Ceramah Tentang Adab Kepada Guru

Ceramah Tentang Adab Kepada Guru

Ceramah tentang adab kepada guru merupakan salah satu materi ceramah yang penting untuk disampaikan baik kepada siswa sekolah biasa, sekolah islam maupun santri di pondok pesantren.

Mengapa materi ceramah ini begitu penting?

Pertama, adab kepada guru merupakan adab yang mulai luntur dikalangan para penuntut ilmu akhir-akhir ini. Banyak dari para penuntut ilmu yang masing kurang hormat kepada gurunya.

Yang kedua, adab kepada guru merupakan salah satu adab yang dapat menjadikan seorang penuntut ilmu memperoleh keberkahan dari ilmu yang didapatkan.

Oleh karena itu, ceramah tentang adab kepada guru merupakan ceramah yang harus sering disampaikan. Tujuannya agar para penuntut ilmu dapat memahami dan menyadari betapa pentingnya adab kepada guru saat mereka mengikuti pelajaran.

Nah, apabila Anda hendak menyampaikan materi ceramah tentang adab kepada guru, maka pada postingan kali ini saya akan membagikan salah satu contoh naskah ceramah tentang adab kepada guru yang biasa saya sampaikan. Teks ceramah ini akan saya sampaikan secara lengkap mulai dari salam, pembukaan, isi, hingga kalimat penutup.

Mudah-mudahan teks ceramah tentang adab kepada guru ini dapat disampaikan kepada para siswa maupun santri dan dapat menjadi inspirasi bagi Anda yang hendak menyampaikan ceramah tentang adab kepada guru. Berikut teks ceramahnya :

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَبَعْدُ

(Alhamdulillahi robbil-‘aalamiin, wash-sholaatu was-salaamu ‘ala asyrofil-ambiya-i wal-mursalin, sayyidina wa nabiyyina Muhammadin, wa ‘alaa aalihi wa shohbihi ajma’in. Wa ba’du)

Santriwan dan santriwati yang semoga dirahmati oleh Allah, pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita kepada Allah Rabb semesta alam yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita semua.

Yang kedua, semoga shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad beserta keluarganya, para sahabatnya, dan juga para pengikutnya.

Santriwan dan santriwati yang semoga dirahmati oleh Allah, pada majelis yang mulia ini saya hendak menyampaikan materi ceramah tentang adab kepada guru yang wajib kalian amalkan dalam keseharian kalian sebagai seorang santri. Maka dimohon kepada para santri untuk menyimak materi ceramah ini dengan baik, serta mencatatnya di buku catatan kalian masing-masing.

Baik, kita mulai saja materinya.

Anak-anakku yang semoga dirahmati oleh Allah, apa sajakah adab seorang murid kepada gurunya? Adakah diantara kalian yang sudah mengetahuinya? Kalau belum, berikut ini saya akan sampaikan beberapa adab penting yang perlu kalian catat di buku catatan kalian. Silahkan disiapkan alat tulis dan catatannya!

Adab kepada guru yang pertama adalah hendaknya seorang murid ataupun santri mematuhi perintah gurunya.

Di dalam kitab tadzkiratus-sami’ wal-mutakallim yang ditulis oleh Ibnu Jama’ah Asy-Syafi’i disebutkan bahwa hubungan seorang santri dengan gurunya itu layaknya hubungan pasien dengan dokternya. Mengapa demikian? Karena guru itu ibarat dokter. Apabila dokter itu mengobati penyakit fisik maka guru itu mengobati penyakit kebodohan dan juga mengobati penyakit akhlak yang buruk. Maka apabila seorang pasien yang mengalami penyakit fisik ingin sembuh dari penyakitnya maka ia harus mematuhi arahan dari dokter.

Begitupun seorang santri, apabila ia hendak menghilangkan penyakit bodoh dan akhlak buruk yang ada pada dirinya maka hendaknya ia mengikuti arahan dari guru ataupun ustadnya.

Adab kepada guru yang kedua adalah hendaknya seorang santri itu bersabar dengan kerasnya seorang guru.

Terkadang seorang guru itu ada yang keras dalam mengajar. Saya yakin sebagian besar dari kalian merasa tidak nyaman dengan perilaku guru yang keras dalam mengajarnya. Namun, apakah ketika guru bertindak keras kemudian kita malah berhenti belajar? Tentu saja jawabannya tidak!

Ingatlah anak-anakku, bahwa kerasnya seorang guru dalam mengajar adalah dalam rangka mendidik kalian. Karena adakalanya metode yang keras itu diperlukan agar murid tidak hanya pintar tetapi juga memiliki jiwa yang tangguh.

Sebagaimana yang barusan saya sampaikan bahwa hubungan antara murid dengan guru itu ibarat pasien dengan dokter. Apabila pasien tidak bersabar dengan metode pengobatan dari dokternya maka ia tidak akan pernah sembuh dari penyakitnya.

Begitu pula santri ataupun murid ia harus bersabar dengan metode pendidikan dari guru ataupun ustadnya. Selama guru yang mengajar kalian tidak bertindak di luar batas syariat dalam mengajar maka bersabarlah dalam menghadapinya. Sesungguhnya pedihnya kebodohan lebih menyakitkan dibandingkan bersabar atas hinanya belajar.

Sebagian ulama salaf mengatakan :

مَنْ لَمْ يَصْبِرْ عَلَى ذُلِّ التَّعْلِيْمِ بَقِيَ عُمُرَهُ فَي عَمَايَةِ الْجَهَالَةِ، وَمَنْ صَبَرَ عَلَيْهِ آلَ أَمْرُهُ إِلَى عِزِّ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Barang siapa yang tidak bersabar atas hinanya belajar maka tersisalah umurnya dalam kesesatan dan kebodohan, dan barang siapa yang sabar atasnya maka urusannya akan kembali menuju kemuliaan dunia dan akhirat.

