Kisah Nabi Nuh Lengkap dari Lahir, Berdakwah, Membuat Bahtera, Sampai Wafat dan Dimakamkan

Kapal Nabi Nuh Berlabuh di Lautan

Kisah Nabi Nuh adalah salah satu kisah Nabi yang sangat populer. Terdapat banyak sekali hikmah yang dapat diambil dari kisah Nabi Nuh ‘alaihissalam. Seandainya tidak ada hikmah dibalik kisah Nabi Nuh maka tentu tidak akan dikisahkan dalam Al-Quran.

Pada artikel kali ini, kita akan mempelajari kisah Nabi Nuh lengkap dari lahir sampai wafat serta bagaimana perjuangan beliau dalam berdakwah. Mudah-mudahan dengan membaca kisah Nabi Nuh dapat menambah ilmu kita serta dapat mengambil hikmah-hikmah di balik kisahnya.

Berikut kisahnya :

Nama dan Nasab Nabi Nuh

Nabi Nuh ‘alaihissalam memiliki nama Nuh bin Lamik bin Mutawasy-syilakh bin Khanikh - Yaitu Idris - bin Yazid bin Malayil bin Qanin bin Anusy bin Syits bin Adam ‘alaihissalam bapaknya seluruh manusia.

Jarak antara Nabi Nuh ‘alaihissalam dengan Nabi Adam ‘alaihissalam adalah ribuan tahun. Terdapat sejumlah generasi yang hidup dalam masa yang sangat panjang antara Nabi Nuh dengan Nabi Adam. Menurut Ibnu Katsir, jarak antara Nabi Nuh dan Nabi Adam adalah ribuan tahun.

Kisah Kaum Nabi Nuh Sebelum Diutusya Nabi Nuh

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa jarak antara Nabi Nuh ‘alaihissalam dan Nabi Adam ‘alaihissalam adalah ribuan tahun. Pada jarak rentang tersebut, orang-orang masih memeluk agama Islam dan menyembah Allah subhanahu wata’ala.

Namun, keadaan berubah drastis sejak orang-orang pada saat itu membuat patung bernama Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr. Nama-nama patung tersebut merupakan nama-nama orang sholeh. Ketika orang-orang shaleh tersebut telah wafat, setan membisikkan kepada orang-orang untuk membuat patung orang-orang sholeh tersebut di majelis mereka.

Pada mulanya, mereka belum menyembah patung-patung tersebut. Tujuan dibuatnya patung tersebut adalah untuk mengenang kebaikan dan kesungguhan mereka dalam beribadah. Dengan begitu, mereka bisa lebih termotivasi dalam beribadah. Namun, ketika masuk generasi berikutnya dan ilmu mulai punah, maka patung-patung tersebut mulai disembah.

Iblis mendatangi mereka seraya berkata : “Dahulu, nenek moyang kalian menyembah patung-patung ini. Mereka juga meminta hujan melalui patung-patung ini.” Maka mereka pun percaya dengan apa yang dikatakan oleh Iblis. Akhirnya mereka mulai menyembah patung-patung tersebut.

Menurut riwayat dari Abu Hatim, Wadd, Yaghuts, Suwa', dan Nasr adalah anak-anak Nabi Adam ‘alaihissalam. Wadd adalah anak yang paling tua dan paling berbakti kepada Nabi Adam.

Wadd adalah orang yang sholih. Ia adalah tokoh yang sangat dicintai oleh kaumnya. Tatkala ia meninggal, orang-orang berdiam diri di sekitar kuburannya di daerah Babilonia dan bersedih atas kepergiannya.

Ketika Iblis melihat mereka bersedih maka Iblis menjelma menjadi manusia dan berkata : “Aku melihat kalian sangat bersedih atas kepergian orang ini. Maukah aku buatkan sebuah patung yang menyerupainya, kemudian kalian letakkan di tempat perkumpulan agar kalian bisa mengenangnya?” Mereka pun setuju untuk meletakkan patung itu di tempat perkumpulan mereka untuk mengenangnya.

Tak cukup sampai di situ, Iblis sangat menginginkan jika mereka menyembah patung-patung tersebut. Iblis yang sudah berjanji untuk menyesatkan manusia pun tak kehabisan ide. Ia berkata kepada mereka : "Maukah kalian aku buatkan patung yang menyerupainya yang dapat kalian letakkan di setiap rumah agar kalian bisa mengenangnya?". Mereka menjawab : “Ya.”

Ketika orang-orang mulai sering mendatangi patung itu dan mengingatnya, anak-anak mereka melihat apa yang mereka lakukan terhadap patung tersebut. Mereka pun terus menurunkan keturunan dan mengajarkan tata cara mengingat Wadd. Hingga pada akhirnya anak cucu mereka menyembah Wadd. Jadi patung yang disembah pertama kali adalah patung Wadd.

Kisah Nabi Nuh Diutus Menjadi Seorang Rosul

Manusia pada mulanya beragama Islam dan menyembah hanya kepada Allah subhanahu wata’ala semata. Namun, keadaan berubah drastis semenjak manusia membuat patung orang-orang sholeh. Awalnya, mereka membuat patung tersebut hanya untuk sekedar mengenang kebaikan dan kesholehan mereka. Akan tetapi, pada akhirnya mereka malah menyembah dan berdoa pada patung-patung tersebut.

Atas dasar itulah Allah subhanahu wata’ala mengutus Nabi Nuh ‘alaihissalam untuk memberantas penyembahan kepada selain Allah. Nabi Nuh ‘alaihissalam diberi tugas untuk mendakwahkan manusia agar beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, tidak menyamakan peribadatan kepada Allah dengan patung, berhala, dan thaghut, serta meyakini tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Dikisahkan dalam Al-Quran :

لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَقَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥٓ إِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٍ عَظِيمٖ ٥٩

Sungguh, Kami telah mengutus Nuh (sebagai rasul) kepada kaumnya, lalu ia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah (karena) tidak ada tuhan bagi kamu selain Dia.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah) aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (hari Kiamat).


