Ceramah Tentang Niat Karena Allah

Ceramah Tentang Niat Karena Allah

Bismillah, Alhamdulillah, wash-sholaatu was-salaamu ala Rasulillah, wa ba’du. Diantara salah satu tema ceramah yang populer adalah ceramah tentang niat karena Allah.

Pada artikel kali ini penulis akan menyajikan salah satu contoh ceramah singkat tentang niat karena Allah yang sangat cocok dibawakan pada acara-acara formal, semi-formal, maupun non-formal.

Berikut ini adalah naskah contoh ceramah tentang niat karena Allah mulai dari salam, muqoddimah, shalawat, pembukaan, isi ceramah tentang niat kerena Allah, kesimpulan, hingga penutup :

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَبَعْدُ

Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, wash-sholaatu was-salaamu ala asyrafil-anbiyaa-i wal-mursaliin, sayyidinaa wa nabiyyinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iin. Wa ba’du.

Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita kepada Allah subhanahu wata'ala yang mana Allah telah memberikan kepada kita kenikmatan berupa sehat dan sempat sehingga kita bisa berkumpul di majelis yang semoga dimuliakan oleh Allah ini.

Yang kedua, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada uswah kita Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, beserta keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, pada kesempatan kali ini, perkenankanlah saya selaku penceramah untuk membawakan ceramah tentang niat karena Allah.

Sebelum kita memasuki ceramah tentang niat karena Allah, ada baiknya penceramah wasiatkan kepada diri penceramah sendiri dan kepada hadirin yang hadir pada pertemuan kali ini untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata'ala. Di dalam Al-Quran Allah 'azza wajalla berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.


[QS. Ali Imran ayat 102]

Hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, sebenarnya apakah definisi dari niat itu sendiri?

Niat itu secara bahasa berarti menyengaja atau bermaksud. Jadi apabila ada seseorang mengerjakan suatu perbuatan dengan maksud tertentu, maka maksud yang terbetik di dalam hati itulah yang disebut dengan niat.

Niat itu terletak di dalam hati. Maka meskipun kita sudah melafalkan ucapan niat tetapi apa yang kita ucapkan bersebrangan dengan maksud yang terbetik di dalam hati maka yang menjadi tolak ukurnya adalah maksud atau niat yang ada di dalam hati, bukan niat yang diucapkan.

Hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, mengapa niat itu begitu penting dalam mengerjakan suatu perbuatan? Di dalam hadits, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan.


[HR. Bukhari Muslim]

Pada hadits yang barusan penceramah sebutkan, ternyata niat itu memiliki hubungan yang erat dengan perbuatan. Maksudnya adalah setiap niat itu memiliki fungsi atau pengaruh terhadap perbuatan yang kita kerjakan.

Sebagai contoh, kita melakukan shalat dengan niat agar dilihat oleh orang lain. Maka shalat yang barusan kita kerjakan, meskipun shalat itu adalah hal yang baik, namun Allah subhanahu wata'ala tidak menerima shalat kita.

Mengapa demikian? Karena shalat yang kita kerjakan tidak niat karena Allah, dan Allah tidak akan menerima amal atau perbuatan yang dilakukan dengan niat bukan karena Allah.

Selain itu, apa yang kita peroleh dari perbuatan atau amalan yang kita lakukan juga tergantung dari niatnya. Misalkan ketika kita melakukan rutinitas sederhana seperti makan dan minum, namun apabila kita niatkan karena Allah maka kita akan memperoleh pahala dari rutinitas yang kita kerjakan.

Sebaliknya apabila kita makan dan minum hanya untuk mendapatkan kenyang dan menghilangkan dahaga maka hanya akan mendapatkan rasa kenyang dan hilang dahaga.

Maka dari sini dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya aktivitas apapun yang kita lakukan baik itu aktivitas ibadah ataupun aktivitas rutin yang bukan ibadah akan berbuah pahala apabila kita niatkan karena Allah.

Hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, sebagaimana yang telah penceramah sampaikan pada awal ceramah, bahwa penceramah akan membawakan ceramah tentang niat karena Allah.

Setelah kita mengetahui tentang eratnya kaitan antara niat dan perbuatan dan pentingnya berniat dalam melakukan suatu perbuatan, maka pada kali ini akan kita bahas apa yang dimaksud niat karena Allah?

Istilah lain dari niat karena Allah adalah ikhlas. Definisi dari ikhlas itu sendiri adalah memurnikan tujuan, maksud, dan niat kita dalam beribadah hanya untuk Allah. Artinya murni disini adalah niat dan tujuan kita tidak tercampur dengan tujuan kepada selain Allah.

Sebagai contoh, kita membaca Al-Quran dengan tujuan mendapatkan ridho dari Allah dan juga ridho manusia. Maka hal tersebut belum dikatakan ikhlas niat karena Allah. Mengapa? Karena meskipun dia mengharapkan ridho dari Allah tetapi masih tercampur dengan harapan ridho dari manusia.

Lalu seperti apakah yang dimaksud dengan ikhlas niat karena Allah?

Tentu yang dimaksud dengan ikhlas niat karena Allah adalah kita mengerjakan ibadah semata-mata hanya mengharapkan ridho dari Allah tanpa mengharpkan apapun dari makhluk.

Jadi, apabila kita melakukan ibadah semisal shalat ataupun yang lainnya maka niat dan tujuan kita adalah ridho dari Allah semata.

Hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, pada ceramah tentang niat karena Allah ini, penceramah ingin menyampaikan bahwa niat karena Allah bukanlah perkara yang dikerjakan tanpa alasan.

Di dalam Al-Quran, Allah subhanahu wata’ala tidaklah memerintahkan kita kecuali untuk ikhlas niat karena Allah di dalam menjalankan ibadah. Allah ta’ala berfirman :

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ

Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).


[QS. Al-Bayyinah ayat 5]

Dari ayat ini dapat kita petik suatu pelajaran bahwa wajib hukumnya bagi kita untuk meniatkan segala ibadah kita hanya karena Allah semata.

Ada alasan logis mengapa Allah subhanahu wata'ala memerintahkan kepada kita untuk senantiasa niat karena Allah.

Pertama, yang menciptakan kita semua adalah Allah subhanahu wata'ala. Maka sungguh tidak layak apabila ibadah yang kita lakukan kita tujukan kepada selain Allah.

Bagaimana mungkin makhluk yang hanyalah ciptaan dijadikan tujuan di dalam ibadah? Sementara dia juga hanyalah ciptaan Allah. Maka yang layak menjadi tujuan kita di dalam beribadah hanyalah Allah semata.

Yang kedua, yang memberikan nikmat kepada kita semua adalah Allah subhanahu wata'ala. Logikanya orang yang diberikan nikmat seharusnya bersyukur kepada yang memberikan nikmat, dan ibadah itu adalah dalam rangka bersyukur kepada Allah sang Maha pemberi nikmat.

Oleh karena itu jika ibadah yang kita lakukan bukan niat karena Allah artinya kita telah salah tujuan dalam mensyukuri nikmat yang telah diberikan.

Yang ketiga, karena hanya Allah lah yang menciptakan segalanya, dan hanya Allah lah yang merajai di hari kiamat, maka hanya Allah pula yang mampu membalas ibadah kita di akhirat.

Maka sungguh rugi bila ibadah yang kita lakukan tidak dilakukan dengan niat karena Allah. Karena jika ibadah yang kita lakukan itu tujuannya adalah balasan dari makhluk maka mereka juga tidak bisa memberikan balasan apapun di akhirat kelak.

Tentunya masih banyak lagi alasan mengapa kita harus niat karena Allah dalam melaksanakan ibadah.

Hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, selain ceramah tentang niat karena Allah yang barusan penceramah sampaikan, maka sebagai penutup penceramah sedikit sisipkan kebalikan dari niat karena Allah, yaitu niat karena selain Allah.

Apabila niat karena Allah disebut dengan ikhlas, maka niat karena selain Allah itu disebut dengan riya’ dan sum’ah. Riya’ adalah ketika kita melakukan suatu perbuatan ibadah namun dalam rangka agar dilihat oleh orang lain. Sedangkan sum’ah adalah ketika kita melakukan ibadah namun tujuannya adalah agar didengar oleh orang lain.

Allah sangat benci dengan orang yang riya’ atau sum’ah dalam ibadah. Sampai-sampai disebutkan di dalam Al-Quran bahwa orang-orang yang celaka adalah orang yang riya’ dalam ibadahnya. Allah ta’ala berfirman :

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ ٤ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ ٥ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ ٦ وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ

Celakalah orang-orang yang melaksanakan salat (yaitu) yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat riya, dan enggan (memberi) bantuan.


[QS. Al-Ma’un ayat 4-7]

Demikianlah hadirin, ceramah tentang niat karena Allah yang bisa penceramah sampaikan, semoga ceramah singkat tentang niat ini dapat membuat kita ingat kembali betapa pentingnya menghadirkan niat karena Allah di dalam setiap amal perbuatan kita.

Kurang lebihnya penceramah mohon maaf, atas perhatiannya penceramah ucapkan terimakasih. Akhirul kalam . . .

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Related Posts :

Ceramah Singkat Tentang Ikhlas

Ceramah Singkat Tentang Ikhlas

Bismillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam semoga shalawat dan salam terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya.

Pada artikel kali ini penulis kembali membawakan contoh ceramah pendek atau ceramah singkat yang cocok disampaikan pada pembukaan di sebuah acara-acara baik itu acara formal, semi formal, maupun non-formal.

Tema contoh ceramah kali ini adalah ceramah singkat tentang ikhlas. Meskipun tema yang dibawakan cukup umum didengar, namun penulis susun dengan susunan yang menarik serta cocok dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Apabila ceramah pendek tentang ikhlas ini disampaikan dengan pembawaan yang baik dan menarik maka tidak akan membosankan didengarkan oleh audience. Berikut ini contoh ceramah pendek tentang ikhlas :

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَبَعْدُ

(Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, wash-sholaatu was-salaamu ala asyrafil-anbiyaa-i wal-mursaliin, sayyidinaa wa nabiyyinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iin. Wa ba’du)

Jama'ah rahimakumullah, pertama-tama kita bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan kenikmatan Islam dan Iman kepada kita semua sehingga kita bisa berkumpul di majelis ini dengan penuh khidmat. Penceramah berdoa semoga Allah menjaga nikmat-nikmat ini hingga ajal menjemput sehingga kita diwafatkan dalam keadaan muslim.

Yang kedua, tak lupa penceramah sampaikan shalawat dan salam agar senantiasa tercurahkan kepada uswah kita Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya.

Sebelum kita memasuki isi dari ceramah, penceramah wasiatkan terlebih dahulu khususnya kepada diri penceramah sendiri dan umumnya kepada para jama’ah untuk senantiasa bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Allah ta’ala berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.


[QS. Ali Imran ayat 102]

Jama’ah rahimakumullah, pada kesempatan yang berbahagia ini, ijinkanlah saya selaku penceramah untuk membawakan ceramah atau kultum singkat tentang ikhlas.

Pertama, apakah definisi dari ikhlas itu sendiri?

Banyak orang mengatakan bahwa ikhlas adalah melakukan kebaikan tanpa pamrih, atau berbuat baik kepada orang lain tanpa mengharap imbalan apapun. Ada juga yang mengatakan bahwa ikhlas adalah merelakan apa yang kita berikan kepada orang lain.

