Hakikat Sabar dalam Islam
Oleh : Adam Rizkala
Dipublikasikan : 12/24/2018
![]() |
Sabar adalah
perkara yang sangat agung di sisi Allah subhanahu wata’ala. Dengan sabar
inilah seorang hamba menempuh jalan sukses dan keberuntungan di dunia dan
akhirat.
Betapa banyak para
Nabi dan Rasul serta orang-orang yang mengikuti mereka meraih kesuksesan dengan menempuh
jalan kesabaran
Allah menjanjikan
surga sebagai balasan bagi orang yang mau bersabar dalam setiap kehidupannya.
Berikut ini
akan kita pelajari bersama tentang sabar dalam Islam mulai dari pengertian
sabar, tingkatan-tingkatannya, hukum sabar dalam Islam, hakikat sabar dalam
Islam, hingga buah dari kesabaran itu sendiri :
A. Pengertian Sabar
Sabar
secara bahasa berarti الحَبْسُ yang
artinya menahan, mencegah, atau menghalangi. Dalam Islam, sabar secara istilah adalah menahan diri untuk tetap melakukan sesuatu
yang diinginkan oleh Allah dan menahan diri dari perbuatan yang dilarang oleh
Allah.
B. Tingkatan-tingkatan Sabar dalam Islam
Sabar
memiliki tingkatan-tingkatan tersendiri tergantung dari kadar kemuliaan
dan kepayahan dalam melaksanakannya. Berikut
ini tingkatan-tingkatan sabar mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah :
1. Sabar dalam Ketaatan
Sabar dalam
ketaatan kepada Allah adalah sabar dengan tingkatan yang tertinggi. Karena
mengerjakan kewajiban memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah subhanahu wata’ala.
Selain itu,
sabar dalam ketaatan cenderung lebih berat bagi seorang
hamba, apalagi apabila dalam keadaan aman. Karena dalam keadaan tersebut lebih
memicu timbulnya kemalasan dalam mengerjakan ketaatan.
2. Sabar dalam Menjauhi Kemaksiatan
Tingkatan
sabar yang dibawahnya adalah sabar dalam menjauhi kemaksiatan. Kesabaran jenis
ini lebih rendah dibandingkan kesabaran dalam ketaatan.
Secara
fitrah, manusia sudah dibekali sifat-sifat yang dapat membentengi dirinya dari
kemaksiatan; seperti merasa malu, takut, gelisah, benci dan lain sebagainya. Dengan
sifat-sifat inilah manusia memiliki kecenderungan tidak suka melakukan
perbuatan-perbuatan yang buruk.
3. Sabar dalam Menghadapi Musibah
Tingkatan
sabar yang dibawahnya adalah sabar dalam menghadapi musibah. Tingkatan sabar
ini adalah tingkatan sabar yang terendah. Karena kesabaran dalam menjalankan
ketaatan dan menjauhi kemaksiatan adalah kesabaran yang bersifat ikhtiyar.
Kita bisa memilih dan memutuskan apakah mau berbuat ketaatan dan menjauhi
maksiat atau sebaliknya.
Sedangkan
sabar dalam musibah kita tidak bisa memilihnya. Karena musibah adalah perkara
yang sudah ditentukan oleh Allah dan mau tidak mau kita dituntut
untuk menghadapinya.
C. Hukum Sabar dalam Islam
Sebagaimana yang
telah kita ketahui, bahwa sabar adalah perkara yang diperintahkan oleh Allah subhanahu
wata’ala kepada orang-orang yang beriman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا
وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang
yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap
siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
beruntung.[1]
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ
Selain itu, Allah subhanahu
wata’ala juga melarang kita untuk terburu-buru dan tidak bersabar :
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ
وَلَا تَسْتَعْجِل لَّهُمْ
Maka bersabarlah
kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah
bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.[3]
Namun, hukum sabar
tidak wajib secara mutlak tanpa ada batasan. Akan tetapi, adakalanya wajib,
adakalanya dianjurkan, adakalanya diperbolehkan, adakalanya dimakruhkan, bahkan
diharamkan. Sebagaimana firman Allah ta’ala :
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُم
بِهِ ۖ وَلَئِن صَبَرْتُمْ
لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصَّابِرِينَ
Dan jika kamu
memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan
kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik
bagi orang-orang yang sabar.[4]
Ayat tersebut
menunjukkan bolehnya korban kedzaliman membalas pelaku kedzaliman sesuai kadar
kedzalimannya. Namun, sabar itu lebih baik baginya dari pada membalasnya.
Hal ini
menunjukkan bahwa seandainya sabar itu diwajibkan dalam setiap keadaan niscaya
Allah akan mewajibkan sabar walaupun keadaan terdzalimi.