[QS. Al-A'raf ayat 59]

Namun, mereka tidak menerima dakwah tersebut dengan baik. Mereka justru mengolok-olok Nabi Nuh ‘alaihissalam dan mengatakan bahwa Nabi Nuh adalah orang yang sesat. Dikisahkan dalam Al-Quran :

قَالَ ٱلۡمَلَأُ مِن قَوۡمِهِۦٓ إِنَّا لَنَرَىٰكَ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ ٦٠

Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami benar-benar melihatmu (berada) dalam kesesatan yang nyata.”


[QS. Al-A'raf ayat 60]

Meskipun demikian, Nabi Nuh ‘alaihissalam tidak berhenti meyakinkan kepada mereka bahwa dirinya adalah seorang Rasul yang diutus oleh Tuhan semesta alam. Nabi Nuh ‘alaihissalam berkata :

قَالَ يَٰقَوۡمِ لَيۡسَ بِي ضَلَٰلَةٞ وَلَٰكِنِّي رَسُولٞ مِّن رَّبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٦١ أُبَلِّغُكُمۡ رِسَٰلَٰتِ رَبِّي وَأَنصَحُ لَكُمۡ وَأَعۡلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٦٢ أَوَعَجِبۡتُمۡ أَن جَآءَكُمۡ ذِكۡرٞ مِّن رَّبِّكُمۡ عَلَىٰ رَجُلٖ مِّنكُمۡ لِيُنذِرَكُمۡ وَلِتَتَّقُواْ وَلَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ٦٣

Dia (Nuh) menjawab, “Hai kaumku, tidak ada padaku kesesatan sedikit pun, tetapi aku adalah rasul dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan kepadamu risalah (amanat) Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu. Aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. Apakah kamu (tidak percaya dan) heran bahwa telah datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu kepada seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu, agar kamu bertakwa, dan agar kamu mendapat rahmat?”


[QS. Al-A'raf ayat 61-63]

Kisah Ketika Nabi Nuh Mendakwahkan Kaumnya

Nabi Nuh ‘alaihissalam sangatlah menyayangi kaumnya. Ia berdakwah kepada kaumnya tanpa henti. Tidaklah siang dan malam ia lewati kecuali untuk mengajak kaumnya untuk kembali kepada Allah. Dakwah dengan berbagai macam strategi pun ia lakukan demi mengajak kaumnya untuk kembali kepada Allah.

Dikisahkan dalam Al-Quran :

إِنَّآ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦٓ أَنۡ أَنذِرۡ قَوۡمَكَ مِن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ ١ قَالَ يَٰقَوۡمِ إِنِّي لَكُمۡ نَذِيرٞ مُّبِينٌ ٢ أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ ٣ يَغۡفِرۡ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمۡ وَيُؤَخِّرۡكُمۡ إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمًّىۚ إِنَّ أَجَلَ ٱللَّهِ إِذَا جَآءَ لَا يُؤَخَّرُۚ لَوۡ كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٤

Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan perintah), “Berilah peringatan kepada kaummu sebelum datang azab yang pedih kepadanya!” Dia (Nuh) berkata, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku ini adalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan kepadamu, (yaitu) sembahlah Allah, bertakwalah kepada-Nya, dan taatlah kepadaku, niscaya Dia akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkanmu (memanjangkan umurmu) sampai pada batas waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah itu, apabila telah datang, tidak dapat ditunda. Seandainya kamu mengetahui(-nya).”


[QS. Nuh ayat 1-4]

Namun, upaya yang ia lakukan justru tidak dihargai oleh kaumnya. Mereka kufur kepada seruan dan ajakan Nabi Nuh. Sikap mereka kepada Nabi Nuh bahkan sangat menyakitkan hati. Tatkala Nabi Nuh menyampaikan seruannya, mereka menutup telinga dengan jari-jari mereka. Di antara mereka juga ada yang menutup kepala dengan bajunya. Mereka terus menunjukkan sikap tidak peduli dan sombong terhadap apa yang disampaikan oleh Nabi Nuh kepada mereka. Sampai-sampai, Nabi Nuh terus mengadu kepada Allah atas apa yang terjadi pada dirinya. Dikisahkan dalam Al-Quran :

قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوۡتُ قَوۡمِي لَيۡلٗا وَنَهَارٗا ٥ فَلَمۡ يَزِدۡهُمۡ دُعَآءِيٓ إِلَّا فِرَارٗا ٦ وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوۡتُهُمۡ لِتَغۡفِرَ لَهُمۡ جَعَلُوٓاْ أَصَٰبِعَهُمۡ فِيٓ ءَاذَانِهِمۡ وَٱسۡتَغۡشَوۡاْ ثِيَابَهُمۡ وَأَصَرُّواْ وَٱسۡتَكۡبَرُواْ ٱسۡتِكۡبَارٗا ٧ ثُمَّ إِنِّي دَعَوۡتُهُمۡ جِهَارٗا ٨ ثُمَّ إِنِّيٓ أَعۡلَنتُ لَهُمۡ وَأَسۡرَرۡتُ لَهُمۡ إِسۡرَارٗا ٩

Dia (Nuh) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam, tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, melainkan mereka (makin) lari (dari kebenaran). Sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya). Mereka pun tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri. Kemudian, sesungguhnya aku menyeru mereka dengan cara terang-terangan. Lalu, aku menyeru mereka secara terbuka dan diam-diam.


[QS. Nuh ayat 5-9]

Meskipun demikian, Nabi Nuh tidak menyerah begitu saja. Ia terus membujuk kaumnya untuk memohon ampunan kepada Allah subhanahu wata’ala. Jika mereka mau melakukannya maka Allah akan memberikan kesejahteraan kepada negeri mereka. Dikisahkan dalam Al-Quran :

فَقُلۡتُ ٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارٗا ١٠ يُرۡسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيۡكُم مِّدۡرَارٗا ١١ وَيُمۡدِدۡكُم بِأَمۡوَٰلٖ وَبَنِينَ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ جَنَّٰتٖ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ أَنۡهَٰرٗا ١٢

Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Jika kamu memohon ampun,) niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, memperbanyak harta dan anak-anakmu, serta mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.”


[QS. Nuh ayat 10-12]

Kisah Nabi Nuh Berdebat dengan Kaumnya

Nabi Nuh ‘alaihissalam tinggal bersama kaumnya dalam kurun waktu yang cukup lama. Ia tinggal bersama mereka selama 950 tahun. Dikisahkan dalam Al-Quran :

وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَلَبِثَ فِيهِمۡ أَلۡفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمۡسِينَ عَامٗا فَأَخَذَهُمُ ٱلطُّوفَانُ وَهُمۡ ظَٰلِمُونَ ١٤

Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian, mereka dilanda banjir besar dalam keadaan sebagai orang-orang zalim.


