Pentingnya Menghafal Al-Quran Bagi Seorang Muslim

Pentingnya Menghafal Al-Quran

Pentingkah menghafal Al-Quran bagi seorang muslim?

Al-Quran adalah kitabnya Allah yang paling istimewa. Al-Quran adalah satu-satunya kitabnya Allah yang bisa dihafalkan secara keseluruhan. Buktinya, tidak ada satupun kitab agama samawi yang bisa dihafalkan secara keseluruhan selain Al-Quran.

Penghafal Al-Quran juga merupakan orang yang istimewa. Pada hari kiamat, ia akan dipersilahkan untuk membacakan hafalan Al-Quran yang ia miliki. Jumlah ayat yang dibaca menentukan seberapa tinggi kedudukan yang akan ia capai di surga. Semakin banyak ayat yang dibaca maka semakin tinggi pula kedudukannya.

Akhir-akhir ini, aktivitas menghafal Al-Quran menjadi sebuah tren di kalangan umat Islam. Berdirinya lembaga-lembaga tahfidz Al-Quran menjadi penanda bahwa kegiatan menghafal Al-Quran semakin banyak diminati. Banyak umat Islam yang bergabung mengikuti program menghafal Al-Quran pada lembaga tersebut, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Tentu hal ini adalah sesuatu yang patut kita syukuri.

Meskipun demikian, jangan sampai kita ikut-ikutan menghafal Al-Quran hanya karena sebuah tren. Sebagai seorang muslim, kita harus memiliki alasan yang kuat dalam setiap aktivitas yang kita lakukan. Jika kita menghafal Al-Quran hanya karena sedang tren maka dikhawatirkan kita akan berhenti di tengah jalan jika tren itu telah berakhir.

Oleh karena itu, pada artikel kali ini kita akan membahas apa saja alasan pentingnya menghafal Al-Quran bagi seorang muslim. Dengan kita memahami pentingnya menghafal Al-Quran, diharapkan kita semakin menyadari bahwa sebagai seorang muslim memang sudah sepantasnya menghafal Al-Quran.

1. Hati Adalah Tempat Utama Bagi Al-Quran

Alasan pentingnya menghafal Al-Quran yang pertama adalah karena hati merupakan tempat utama untuk menyimpan Al-Quran.

Pada saat Al-Quran diturunkan, Allah tidak menurunkan Al-Quran berupa tulisan yang terkumpul dalam satu mushaf sebagaimana yang kita saksikan pada saat ini. Akan tetapi, Allah menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril langsung dalam bentuk bacaan.

إِنَّ عَلَيۡنَا جَمۡعَهُۥ وَقُرۡءَانَهُۥ ١٧ فَإِذَا قَرَأۡنَٰهُ فَٱتَّبِعۡ قُرۡءَانَهُۥ ١٨

Sesungguhnya tugas Kamilah untuk mengumpulkan (dalam hatimu) dan membacakannya. Maka, apabila Kami telah selesai membacakannya, ikutilah bacaannya itu.


[QS. Al-Qiyamah ayat 17-18]

Selain itu, Al-Quran juga diturunkan secara bertahap selama 23 tahun. Al-Quran tidak diturunkan sekaligus sebagaimana kitab-kitab sebelumnya. Tujuannya adalah agar membuat Al-Quran yang dihafalkan itu tertancap di dalam hati dengan kuat.

وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَوۡلَا نُزِّلَ عَلَيۡهِ ٱلۡقُرۡءَانُ جُمۡلَةٗ وَٰحِدَةٗۚ كَذَٰلِكَ ‌لِنُثَبِّتَ بِهِۦ فُؤَادَكَۖ وَرَتَّلۡنَٰهُ تَرۡتِيلٗا ٣٢

Orang-orang yang kufur berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Nabi Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan, dan benar).


[QS. Al-Furqon ayat 31]

Para sahabat pada saat itu juga bukanlah orang yang terbiasa menggunakan media tulis sebagai media penyimpanan informasi. Mereka lebih terbiasa menghafalkan informasi-informasi yang mereka terima daripada menuliskannya. Oleh karena itu, setiap ayat yang Rasulullah ajarkan kepada mereka, langsung mereka simpan di dalam hati mereka.