Contoh kasus misalkan ada orang yang meminjam uang kepada kita, lalu ketika orang itu hendak membayarnya maka kita mengatakan “Tidak usah diganti, saya ikhlas.”

Tentu kasus tersebut seringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sebagian kita pun ada yang mengalaminya. Pertanyaannya adalah : apakah kasus yang baru saja penceramah ceritakan adalah definisi dari ikhlas?

Ternyata jawabannya adalah tidak!

Ikhlas yang dimaksud dalam agama Islam bukanlah yang seperti itu. Justru pengertian ikhlas itu sendiri adalah beribadah hanya untuk Allah subhanahu wata'ala semata.

Atau dalam arti lain ikhlas adalah melakukan ketaatan kepada Allah 'azza wajalla semata-mata dan tidak mengharapkan perhatian dan penghormatan dari makhluk.

Pada ceramah pendek tentang ikhlas kali ini, penceramah juga ingin meluruskan bahwa ikhlas itu bukan berarti tanpa pamrih. Justru ikhlas itu adalah ketika kita melakukan ketaatan dengan pamrih atau harapan ridha dari Allah semata.

Demikian pula ketika kita mengharapkan rahmat dari Allah subhanahu wata'ala dan takut dengan siksa-Nya adalah juga bagian dari keikhlasan. Karena para malaikat, para Nabi, dan orang-orang shalih pun mereka juga beribadah karena berharap dan takut kepada Allah 'azza wajalla. Di dalam Al-Quran disebutkan :

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ يَبْتَغُوْنَ اِلٰى رَبِّهِمُ الْوَسِيْلَةَ اَيُّهُمْ اَقْرَبُ وَيَرْجُوْنَ رَحْمَتَهٗ وَيَخَافُوْنَ عَذَابَهٗۗ اِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُوْرًا

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka (sendiri) mencari jalan kepada Tuhan (masing-masing berharap) siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka juga mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya, azab Tuhanmu itu adalah yang (harus) ditakuti.


[QS. Al-Isra’ ayat 57]

Seandainya kita beribadah kepada Allah tanpa mengharap apapun justru ini menyalahi fitrah manusia itu sendiri. Karena Allah telah menciptakan rasa harap, takut, dan cinta itu di dalam hati manusia, maka tidak mungkin rasa tersebut dihilangkan.

Karena itulah Allah mengarahkan kepada kita agar rasa cinta, harap dan takut yang telah Allah citpakan di dalam hati kita agar ditujukan hanya kepada Allah subhanahu wata'ala.

Jama’ah rahimakumullah, ternyata tujuan kita diciptakan oleh Allah adalah untuk ikhlas beribadah kepada Allah ta’ala semata. Allah ta’ala berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.


[QS. Adz-Dzariyat ayat 56]

Diterangkan juga di dalam surat Al-Bayyinah, Allah ta’ala berfirman :

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ

Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya


[QS. Al-Bayyinah ayat 5]

Pada kedua ayat tersebut, kita menyadari bahwa sesungguhnya setiap aktivitas ketaatan kita kepada Allah baik itu yang berkaitan dengan hablum minallah maupun hamblum minannaas adalah harus kita tujukan hanya untuk Allah semata.

Allah subhanahu wata'ala berfirman :

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”


[QS. Al-An’am ayat 162]

Maka apapun ketaatan yang kita lakukan hendaklah kita persembahkan untuk Allah 'azza wajalla dan bukan untuk mencari perhatian maupun pujian dari orang lain. Karena apabila ditujukan kepada orang lain maka amalan kita bukanlah amalan yang ikhlas karena Allah.

Jama’ah rahimakumullah, pada ceramah singkat tentang ikhlas kali ini, penceramah ingin memperingatkan juga bahwa diantara yang merusak keikhlasan kita adalah riya’ dan sum’ah.