[QS. Al-Ankabut ayat 14]

Pada kurun waktu yang cukup lama tersebut tentu banyak terjadi pergantian generasi. Setiap kali generasi berganti, mereka selalu berpesan kepada generasi berikutnya untuk tidak beriman kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam. Bahkan mereka juga berpesan untuk memerangi dan menghalang-halangi dakwah Nabi Nuh ‘alaihissalam. Para orang tua pada saat itu juga banyak yang menasehati anaknya yang sudah dewasa untuk tidak beriman kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam.

Meskipun demikian, Nabi Nuh tidak menghentikan dakwah kepada kaumnya. Dikisahkan dalam Al-Quran :

وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦٓ إِنِّي لَكُمۡ نَذِيرٞ مُّبِينٌ ٢٥ أَن لَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّا ٱللَّهَۖ إِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٍ أَلِيمٖ ٢٦

Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya. (Dia berkata,) “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu agar kamu tidak menyembah (sesuatu) kecuali Allah. Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang (siksanya) sangat pedih.”


[QS. Hud ayat 25-26]

Bukannya beriman mereka justru mendebat Nabi Nuh ‘alaihissalam. Mereka mengatakan bahwa Nabi Nuh ‘alaihissalam hanyalah manusia biasa serta para pengikutnya pun dianggap sebagai orang-orang yang hina dan bodoh.

Mereka juga beranggapan bahwa Nabi Nuh ‘alaihissalam melakukan itu semua hanya ingin mencari kedudukan yang lebih mulia di hadapan mereka. Mereka juga mengatakan bahwa seharusnya Allah mengutus malaikat, bukan manusia biasa seperti Nuh ‘alaihissalam. Bahkan mereka menganggap Nabi Nuh ‘alaihissalam adalah pembohong dan orang gila.

Dikisahkan dalam Al-Quran :

فَقَالَ ٱلۡمَلَأُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَوۡمِهِۦ مَا نَرَىٰكَ إِلَّا بَشَرٗا مِّثۡلَنَا وَمَا نَرَىٰكَ ٱتَّبَعَكَ إِلَّا ٱلَّذِينَ هُمۡ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ ٱلرَّأۡيِ وَمَا نَرَىٰ لَكُمۡ عَلَيۡنَا مِن فَضۡلِۭ بَلۡ نَظُنُّكُمۡ كَٰذِبِينَ ٢٧

Maka, berkatalah para pemuka yang kufur dari kaumnya, “Kami tidak melihat engkau, melainkan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kami. Kami tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya begitu saja. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah para pembohong.”


[QS. Hud ayat 27]

Dikisahkan juga di ayat yang lain :

فَقَالَ ٱلۡمَلَؤُاْ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَوۡمِهِۦ مَا هَٰذَآ إِلَّا بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُرِيدُ أَن يَتَفَضَّلَ عَلَيۡكُمۡ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَأَنزَلَ مَلَٰٓئِكَةٗ مَّا سَمِعۡنَا بِهَٰذَا فِيٓ ءَابَآئِنَا ٱلۡأَوَّلِينَ ٢٤ إِنۡ هُوَ إِلَّا رَجُلُۢ بِهِۦ جِنَّةٞ فَتَرَبَّصُواْ بِهِۦ حَتَّىٰ حِينٖ ٢٥

Maka, para pemuka orang-orang yang kufur dari kaumnya berkata, “Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu. Dia ingin menjadi orang yang lebih mulia daripada kamu. Seandainya Allah berkehendak, tentu Dia akan mengutus malaikat. Belum pernah kami dengar (seruan seperti) ini pada (masa) nenek moyang kami dahulu. Dia hanyalah seorang laki-laki yang gila. Tunggulah dia sampai waktu yang ditentukan.”


[QS. Al-Mu'minun ayat 24-25]

Bantahan yang dilontarkan oleh para pemuka orang-orang kafir tentu merupakan bantahan yang tidak berdasar. Meskipun Nabi Nuh ‘alaihissalam hanyalah manusia biasa bukan berarti tidak mungkin Nabi Nuh ‘alaihissalam adalah seorang Nabi dan Rasul. Jika ia memiliki bukti dan hujjah yang nyata dari Allah subhanahu wata’ala maka tentu hal itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa Nuh adalah seorang Nabi dan Rasul.

Selain itu, statusnya sebagai manusia biasa juga tidak menjadi penghalang jika rahmat dan petunjuk Allah subhanahu wata’ala dianugerahkan kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam. Bisa jadi rahmat itu diberikan kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam dan pengikutnya akan tetapi tidak diberikan kepada mereka orang-orang yang kafir.

Bantahan Nabi Nuh ‘alaihissalam ini dikisahkan dalam Al-Quran :

قَالَ يَٰقَوۡمِ أَرَءَيۡتُمۡ إِن كُنتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٖ مِّن رَّبِّي وَءَاتَىٰنِي رَحۡمَةٗ مِّنۡ عِندِهِۦ فَعُمِّيَتۡ عَلَيۡكُمۡ أَنُلۡزِمُكُمُوهَا وَأَنتُمۡ لَهَا كَٰرِهُونَ ٢٨

Dia (Nuh) berkata, “Wahai kaumku, apa pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan Dia menganugerahiku rahmat dari sisi-Nya, tetapi (rahmat itu) disamarkan bagimu? Apakah kami akan memaksamu untuk menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya?


[QS. Hud ayat 28]

Demikian pula argumen mereka yang mengatakan bahwa Nabi Nuh ‘alaihissalam tidak pantas untuk diikuti karena para pengikutnya adalah orang-orang yang hina, fakir, dan juga lemah. Karena jika para pembesar itu mengikuti Nabi Nuh ‘alaihissalam maka sama saja mereka menghinakan diri mereka karena masuk pada komunitas orang-orang yang hina.