Adab kepada guru yang ketiga adalah hendaknya seorang murid itu mendengarkan dan memperhatikan dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.

Ketika kalian belajar jangan sampai kalian itu membuat kegaduhan, ngobrol sendiri, ataupun tertidur di dalam kelas. Apalagi yang diajarkan itu materinya ada kaitannya dengan Al-Quran dan Al-Hadits. Coba sekarang kalian cek di surat Qaf ayat yang ke 37. Di dalam surat tersebut Allah ta’ala berfirman yang bunyinya :

اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَذِكْرٰى لِمَنْ كَانَ لَهٗ قَلْبٌ اَوْ اَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيْدٌ

Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya dan dia menyaksikan.


[QS. Qaaf ayat 37]

Ayat tersebut memberikan pelajaran kepada kita bahwa pelajaran-pelajaran yang ada di dalam Al-Quran itu akan menjadi peringatan bagi kita apabila kita memasang ketiga indra kita.

Indra apakah itu? Yaitu hati, telinga, dan juga mata.

Maksudnya adalah bahwa ketika kita menuntut ilmu hendaknya kita benar-benar menggunakan hati kita untuk fokus, telinga kita untuk mendengarkan, serta mata kita untuk memperhatikan pelajaran dengan baik. Kalau kita tidak menggunakannya lalu bagaimana mungkin pelajaran itu bisa masuk ke dalam hati kita? Iya kan?

Nah, oleh karena itu anak-anak, ketika kalian belajar cobalah ditahan mulutnya untuk tidak berbicara. Fokuskan hati dan pikiran kalian untuk mendengarkan materi ceramah yang disampaikan oleh ustad dan ustadzah ataupun bapak ibu guru. Tujuannya agar pelajaran yang disampaikan dapat masuk ke dalam hati kalian dan kalian dapat mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Anak-anakku/santriwan dan santriwati yang semoga dirahmati oleh Allah, jika pelajaran ataupun ceramah yang disampaikan oleh guru ternyata adalah materi yang sudah pernah kalian dengarkan sebelumnya, bagaimanakah sikap kita kepada guru tersebut? Apakah kita tetap mendengarkan materi yang disampaikan? Atau kita abaikan saja?

Jawabannya tentu saja tidak boleh. Sebagai santri yang beradab, tetaplah dengarkan apa yang disampaikan oleh guru meskipun kalian sudah pernah mendengarkan materi ceramah tersebut. Ingatlah bahwa hal itu merupakan bagian dari adab kepada ustadz ataupun guru. Di dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Atho’ bin Abi Robah pernah berkata :

إِنِّي لَأَسْمَعُ الْحَدِيْثَ مِنَ الرَّجُلِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِهِ مِنْهُ فَأُرِيْهِ مِنْ نَفْسِي أَنِّي لَا أُحْسِنُ مِنْهُ شَيْئًا

Aku pernah mendengar hadits dari seorang lelaki, sementara aku lebih mengetahui hadits itu dari pada dia. Maka akupun memperlihatkan diriku seakan aku tidak lebih baik darinya sedikitpun.

Dalam riwayat yang lain, beliau juga pernah mengatakan :

إِنَّ الشَّابَّ لَيَتَحَدَّثُ بِحَدِيْثٍ فَأَسْتَمِعُ لَهُ كَأَنِّي لمَ ْأَسْمَعْهُ وَلَقَدْ سَمِعْتُهُ قَبْلَ أَنْ يُوْلَدَ

Sesungguhnya ada seorang pemuda menyampaikan suatu hadits. Lalu aku mendengarkan hadits itu seakan-akan aku belum pernah mendengarnya. Padahal, aku sudah pernah mendengar hadits itu sebelum pemuda itu dilahirkan.

Maka anak-anakku sekalian, contohlah bagaimana para salaf dalam menuntut ilmu. Kesuksesan mereka dalam penguasaan ilmu telah terbukti dan tidak diragukan lagi. Oleh karenanya teladan terbaik dalam menuntut ilmu adalah para ulama salaf.

Adab kepada guru yang keempat adalah hendaknya seorang santri itu banyak bersyukur kepada guru yang telah mendidik dan mengajarnya.

Sebagai seorang santri yang beradab kalian harus memahami dan menyadari bahwasanya segala yang diberikan oleh guru kepada kalian berupa pendidikan, pengajaran, peramutan, dan juga perhatian adalah nikmat dari Allah . Bahkan teguran dan sikap keras seorang guru kepada muridnya juga merupakan nikmat dari Allah yang patut kalian syukuri.

Seandainya seorang guru itu tidak pernah memberikan peringatan keras kepada murid ataupun santrinya maka justru ini akan menjerumuskan murid tersebut ke dalam keburukan.

Oleh karena itu anak-anakku sekalian, bersyukurlah kepada gurumu apapun yang diberikan oleh gurumu kepada kalian. Entah itu pemberian ataupun perlakuan yang menurut kalian menyenangkan ataupun tidak menyenangkan maka syukurilah hal tersebut.

Demikianlah materi ceramah tentang adab kepada guru yang bisa saya sampaikan. Semoga kalian dapat menerapkan dan mengamalkan adab ini dalam keseharian kalian saat menuntut ilmu, baik itu di sekolah maupun di pondok pesantren. Mari kita akhiri dengan membaca hamdalah dan doa kafaratul majelis.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Demikian,,

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Related Posts :