Berikut ini
beberapa contoh praktik sabar dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan klasifikasi kedudukan hukumnya
:
- Sabar yang diwajibkan : sabar menahan kantuk dan beratnya melaksanakan shalat subuh, sabar menahan godaan lawan jenis, sabar dikala anggota keluarganya meninggal dunia, dsb.
- Sabar yang dianjurkan : sabar menahan beratnya melaksanakan shalat malam.
- Sabar yang dimakruhkan adalah ketika sabar (menahan diri) dari perbuatan-perbuatan yang dianjurkan, sehingga ia tidak mengerjakannya contoh : sabar minum dengan keadaan berdiri.
- Sabar yang diharamkan : sabar ketika ada yang bermaksud buruk kepada keluarganya sedangkan ia mampu untuk melindunginya.
- Sabar yang diperbolehkan yaitu sabar atas perbuatan yang mubah, seperti : makan, minum, dsb.
D. Kapan Seseorang Bisa Dikatakan Sabar?
Apabila ada salah
satu anggota keluarga yang kita
cintai meninggal dunia, apa yang biasanya kita perbuat?? Langsung menangisi dan
meratapinya? Atau menerima apa yang Allah kehendaki kepada kita
seraya mengucapkan kalimat istirja’??
Maka jawabannya
ada dalam hadits sebagai berikut :
مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِامْرَأَةٍ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ، فَقَالَ: اتَّقِي اللَّهَ وَاصْبِرِي،
قَالَتْ: إِلَيْكَ عَنِّي، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِي، وَلَمْ
تَعْرِفْهُ، فَقِيلَ لَهَا: إِنَّهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَأَتَتْ بَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمْ تَجِدْ
عِنْدَهُ بَوَّابِينَ، فَقَالَتْ: لَمْ أَعْرِفْكَ، فَقَالَ: إِنَّمَا الصَّبْرُ
عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى
Suatu ketika Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam melewati seorang wanita yang menangis di kuburan,
lalu beliau bersabda : “Takutlah pada Allah, dan bersabarlah!”
Wanita itu
menjawab : “Pergilah dariku, sesungguhnya engkau tidak merasakan musibah yang menimpaku dan
tidak mengetahuinya.”
Lalu wanita itu pun diberitahu bahwa
yang mengajak bicara padanya adalah Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Maka ia beranjak ke
rumah Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan ia tidak menemukan penjaga pintu.
Lalu wanita itupun
berkata : “Aku tidak mengetahui (bahwa yang mengajak bicara waktu itu adalah) engkau.”
Dari hadits
tersebut kita mengetahui bahwa sabar yang paling besar pahalanya adalah ketika
pertama kali tertimpa musibah maka seketika itu hati kita langsung
bersabar.
Praktek
bersabar yang benar adalah menerima apa yang Allah kehendaki untuk kita seraya
mengucapkan kalimat istirja’. Bukan menangis meronta-ronta, atau
meratapinya terlebih dahulu setelah itu baru beristirja’. Berdasarkan
firman Allah ta’ala :
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun".[6]
Dalam ayat
tersebut Allah mensifati orang-orang
yang sabar adalah orang yang ketika ditimpa musibah maka ia langsung bersabar seraya mengucapkan
kalimat “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun”.
Hal ini
menunjukkan bahwa seseorang bisa mendapatkan pahala sabar yang sempurna ketika musibah itu menghunjam hati lantas ia langsung
bersabar seraya mengucapkan kalimat istirja’ tanpa marah-marah,
mengeluh, menangis, atau meratapi nasib terlebih dahulu.
E. Hakikat Sabar dalam Islam
1. Bersabar dalam Ketaatan kepada Allah
Sebagaimana yang
telah kita ketahui sebelumnya, bahwa sabar yang paling tinggi kedudukannya
adalah sabar dalam menjalankan ketaatan. Sabar dalam ketaatan kepada Allah
adalah sabar yang paling agung dan paling berat.
Allah ta’ala
sendiri telah mengisyaratkan kepada kita bahwa sabar dalam ketaatan jauh lebih
agung dari pada jenis kesabaran yang lainnya. Allah ta’ala berfirman :
فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ
عَلَيْهَا
Dan perintahkanlah
kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.[8]
Dari ayat
tersebut, Allah ta’ala tidak menggunakan kata اصْبِرْ dalam mengungkapkan perintah bersabar. Namun, Allah
menggunakan اصْطَبِرْ yang mana kata tersebut memiliki makna lebih sempurna
dan lebih kuat dibandingkan kata اصْبِرْ.
Hal ini
menunjukkan bahwa bersabar dalam ketaatan (yakni ibadah) jauh lebih ditekankan
dibandingkan selainnya.
Seseorang
bisa dikatakan sabar dalam ketaatan apabila ia bersabar dalam tiga keadaan
sebagai berikut :
- Pertama, bersabar sebelum menjalankan ketaatan; yakni dengan memperbaiki niat dan membuang sifat riya’.