Lagi pula, Nabi Nuh ‘alaihissalam juga tidak berdakwah dalam rangka meminta upah dari mereka. Tidak ada bedanya bagi Nabi Nuh ‘alaihissalam baik itu orang kaya ataupun miskin. Semuanya ia ajak agar kembali kepada Allah subhanahu wata’ala. Hanya saja kebetulan pada saat itu pengikut Nabi Nuh ‘alaihissalam didominasi oleh orang-orang yang lemah dan miskin.

Tidak mungkin juga ia mengusir para pengikutnya yang beriman agar para pembesar itu mau menjadi pengikut Nabi Nuh ‘alaihissalam. Jika ia mengusirnya tentu Allah subhanahu wata’ala akan mengazab Nabi Nuh ‘alaihissalam dan tidak ada yang bisa menolongnya.

Nabi Nuh ‘alaihissalam pun juga sebenarnya bukanlah pemilik gudang rezekinya Allah subhanahu wata’ala. Oleh karena itulah orang-orang miskin yang mengikuti Nabi Nuh ‘alaihissalam juga bukan dalam rangka meminta harta kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam seperti yang dituduhkan oleh para pembesar orang-orang kafir.

Ia juga tidak mengetahui apakah para pengikutnya adalah orang munafik yang mengharapkan harta dari Nabi Nuh ‘alaihissalam atau tidak. Nabi Nuh ‘alaihissalam pun juga tidak mengetahui hal yang ghaib dan ia bukanlah seorang malaikat. Ia bahkan tidak berani mengatakan jika para pengikutnya tidak akan diberikan kebaikan oleh Allah. Karena hanya Allah yang lebih mengetahui tentang niat mereka mengikuti Nabi Nuh ‘alaihissalam. Dikisahkan dalam Al-Quran :

وَيَٰقَوۡمِ لَآ أَسۡـَٔلُكُمۡ عَلَيۡهِ مَالًاۖ إِنۡ أَجۡرِيَ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِۚ وَمَآ أَنَا۠ بِطَارِدِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْۚ إِنَّهُم مُّلَٰقُواْ رَبِّهِمۡ وَلَٰكِنِّيٓ أَرَىٰكُمۡ قَوۡمٗا تَجۡهَلُونَ ٢٩ وَيَٰقَوۡمِ مَن يَنصُرُنِي مِنَ ٱللَّهِ إِن طَرَدتُّهُمۡۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ٣٠ وَلَآ أَقُولُ لَكُمۡ عِندِي خَزَآئِنُ ٱللَّهِ وَلَآ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ وَلَآ أَقُولُ إِنِّي مَلَكٞ وَلَآ أَقُولُ لِلَّذِينَ تَزۡدَرِيٓ أَعۡيُنُكُمۡ لَن يُؤۡتِيَهُمُ ٱللَّهُ خَيۡرًاۖ ٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا فِيٓ أَنفُسِهِمۡ إِنِّيٓ إِذٗا لَّمِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ ٣١

Wahai kaumku, aku tidak meminta kepadamu harta (sedikit pun sebagai imbalan) atas seruanku. Imbalanku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya (di akhirat), tetapi aku memandangmu sebagai kaum yang bodoh. Wahai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka (orang-orang yang beriman itu)? Apakah kamu tidak mengambil pelajaran? Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa aku mempunyai perbendaharaan (rezeki) Allah. Aku tidak mengetahui yang gaib dan tidak (pula) mengatakan bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat. Aku tidak (juga) mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu bahwa Allah tidak akan memberikan kebaikan kepada mereka. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka. Jika demikian, sesungguhnya aku benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.”


[QS. Hud ayat 29-31]

Kisah Nabi Nuh Yang Mendapat Tantangan dan Ancaman Pembunuhan

Perdebatan antara Nabi Nuh ‘alaihissalam dengan kaumnya berlangsung begitu lama. Namun, karena Nabi Nuh sangat cerdas dalam membantah syubhat-syubhat mereka maka mereka pun berputus asa dari perdebatan tersebut. Oleh karena itu, mereka pun menantang Nabi Nuh ‘alaihissalam untuk mendatangkan azab yang ia janjikan untuk membuktikan kebenaran yang ia sampaikan. Dikisahkan dalam Al-Quran :

قَالُواْ يَٰنُوحُ قَدۡ جَٰدَلۡتَنَا فَأَكۡثَرۡتَ جِدَٰلَنَا فَأۡتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ٣٢

Mereka berkata, “Wahai Nuh, sungguh engkau telah berbantah dengan kami dan engkau telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami. Maka, datangkanlah kepada kami azab yang engkau ancamkan jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”


[QS. Hud ayat 32]

Mereka berharap Nabi Nuh ‘alaihissalam menyerah terhadap tantangan tersebut. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Nabi Nuh berbalik menantang kaumnya bahwa azab itu akan benar-benar datang kepada mereka. Dikisahkan dalam Al-Quran :

قَالَ إِنَّمَا يَأۡتِيكُم بِهِ ٱللَّهُ إِن شَآءَ وَمَآ أَنتُم بِمُعۡجِزِينَ ٣٣ وَلَا يَنفَعُكُمۡ نُصۡحِيٓ إِنۡ أَرَدتُّ أَنۡ أَنصَحَ لَكُمۡ إِن كَانَ ٱللَّهُ يُرِيدُ أَن يُغۡوِيَكُمۡۚ هُوَ رَبُّكُمۡ وَإِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ ٣٤

Dia (Nuh) menjawab, “Sesungguhnya hanya Allah yang akan mendatangkannya (azab) kepadamu jika Dia menghendaki dan sekali-kali kamu tidak akan dapat melepaskan diri (darinya). Nasihatku tidak akan bermanfaat bagimu sekalipun aku ingin menasihatimu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”


[QS. Hud ayat 33-34]

Mendengar Nabi Nuh ‘alaihissalam menyanggupi tantangan tersebut, orang-orang kafir pun kepanasan. Akhirnya mereka meminta Nabi Nuh ‘alaihissalam untuk menghentikan dakwahnya dan mengancam akan membunuhnya jika tidak menghentikan dakwahnya. Dikisahkan dalam Al-Quran :

قَالُواْ لَئِن لَّمۡ تَنتَهِ يَٰنُوحُ لَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمَرۡجُومِينَ ١١٦

Mereka berkata, “Wahai Nuh, jika tidak berhenti (dalam berdakwah), niscaya engkau akan termasuk orang-orang yang dirajam.”