Riya’ adalah melakukan ketaatan atau ibadah untuk memamerkannya kepada orang lain atau agar dilihat orang lain, sedangkan sum’ah melakukan ibadah agar didengar oleh orang lain.

Orang yang melakukan ibadah karena riya’ dan sum’ah maka ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wata'ala. Bahkan Allah sangat murka kepada orang yang berbuat riya’.

Sangking murkanya Allah ta’ala kepada orang yang selalu riya’ dalam ibadahnya, di hari kiamat Allah akan mengusir orang tersebut untuk mencari orang yang dahulu pernah ia pamerkan ibadahnya untuk meminta imbalan dari orang tersebut. Di dalam sebuah hadits disebutkan :

إِنَّ ‌أَخْوَفَ ‌مَا ‌أَخَافُ ‌عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ، يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ: اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً

“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya : “Apakah syirik kecil itu wahai Rasulullah?” Maka beliau menjawab : “Yaitu Riya’. Allah 'azza wajalla berfirman pada hari kiamat ketika orang-orang dibalas dengan amalan-amalan mereka : “Pergilah kalian pada orang yang kalian pamerkan ketika di dunia, dan lihatlah apakah kalian menjumpai balasan dari mereka.”


[HR. Ahmad]

Oleh karena itu jama’ah rahimakumullah, marilah kita ikhlaskan setiap ketaatan yang kita lakukan. Niatkan setiap ketaatan yang kita lakukan adalah untuk mencari Ridho Allah subhanahu wata'ala. Jangan sampai ibadah yang telah kita lakukan dengan susah payah tidak diterima oleh Allah 'azza wajalla gara-gara kita berharap kepada selain Allah ta’ala.

Mudah-mudahan ceramah singkat tentang ikhlas yang telah penceramah sampaikan ini bisa kita amalkan. Dan mudah-mudahan Allah jadikan hati kita senantiasa ikhlas dalam beribadah. Dan mudah-mudahan Allah lindungi kita dari riya’ dan sum’ah yang dapat merusak amalan kita. Amiin.

Demikianlah ceramah pendek tentang ikhlas yang dapat penceramah sampaikan. Kurang lebihnya saya selaku penceramaah memohon maaf. Akhiru kalam…

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Related Posts :

Ceramah Singkat Tentang Sedekah

Bismillah, Alhamdulillah washolaatu was-salaamu ala Rasulillah, amma ba’du. Pernahkah Anda kebingungan saat dimintai mengisi ceramah secara mendadak? Banyak diantara kita yang terkadang diminta untuk membawakan ceramah singkat pada sebuah acara secara mendadak.

Padahal untuk membuat naskah ceramah membutuhkan waktu yang cukup panjang. Belum lagi terkadang kita sibuk dengan kegiatan lain sehingga tidak memiliki waktu untuk membuat naskah ceramah yang baik.

Oleh karena itu, pada tulisan kali ini, kami akan berikan contoh ceramah singkat tentang sedekah yang cocok disampaikan di acara-acara formal, semi formal, maupun non-formal.

Bila ceramah ini disampaikan dengan baik, insya Allah hanya berdurasi sekitar lima sampai tujuh menit. Sehingga kita tidak perlu khawatir berceramah terlalu panjang sehingga membuat pendengar bosan mendengarnya.

Berikut contoh ceramah singkat yang bertema tentang sedekah :

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَبَعْدُ

(Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, wash-sholaatu was-salaamu ala asyrafil-anbiyaa-i wal-mursaliin, sayyidinaa wa nabiyyinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iin. Wa ba’du)

Hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan kenikmatan berupa kesehatan dan waktu luang sehingga kita bisa duduk di majelis ilmu yang mudah-mudahan diberkahi oleh Allah subhanahu wata’ala.

Selanjutnya, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan juga keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, pada kesempatan yang berbahagia ini, perkenankanlah saya selaku penceramah untuk berceramah dengan ceramah singkat tentang sedekah.