Sebagian sahabat memang ada yang menuliskan Al-Quran di beberapa media tulis yang ada pada saat itu. Akan tetapi, jumlah mereka yang menulis itu sangatlah sedikit. Itupun mereka melakukannya atas dasar perintah Rasulullah dan sebagai dokumentasi sekunder. Jika mereka lupa dengan ayat tersebut maka mereka bisa membaca tulisan tersebut dan menghafalkannya kembali. Berdasarkan hal itu semua, dapat kita simpulkan bahwa hati adalah tempat penyimpanan utama bagi Al-Quran.

بَلۡ هُوَ ءَايَٰتُۢ بَيِّنَٰتٞ ‌فِي ‌صُدُورِ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَۚ

Sebenarnya, ia (Al-Qur’an) adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu.


[QS. Al-Ankabut ayat 49]

2. Menjaga Keotentikan Al-Quran

Alasan pentingnya menghafal Al-Quran yang kedua adalah untuk menjaga keotentikan Al-Quran dari berbagai macam perubahan.

Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya, Al-Quran adalah satu-satunya kitab Allah yang terjaga keotentikannya hingga saat ini. Di antara salah satu penyebabnya adalah banyaknya umat Islam yang menghafalkan Al-Quran. Jika umat Islam banyak yang menghafalkan Al-Quran maka musuh-musuh Islam akan kesulitan untuk mengubah isi Al-Quran. Dengan begitu, umat Islam tidak mudah disesatkan karena kitabnya yang senantiasa terjaga di hatinya para penghafal Al-Quran.

Tahukah Anda? Allah telah menjamin bahwa Al-Quran akan senantiasa terpelihara dari perubahan. Di antara salah satu bukti janji tersebut ialah Allah jadikan banyak umat Islam yang menghafalkan Al-Quran.

إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ‌ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ٩

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.


[QS. Al-Hijr ayat 9]

Sebagian orang beranggapan bahwa menjaga keotentikan Al-Quran dengan menghafalnya sudah tidak relevan lagi di zaman sekarang. Apalagi salinan Al-Quran baik cetak maupun digital telah beredar di mana-mana. Jika terjadi kesalahan, umat Islam tinggal mengoreksinya dengan salinan Al-Quran yang utama atau salinan yang paling banyak beredar.

Anggapan di atas tentu adalah anggapan yang keliru. Menghafal Al-Quran untuk menjaga keotentikan Al-Quran tetaplah diperlukan. Jika hanya mengandalkan media cetak dan digital saja maka akan sangat sulit untuk mendeteksi kesalahan yang terjadi. Apalagi kesalahan tersebut adalah kesalahan yang sangat kecil. Belum lagi musuh-musuh Islam yang tak henti-hentinya berupaya untuk menghancurkan umat Islam. Bisa saja mereka menggunakan strategi yang licik untuk mengubah-ubah Al-Quran tanpa disadari umat Islam.

Maka dari itu, menghafal Al-Quran tetaplah penting bagi seorang muslim. Jika seorang muslim menghafalkan Al-Quran maka disadari maupun tidak ia telah berkontribusi dalam menjaga keotentikan Al-Quran.

3. Meneladani Rasulullah

Alasan pentingnya menghafal Al-Quran yang ketiga adalah meneladani Rasulullah .

Tahukah Anda? Manusia pertama yang menghafalkan Al-Quran dan mengajak umatnya untuk menghafal Al-Quran adalah Rasulullah . Setiap kali Al-Quran diturunkan, Rasulullah langsung menghafalkan ayat tersebut tanpa mencatatnya karena beliau adalah seorang ummi (tidak membaca dan tidak menulis).

هُوَ ٱلَّذِي بَعَثَ فِي ٱلۡأُمِّيِّـۧنَ رَسُولٗا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ

Dialah yang mengutus seorang Rasul (Nabi Muhammad) kepada kaum yang buta huruf dari (kalangan) mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya.