[QS. Asy-Syu'ara' ayat 116]

Meskipun demikian, Nabi Nuh ‘alaihissalam tidak takut akan ancaman tersebut. Nabi Nuh yakin bahwa ada Allah subhanahu wata’ala berpihak kepadanya. Bahkan Nabi Nuh mempersilahkan kepada mereka agar bersatu untuk membunuhnya. Tidak perlulah mereka itu menyembunyikan rencana mereka. Bahkan beliau menantang kepada mereka untuk segera mengeksekusi ancaman tersebut kepada dirinya tanpa ada rasa takut sedikitpun.

Dikisahkan dalam Al-Quran :

وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ نُوحٍ إِذۡ قَالَ لِقَوۡمِهِۦ يَٰقَوۡمِ إِن كَانَ كَبُرَ عَلَيۡكُم مَّقَامِي وَتَذۡكِيرِي بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَعَلَى ٱللَّهِ تَوَكَّلۡتُ فَأَجۡمِعُوٓاْ أَمۡرَكُمۡ وَشُرَكَآءَكُمۡ ثُمَّ لَا يَكُنۡ أَمۡرُكُمۡ عَلَيۡكُمۡ غُمَّةٗ ثُمَّ ٱقۡضُوٓاْ إِلَيَّ وَلَا تُنظِرُونِ ٧١

Bacakanlah (sampaikanlah wahai Nabi Muhammad) kepada mereka berita penting (tentang) Nuh ketika dia berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, jika terasa berat bagi kamu keberadaanku tinggal (bersamamu) dan peringatanku dengan ayat-ayat Allah, kepada Allahlah aku bertawakal. Oleh karena itu, bulatkanlah keputusanmu dan kumpulkanlah sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku), selanjutnya janganlah keputusanmu itu dirahasiakan. Kemudian, bertindaklah terhadap diriku dan janganlah kamu tunda-tunda (tindakan itu) kepadaku.


[QS. Yunus ayat 71]

Kisah Nabi Nuh Mendoakan Celaka Bagi Kaumnya

Tuduhan demi tuduhan terus dilontarkan kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam selama beratus-ratus tahun lamanya. Nuh ‘alaihissalam pun mulai bersedih dan berputus asa terhadap kaumnya. Maka dari itu, Allah subhanahu wata’ala memotivasi Nabi Nuh untuk melipur lara yang merundung dirinya. Dikisahkan dalam Al-Quran :

وَأُوحِيَ إِلَىٰ نُوحٍ أَنَّهُۥ لَن يُؤۡمِنَ مِن قَوۡمِكَ إِلَّا مَن قَدۡ ءَامَنَ فَلَا تَبۡتَئِسۡ بِمَا كَانُواْ يَفۡعَلُونَ ٣٦

Diwahyukan (oleh Allah) kepada Nuh, “(Ketahuilah) bahwa tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar telah beriman. Maka, janganlah engkau bersedih atas apa yang selalu mereka perbuat.


[QS. Hud ayat 36]

Seiring berjalannya waktu, Nabi Nuh ‘alaihissalam mulai merasa bahwa tidak ada lagi harapan baik terhadap kaumnya. Bagaimana tidak? Beliau sudah melakukan berbagai macam cara dan pendekatan untuk mengajak kaumnya kepada Allah subhanahu wata’ala. Bahkan, beliau terus mengajak mereka tanpa mengenal waktu siang ataupun malam.

Namun, apa yang mereka lakukan justru kelewat batas. Mereka malah menentang, menuduh, mendustakan, bahkan mengancam Nabi Nuh ‘alaihissalam dengan berbagai ancaman jika meneruskan dakwahnya. Pada akhirnya, Nabi Nuh ‘alaihissalam berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala agar memenangkan dirinya serta memusnahkan orang-orang kafir dan tidak membiarkan mereka itu tinggal di atas muka bumi. Dikisahkan dalam Al-Quran :

فَدَعَا رَبَّهُۥٓ أَنِّي مَغۡلُوبٞ فَٱنتَصِرۡ ١٠

Dia (Nuh) lalu mengadu kepada Tuhannya, “Sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolonglah (aku).”


[QS. Al-Qomar ayat 10]

وَقَالَ نُوحٞ رَّبِّ لَا تَذَرۡ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ دَيَّارًا ٢٦ إِنَّكَ إِن تَذَرۡهُمۡ يُضِلُّواْ عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوٓاْ إِلَّا فَاجِرٗا كَفَّارٗا ٢٧

Nuh berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu. Mereka pun hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur.


[QS. Nuh ayat 26-27]

Kisah Nabi Nuh Membuat Bahtera

Setelah Nabi Nuh ‘alaihissalam berjuang cukup keras mendakwahkan kaumnya ia pun berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala agar memusnahkan mereka. Akhirnya, Allah mengabulkan doa yang dipanjatkan oleh Nabi Nuh ‘alaihissalam.

Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam untuk membuat sebuah bahtera mengikuti bimbingan-Nya. Setelah bahtera itu dibuat, Allah berjanji akan menenggelamkan orang-orang kafir itu dengan banjir yang dahsyat.

Allah subhanahu wata’ala juga telah menegaskan kepada Nabi Nuh bahwa ketika Ia telah memutuskan untuk menurunkan azab maka Ia tidak akan menarik kembali keputusan-Nya itu. Hal itu Allah tegaskan karena bisa jadi di kemudian hari hati Nabi Nuh merasa iba membayangkan penderitaan yang akan dirasakan oleh kaumnya akibat azab yang begitu dahsyat sehingga ia meminta kepada Allah untuk membatalkan azab-Nya. Dikisahkan dalam Al-Quran :

وَٱصۡنَعِ ٱلۡفُلۡكَ بِأَعۡيُنِنَا وَوَحۡيِنَا وَلَا تُخَٰطِبۡنِي فِي ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ إِنَّهُم مُّغۡرَقُونَ ٣٧

Buatlah bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan janganlah engkau bicarakan (lagi) dengan-Ku tentang (nasib) orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.”


