا، أَوِ امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا، أَوْ كَاهِنًا، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

Barang siapa yang menyetubuhi wanita yang sedang haid, atau melalui dubur, atau mendatangi dukun, maka ia telah mengingkari dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.


[HR. Tirmidzi]

Hukum Meriwayatkan Hadits Dhoif

Hukum meriwayatkan hadits dhoif tanpa menjelaskan bahwa hadits tersebut dhoif adalah boleh dengan dua syarat : Tidak berkaitan dengan akidah dan tidak berkaitan dengan hukum syariat.

Artinya meriwayatkan atau menyampaikan hadits dhoif adalah boleh apabila berkaitan dengan targhib dan tarhib tentang suatu amalan selama :

  1. Dhoifnya tidak terlalu lemah.
  2. Amalan yang disebutkan dalam hadits tersebut ada dalam hadits shohih.
  3. Tidak berkeyakinan bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam mengucapkan hadits tersebut.

Penutup

Alhamdulillah telah selesai pembahasan kita tentang pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad. Maka dari pembelajaran bab ini dapat kita rangkum sebagai berikut :

  • Pembagian Hadits Berdasarkan Kualitas Sanad terbagi menjadi tiga yaitu : (1) Shahih (2) Hasan (3) Dhoif
  • Hadits shahih adalah hadits dengan kualitas sanad yang baik.
  • Hadits hasan adalah hadits dengan kualitas sanad di bawah hadits shahih, yaitu ada periwayat yang kurang dhobit dalam hadits tersebut.
  • Hadits dhoif adalah hadits yang tidak memenuhi kualitas sanad hadits shahih ataupun hasan.

Penyusun : Adam Rizkala

Refrensi :

  • Mustholah Al-Hadits : oleh Al-Utsaimin
  • Taisir Mustholah Al-Hadits : oleh Mahmud Ath-Thohhan
  • Muqaddimah Ibnu Sholah : oleh Ibnu Sholah

Related Posts :