[QS. Al-Jumu’ah ayat 2]

Diturunkannya Al-Quran kepada beliau yang ummi juga menjadi bantahan bagi mereka yang mengatakan bahwa Al-Quran adalah karangannya Nabi Muhammad . Tidak mungkin seorang yang tidak membaca dan menulis mampu mengarang sebuah kitab sedemikian rupa. Seandainya Al-Quran adalah karangan Nabi Muhammad maka akan banyak terjadi kontradiksi dan kekurangan di dalamnya.

وَلَوۡ كَانَ مِنۡ عِندِ غَيۡرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ ‌ٱخۡتِلَٰفٗا كَثِيرٗا

Seandainya (Al-Qur’an) itu tidak datang dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya.


[QS. An-Nisa' ayat 82]

Oleh karena itu, menghafal Al-Quran tetaplah penting bagi seorang muslim karena orang yang menghafal Al-Quran berarti ia telah meneladani Rasulullah .

4. Modal Utama dalam Mempelajari Agama

Alasan pentingnya menghafal Al-Quran yang keempat adalah sebagai modal utama di dalam mempelajari agama Islam.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Al-Quran merupakan sumber hukum yang paling utama dalam agama Islam. Menghafal Al-Quran akan mempermudah seseorang di dalam memahami agama. Dengan menghafal Al-Quran secara keseluruhan, seseorang tidak perlu repot-repot mencari-cari dalil dengan membuka mushaf Al-Quran. Ia hanya perlu mengaitkannya kembali dengan ayat-ayat yang telah ia hafalkan.

Imam An-Nawawi mengatakan :

‌وكان ‌السلف لا يعلمون الحديث والفقه إلا لمن حفظ القرآن

Para salaf tidak mengajarkan hadits dan fiqih kecuali kepada orang yang hafal Al-Quran.


[Al-Majmu’ : 1/38]

Selain itu, menghafal Al-Quran juga dapat melatih kemampuan dan kecepatan seseorang dalam mengingat pelajaran. Seorang yang menghafal Al-Quran lebih mudah untuk mengingat pelajaran dibandingkan seorang yang tidak menghafal Al-Quran sama sekali. Hal ini disebabkan otak mereka yang setiap hari terlatih dengan menghafalkan Al-Quran. Hal ini tentu akan mempercepat dan mempermudah seseorang di dalam mempelajari dan memahami pelajaran-pelajaran agama.

5. Memanfaatkan Waktu

Alasan pentingnya menghafal Al-Quran yang kelima adalah untuk mengisi waktu dengan hal yang bermanfaat.

Waktu adalah hal yang sangat berharga bagi seorang muslim. Jika seorang muslim tidak disibukkan dengan perkara yang bermanfaat maka pasti ia akan disibukkan dengan perkara yang sia-sia. Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah mengatakan :

‌وَنَفْسُكَ إِنْ لَمْ تَشْغَلْهَا بِالْحَقِّ وَإِلَّا شَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ

Jiwa itu jika tidak disibukkan dengan perkara yang haq maka pasti akan disibukkan dengan perkara yang batil


[Al-Jawaab Al-Kaafi hal. 156]

Menghafal Al-Quran adalah salah satu aktifitas yang dapat mengurangi cukup banyak jatah waktu.

Bagaimana tidak? Menghafal Al-Quran membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Apabila seorang muslim menargetkan setidaknya menghafal satu halaman dalam sehari maka ia membutuhkan waktu sekitar setengah hingga satu jam untuk menghafalkannya. Belum lagi muroja'ah yang harus ia lakukan agar hafalan yang lalu tetap terjaga. Tentu hal ini membuat semakin menguras banyak jatah waktu.

Maka dari itu, menghafal Al-Quran adalah perkara yang penting bagi seorang muslim. Dengan menghafal Al-Quran, seorang muslim dapat memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. Dari pada menghabiskan waktu untuk bermain game atau scrolling media sosial, lebih baik waktunya dihabiskan untuk menghafal Al-Quran.

Related Posts :