[QS. Hud ayat 37]

Kemudian Nabi Nuh ‘alaihissalam mulai membuat bahtera sesuai bimbingan Allah subhanahu wata’ala. Nabi Nuh ‘alaihissalam membuat bahtera tersebut dari papan dan paku yang ditancapkan. Sepanjgan sejarah, belum ada bahtera seperti itu baik sebelum ataupun sesudahnya.

Konon bahtera itu sangatlah besar. Bahtera tersebut terdiri dari tiga lantai. Lantai dasar untuk menampung berbagai jenis binatang, lantai tengah untuk menampung orang-orang, dan lantai atas untuk menampung burung-burung.

Ketika Allah subhanahu wata’ala mengabulkan doa Nabi Nuh ‘alaihissalam, Allah memerintahkan kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam untuk menanam pohon sebagai persiapan bahan untuk membuat bahtera. Kemudian, beliau menanam pohon tersebut dan menunggu selama seratus tahun. Setelah seratus tahun, beliau memotong-motong pohon tersebut dan menjadikannya sebagai bahan untuk membuat bahtera.

Tatkala Nabi Nuh ‘alaihissalam mulai membuat bahtera, para pimpinan kaum yang melewatinya pasti mengejeknya. Hal ini disebabkan azab yang dijanjikan oleh Nabi Nuh ‘alaihissalam tampak semakin mustahil dan jauh dari kenyataan. Dikisahkan dalam Al-Quran :

وَيَصۡنَعُ ٱلۡفُلۡكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيۡهِ مَلَأٞ مِّن قَوۡمِهِۦ سَخِرُواْ مِنۡهُۚ

Mulailah dia (Nuh) membuat bahtera itu. Setiap kali para pemuka kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya.


[QS. Hud ayat 38]

Melontarkan ejekan kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam tentu bukanlah hal yang pantas. Justru merekalah yang lebih pantas untuk diejek karena tidak mau beriman kepada Allah subhanahu wata’ala. Oleh sebab itu, Allah akan timpakan azab yang pedih kepada mereka. Dikisahkan dalam Al-Quran :

قَالَ إِن تَسۡخَرُواْ مِنَّا فَإِنَّا نَسۡخَرُ مِنكُمۡ كَمَا تَسۡخَرُونَ ٣٨ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُونَ مَن يَأۡتِيهِ عَذَابٞ يُخۡزِيهِ وَيَحِلُّ عَلَيۡهِ عَذَابٞ مُّقِيمٌ ٣٩

Dia (Nuh) berkata, “Jika kamu mengejek kami, sesungguhnya kami pun akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami). Maka, kelak kamu mengetahui siapa (di antara kita) yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan (siapa pula) yang akan ditimpa azab yang kekal.”


[QS. Hud ayat 38-39]

Kisah Nabi Nuh Mengangkut Pengikutnya Ke Atas Bahtera

Setelah Nabi Nuh ‘alaihissalam selesai membuat bahtera maka terjadilah apa yang terjadi. Permukaan bumi yang semula kering tiba-tiba memancarkan air yang cukup deras. Demikian pula langit. Semula tidak pernah turun hujan tiba-tiba terjadi hujan yang sangat deras.

Dikisahkan dalam Al-Quran :

فَفَتَحۡنَآ أَبۡوَٰبَ ٱلسَّمَآءِ بِمَآءٖ مُّنۡهَمِرٖ ١١ وَفَجَّرۡنَا ٱلۡأَرۡضَ عُيُونٗا فَٱلۡتَقَى ٱلۡمَآءُ عَلَىٰٓ أَمۡرٖ قَدۡ قُدِرَ ١٢

Lalu, Kami membukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Kami pun menjadikan bumi menyemburkan banyak mata air. Maka, berkumpullah semua air itu sehingga (meluap dan menimbulkan) bencana yang telah ditetapkan.


[QS. Al-Qomar ayat 11-12]

Oleh karena kejadian itu, Allah subhanahu wata’ala perintahkan kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam untuk mengangkut semua jenis binatang secara berpasangan ke dalam bahtera. Demikian pula tumbuh-tumbuhan dan pepohonan serta makhluk hidup yang lainnya agar tetap lestari.

Beliau juga diperintahkan untuk mengangkut anggota keluarganya kecuali yang kafir dan tidak mau menerima dakwah Islam. Allah subhanahu wata’ala juga mewajibkan Nabi Nuh ‘alaihissalam untuk merelakan azab yang tidak dapat terelakkan lagi. Allah subhanahu wata’ala juga memerintahkan kepadanya untuk tidak berubah pikiran terhadap keputusan tentang datangnya azab yang pedih bagi kaumnya.

Dikisahkan dalam Al-Quran :

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَمۡرُنَا وَفَارَ ٱلتَّنُّورُ قُلۡنَا ٱحۡمِلۡ فِيهَا مِن كُلّٖ زَوۡجَيۡنِ ٱثۡنَيۡنِ وَأَهۡلَكَ إِلَّا مَن سَبَقَ عَلَيۡهِ ٱلۡقَوۡلُ وَمَنۡ ءَامَنَۚ وَمَآ ءَامَنَ مَعَهُۥٓ إِلَّا قَلِيلٞ ٤٠

(Demikianlah,) hingga apabila perintah Kami datang (untuk membinasakan mereka) dan tanur (tungku) telah memancarkan air, Kami berfirman, “Muatkanlah ke dalamnya (bahtera itu) dari masing-masing (jenis hewan) sepasang-sepasang (jantan dan betina), keluargamu kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu (akan ditenggelamkan), dan (muatkan pula) orang yang beriman.” Ternyata tidak beriman bersamanya (Nuh), kecuali hanya sedikit.


[QS. Hud ayat 40]

Setelah itu, Nabi Nuh ‘alaihissalam mulai memerintahkan kaumnya untuk naik ke atas bahtera dan memerintahkan mereka untuk menyebut bismillah. Dikisahkan dalam Al-Quran :

وَقَالَ ٱرۡكَبُواْ فِيهَا بِسۡمِ ٱللَّهِ مَجۡر۪ىٰهَا وَمُرۡسَىٰهَآۚ إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٞ رَّحِيمٞ ٤١

Dia (Nuh) berkata, “Naiklah kamu semua ke dalamnya (bahtera) dengan (menyebut) nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya! Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


[QS. Hud ayat 41]

Sebagian ulama menyebutkan bahwa jenis burung yang diangkut pertama kali adalah kakatua. Sedangkan jenis hewan yang terakhir masuk adalah keledai. Adapun Iblis masuk ke dalam bahtera dengan bergelantung kepada ekor keledai.