Pertama-tama, apakah pengertian dari sedekah itu sendiri?

Sedekah adalah suatu pemberian yang diberikan kepada orang lain dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala

Sedekah di dalam Islam itu ada tiga macam, yang pertama adalah sedekah harta, yang kedua adalah sedekah maknawiyah, dan yang ketiga adalah sedekah jariyah.

Sedekah harta adalah kita menyedekahkan harta kita kepada orang lain dengan niat mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wata’ala.

Sedangkan sedekah maknawiyah adalah segala perbuatan yang tidak ada kaitannya dengan pemberian harta namun diistilahkan dengan sedekah, seperti tersenyum, memberikan nafkah batin kepada istri, menolong orang lain, adil dalam berhukum, kalimat yang baik dan lain sebagainya.

Sementara sedekah jariyah adalah sedekah yang pahalanya mengalir sampai kita mati, seperti waqaf tanah, membangun masjid, membagikan mushaf Al-Quran, dan lain sebagainya.

Nah, pada kesempatan kali ini kami selaku penceramah akan berfokus pada tema ceramah tentang sedekah harta.

Hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, di dalam Islam, sedekah harta adalah sesuatu yang diperintahkan. Disebutkan di dalam Al-Quran bahwa Allah ta’ala berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا خُلَّةٌ وَّلَا شَفَاعَةٌ ۗوَالْكٰفِرُوْنَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum datang hari (Kiamat) yang tidak ada (lagi) jual beli padanya (hari itu), tidak ada juga persahabatan yang akrab, dan tidak ada pula syafaat. Orang-orang kafir itulah orang-orang zalim.


[QS. Al-Baqarah ayat 254]

Sedekah itu memiliki keutamaan yang sangat besar. Sangking besarnya keutamaan sedekah, orang-orang yang telah wafatpun menyesal dan ingin kembali hidup di dunia agar bisa mengamalkan sedekah. Disebutkan di dalam Al-Quran :

وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ

Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata (sambil menyesal), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang saleh.”


[QS. Al-Munafiqun ayat 10]

Lantas, apa sajakah keutamaan sedekah itu?

Pertama, Allah subhanahu wata’ala akan melipat gandakan pahala sedekah dan pelaku sedekah akan mendapatkan pahala yang mulia di akhirat. Allah ta’ala berfirman :

اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan, dan meminjamkan (kepada) Allah pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) kepada mereka dan baginya (diberikan) ganjaran yang sangat mulia (surga).


[QS. Al-Hadid ayat 18]

Kedua, perumpaan orang yang sedekah ibarat menanam satu biji kemudian dari satu biji tersebut bisa menumbuhkan biji yang baru hingga tujuh ratus biji. Allah ta’ala berfirman :

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.


[QS. Al-Baqarah ayat 261]

Ketiga, Allah akan mengganti harta yang telah kita sedekahkan. Allah ta’ala berfirman :

قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗوَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.” Suatu apa pun yang kamu infakkan pasti Dia akan menggantinya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.


[QS. Saba’ ayat 39]

Dan tentunya masih banyak lagi keutamaan-keutamaan tentang sedekah yang disebutkan di dalam Al-Quran maupun hadits.

Hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, setelah kita mengetahui betapa besarnya keutamaan sedekah, maka masihkah kita ragu untuk menyisihkan sebagian harta kita untuk disedekahkan?

Oleh karena itu, pada ceramah singkat tentang sedekah yang baru penceramah sampaikan di kesempatan yang berbahagia ini, penceramah anjurkan kepada hadirin untuk bersedekah sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Demikianlah ceramah singkat tentang sedekah yang bisa penceramah sampaikan. Semoga dengan disampaikannya ceramah ini dapat memotivasi kita untuk senantiasa menyedekahkan sebagian harta kita. Kurang lebihnya penceramah mohon maaf, akhirul kalam,,

وَاَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Related Posts :