Para ulama juga berbeda pendapat mengenai jumlah orang yang ikut bersama Nabi Nuh ‘alaihissalam ke atas bahtera. Sebagian mengatakan 80 orang, sebagian 72 orang, bahkan ada yang mengatakan hanya 10 orang yang naik bersama Nabi Nuh ‘alaihissalam. Yang jelas, jumlah orang yang beriman kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam dan naik ke atas bahtera hanyalah sedikit.

Setelah itu, Nabi Nuh ‘alaihissalam diperintahkan untuk memuji Allah subhanahu wata’ala yang telah menundukkan kapal baginya. Tujuannya adalah agar mereka selamat hingga banjir mereda. Dikisahkan dalam Al-Quran :

فَإِذَا ٱسۡتَوَيۡتَ أَنتَ وَمَن مَّعَكَ عَلَى ٱلۡفُلۡكِ فَقُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي نَجَّىٰنَا مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ ٢٨ وَقُل رَّبِّ أَنزِلۡنِي مُنزَلٗا مُّبَارَكٗا وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلۡمُنزِلِينَ ٢٩

Apabila engkau dan orang yang bersamamu telah berada di atas kapal, ucapkanlah, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari kaum yang zalim.’ Berdoalah, ‘Wahai Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.’”


[QS. Al-Mu'minun ayat 28-29]

Kisah Anak Nabi Nuh Yang Tidak Mau Naik Ke Atas Bahtera

Hujan dan pancaran mata air yang tak kunjung berhenti membuat air terus bergerak naik dan meninggi. Orang-orang yang masih berada di daratan pun berduyun-duyun memenuhi dataran tinggi dan pegunungan untuk menyelamatkan diri. Ternyata, salah satu di antara mereka yang masih di daratan adalah anak Nabi Nuh yang bernama Yam.

Yam merupakan saudara kandung dari Sam, Ham dan Yafits. Pada saat azab tiba, Yam termasuk salah satu orang yang tidak naik ke atas bahtera bersama ayahnya. Yam mengingkari ajaran agama ayahnya sehingga ia termasuk orang-orang yang tertimpa azab Allah subhanahu wata’ala.

Tatkala air bah telah meninggi, sementara Yam masih berada di daratan yang jauh terpencil, Nabi Nuh ‘alaihissalam merasa iba dengan kondisi anaknya yang tidak mau beriman. Maka dari itu, Nabi Nuh ‘alaihissalam pun memanggil anaknya untuk naik ke atas bahtera bersamanya, “Wahai anakku, naiklah ke kapal bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-orang kafir!”.

Bukannya menuruti perintah ayahnya, Yam malah mencari gunung untuk menyelamatkan diri dari air bah yang semakin meninggi, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat melindungi diriku dari air Bah!” Teriak Yam.

Padahal, hanya Allah yang mampu menyelamatkan dari azab pada hari itu. Maka dari itu, Nuh ‘alaihissalam pun berkata, “Tidak ada yang dapat melindungi pada hari ini dari azab selain Allah yang Maha Penyayang.” Ujar Nabi Nuh ‘alaihissalam kepada anaknya.

Tiba-tiba terjadilah gelombang air yang sangat dahsyat. Gelombang itu membuat mereka terpisah dan tidak bisa berkomunikasi lagi. Sementara itu, hujan terus turun dan mata air terus memancarkan airnya. Hal tersebut membuat air bah terus meninggi hingga menenggelamkan seluruh daratan di muka bumi tanpa terkecuali. Akhirnya, Yam pun tenggelam dan tidak terselamatkan dari azab Allah subhanahu wata’ala.

Dikisahkan dalam Al-Quran :

وَهِيَ تَجۡرِي بِهِمۡ فِي مَوۡجٖ كَٱلۡجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبۡنَهُۥ وَكَانَ فِي مَعۡزِلٖ يَٰبُنَيَّ ٱرۡكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٤٢ قَالَ سَـَٔاوِيٓ إِلَىٰ جَبَلٖ يَعۡصِمُنِي مِنَ ٱلۡمَآءِۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلۡيَوۡمَ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَۚ وَحَالَ بَيۡنَهُمَا ٱلۡمَوۡجُ فَكَانَ مِنَ ٱلۡمُغۡرَقِينَ ٤٣

Bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung-gunung. Nuh memanggil anaknya, sedang dia (anak itu) berada di tempat (yang jauh) terpencil, “Wahai anakku, naiklah (ke bahtera) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.” Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan berlindung ke gunung yang dapat menyelamatkanku dari air (bah).” (Nuh) berkata, “Tidak ada penyelamat pada hari ini dari ketetapan Allah kecuali siapa yang dirahmati oleh-Nya.” Gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah dia (anak itu) termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.


[QS. Hud ayat 42-43]

Kisah Kapal Nabi Nuh Berlabuh Ke Bukit Al-Judiy

Nabi Nuh ‘alaihissalam berada di dalam kapal bersama 80 orang beserta keluarganya masing-masing. Mereka berada di dalam kapal selama 150 hari. Allah subhanahu wata’ala mengarahkan kapal itu ke Mekah lalu kapal itu berputar-putar mengelilingi baitullah selama empat puluh hari. Setelah itu, Allah subhanahu wata’ala mengarahkan kapal tersebut ke bukit Al-Judiy hingga akhirnya berlabuh di bukit tersebut.

Lalu, Allah subhanahu wata’ala memerintahkan bumi untuk menelan air bah tersebut dan memerintahkan langit untuk menghentikan turunnya hujan. Dikisahkan dalam Al-Quran :

وَقِيلَ يَٰٓأَرۡضُ ٱبۡلَعِي مَآءَكِ وَيَٰسَمَآءُ أَقۡلِعِي وَغِيضَ ٱلۡمَآءُ وَقُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ وَٱسۡتَوَتۡ عَلَى ٱلۡجُودِيِّۖ وَقِيلَ بُعۡدٗا لِّلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ ٤٤

Difirmankan (oleh Allah), “Wahai bumi, telanlah airmu dan wahai langit, berhentilah (mencurahkan hujan).” Air pun disurutkan dan urusan (pembinasaan para pendurhaka) pun diselesaikan dan (kapal itu pun) berlabuh di atas gunung Judiy, dan dikatakan, “Kebinasaanlah bagi kaum yang zalim.”


[QS. Hud ayat 44]

Tatkala kapal itu mulai berlabuh ke arah bukit Al-Judiy dan air mulai surut secara perlahan, tiba-tiba Nabi Nuh ‘alaihissalam teringat dengan anaknya, Yam yang tenggelam. Maka, Nabi Nuh ‘alaihissalam pun mengadu kepada Allah subhanahu wata’ala perihal anaknya yang ditenggelamkan bersama orang-orang kafir :

وَنَادَىٰ نُوحٞ رَّبَّهُۥ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ٱبۡنِي مِنۡ أَهۡلِي وَإِنَّ وَعۡدَكَ ٱلۡحَقُّ وَأَنتَ أَحۡكَمُ ٱلۡحَٰكِمِينَ ٤٥

Nuh memohon kepada Tuhannya seraya berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil.”


[QS. Hud ayat 45]

Nabi Nuh ‘alaihissalam merasa bahwa Allah berjanji akan menyelamatkan keluarganya. Nabi Nuh lupa bahwa keluarga yang dimaksud adalah keluarganya yang beriman kepada Allah subhanahu wata’ala. Oleh karena itu dengan tegas Allah subhanahu wata’ala menjawab :

قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيۡسَ مِنۡ أَهۡلِكَۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيۡرُ صَٰلِحٖۖ فَلَا تَسۡـَٔلۡنِ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۖ إِنِّيٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ ٤٦

Dia (Allah) berfirman, “Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu karena perbuatannya sungguh tidak baik. Oleh karena itu, janganlah engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Sesungguhnya Aku menasihatimu agar engkau tidak termasuk orang-orang bodoh.”


[QS. Hud ayat 46]

Nabi Nuh ‘alaihissalam menjawab :

قَالَ رَبِّ إِنِّيٓ أَعُوذُ بِكَ أَنۡ أَسۡـَٔلَكَ مَا لَيۡسَ لِي بِهِۦ عِلۡمٞۖ وَإِلَّا تَغۡفِرۡ لِي وَتَرۡحَمۡنِيٓ أَكُن مِّنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٤٧

(Nuh) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Kalau Engkau tidak mengampuniku dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi.”


[QS. Hud ayat 47]

Setelah air mulai surut, Nabi Nuh ‘alaihissalam mengutus burung gagak untuk mencari informasi tentang keadaan daratan yang sebenarnya. Burung gagak itu pun berangkat melaksanakan tugasnya hingga menemukan bangkai lalu ia hinggap di atasnya.

Nabi Nuh ‘alaihissalam juga mengutus burung merpati untuk mencari informasi tentang keadaan daratan. Lalu burung itu pun kembali dengan membawa daun zaitun sementara kakinya berlumuran tanah lumpur.

Dengan demikian, Nabi Nuh ‘alaihissalam menyimpulkan bahwa air telah surut. Selanjutnya, Nabi Nuh ‘alaihissalam turun ke bawah bukit Al-Judi. Di bukti itulah beliau membangun sebuah negeri yang diberi nama Tsamanin yang artinya adalah delapan puluh.

Setelah negeri berkembang cukup lama, bahasa pun juga mengalami perkembangan menjadi 80 bahasa yang berbeda. Salah satu bahasa yang ada pada saat itu adalah bahasa Arab. Banyaknya bahasa tersebut membuat sebagian mereka tidak memahami bahasa sebagian yang lain. Meskipun demikian, Nabi Nuh ‘alaihissalam sendiri mampu berbicara dengan ragam bahasa mereka.

Dikisahkan dalam Al-Quran :

قِيلَ يَٰنُوحُ ٱهۡبِطۡ بِسَلَٰمٖ مِّنَّا وَبَرَكَٰتٍ عَلَيۡكَ وَعَلَىٰٓ أُمَمٖ مِّمَّن مَّعَكَۚ وَأُمَمٞ سَنُمَتِّعُهُمۡ ثُمَّ يَمَسُّهُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٞ ٤٨

Dikatakan (melalui wahyu), “Wahai Nuh, turunlah (dari bahteramu) dengan penuh keselamatan dari Kami dan penuh keberkahan atasmu serta umat-umat (mukmin) yang bersamamu. Ada pula umat-umat (kafir) yang Kami beri kesenangan (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab dari Kami yang sangat pedih.”


[QS. Hud ayat 48]

Kisah Nabi Nuh Wafat dan Wasiat Kepada Anak-anaknya

Tatkala Nabi Nuh ‘alaihissalam mendekati wafatnya, ia berwasiat kepada anaknya :

  • “Sesungguhnya aku berwasiat kepadamu dengan dua perintah dan dua larangan.”
  • “Aku perintahkan kamu untuk meyakini لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ (tidak ada yang berhak di sembah kecuali Allah subhanahu wata’ala.)”
  • “Sesungguhnya apabila tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi diletakkan di satu sisi timbangan dan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ diletakkan di sisi satunya niscaya لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ lebih berat timbangannya.”
  • “Seandainya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi adalah himpunan makhluk hidup maka niscaya kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ, dan سُبْحَانَ اللهِ، وَبِحَمْدِهِ akan menghimpunnya.”
  • “Sesungguhnya kalimat tersebut adalah yang menjalin segala sesuatu, dan dengan kalimat itulah seluruh makhluk diberi rezeki”
  • “Dan aku juga melarangmu dari perbuatan syirik dan sombong.”

Setelah Nabi Nuh ‘alaihissalam berwasiat maka ia pun wafat. Menurut beberapa riwayat disebutkan bahwa Nabi Nuh ‘alaihissalam dimakamkan di Masjidil Haram.

Demikianlah kisah Nabi Nuh ‘alaihissalam lengkap dari lahir sampai wafat. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan meneladani perjuangan Nabi Nuh ‘alaihissalam yang berjuang mendakwahkan Islam kepada kaumnya. Amiin.

Refrensi

  • Qashashul Anbiya' oleh Ibnu Katsir
  • Al-Mustafad min Qashashil Quran oleh DR. Abdul Karim Zaidan

Related Posts :