- Kedua, bersabar ketika menjalankan ketaatan; yakni sabar untuk tidak lalai dari mengingat Allah ta’ala, tidak bermalasan dalam melaksanakannya, menjaga kewajiban-kewajiban, rukun-rukun yang ada dalam ibadah tersebut, dan lain sebagainya.
- Ketiga, bersabar ketika selesai mengerjakan ketaatan; yakni bersabar untuk tidak menyiarkan ibadahnya kepada orang lain, menghilangkan sifat ujub, dan mengungkit-ungkitnya.
- 2. Bersabar dalam Menjauhi Kemaksiatan
Sebagaimana
sabar dalam ketaatan, seseorang dapat dikatakan bersabar dalam menjauhi
kemaksiatan apabila mampu bersabar dalam tiga keadaan sebagai berikut :
- Pertama, sabar dalam menjauhi maksiat sebelum meninggalkannya; yakni dengan mendatangkan niat untuk menjauhinya.
- Kedua, sabar dalam menjauhi maksiat ketika meninggalkannya; yakni dengan menjauhinya dan meninggalkannya.
- Ketiga, sabar dalam menjauhi maksiat ketika sesuatu yang memancing pada kemaksiatan telah menghilang; yakni dengan membuang sifat ujub karena telah berhasil meninggalkan maksiat tersebut.
- 3. Bersabar dalam Menghadapi Musibah
Seseorang
bisa dikatakan bersabar dalam menghadapi musibah tatkala ia tidak mengeluhkan
musibah yang menimpanya. Diantara perbuatan-perbuatan yang menafikan kesabaran
adalah meratapi musibah, menampar-nampar pipi, mengoyak-ngoyak baju, memukul
kepala, teriak-teriak, menangis yang menjadi-jadi, dan semisalnya.
Adapun
seperti menceritakan keluhan penyakit kepada dokter untuk tujuan pengobatan
maka ini tidaklah mengapa. Demikianpula rintihan orang yang kesakitan dan
semisalnya juga tidak termasuk perbuatan yang menafikan kesabaran.
Yang perlu
kita ketahui adalah bahwa hakikat sabar yang sesungguhnya itu terletak di
dalam hati. Tidaklah seseorang dikatakan bersabar walaupun ia mengaku
bersabar dan terlihat bersabar namun hatinya merasa marah, tidak senang, atau
benci dengan musibah yang menimpanya.
F. Buah dari Kesabaran
1. Keberuntungan di Dunia dan Akhirat
Allah ta’ala
berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا
وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang
yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap
siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
beruntung.[9]
2. Semua Manusia Rugi Kecuali Mereka yang Iman dan Bersabar
Allah ta’ala
berfirman :
وَالْعَصْرِ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ
لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾
Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.[10]
3. Ampunan dan Pahala yang Besar
Allah ta’ala
berfirman :
إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
أُولَٰئِكَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ
kecuali orang-orang
yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu
beroleh ampunan dan pahala yang besar.[11]
4. Sabar adalah Jalan Menuju Surga
Allah ta’ala
berfirman :
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا
يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ
الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ
آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Apakah kamu
mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:
"Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat.[12]
Maksudnya
yakni, janganlah mengira kalian akan masuk surga apabila kalian belum ditimpa
musibah dan bersabar atas musibah tersebut. Allah ta’ala berfirman :
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ
الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى
الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ
وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى
الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي
الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا
وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka
itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa.[13]
5. Mendapat Salam dari Para Malaikat Ketika di Surga
Allah ta’ala
berfirman :
سَلَامٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى
الدَّارِ
(sambil mengucapkan): "Salamun
'alaikum bima shabartum" (Semoga keselamatan senantiasa tetap atas kalian sebab kalian telah
bersabar). Maka alangkah baiknya tempat
kesudahan itu.[14]
6. Dibangunkan Baitul Hamdi (Rumah yang Terpuji) di Surga
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda :
إِذَا مَاتَ وَلَدُ العَبْدِ قَالَ اللَّهُ
لِمَلَائِكَتِهِ: قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ:
قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: مَاذَا قَالَ
عَبْدِي؟ فَيَقُولُونَ: حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ، فَيَقُولُ اللَّهُ: ابْنُوا
لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الجَنَّةِ، وَسَمُّوهُ بَيْتَ الحَمْدِ
Ketika anak seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman kepada
malaikat : “Apakah kalian mencabut nyawa anaknya hamba-Ku!” Para malaikatpun
menjawab : “Iya.” Lalu Allah berfirman : “Apakah kalian mencabut buah hatinya?”
Para malaikat menjawab : “Iya.” Allah berfirman : “Apa yang dikatakan
hamba-Ku?” Para malaikat menjawab : “Ia memuji-Mu dan beristirja’.” Maka Allah
berfirman : “Bangunkanlah rumah di surga bagi hamba-Ku ini, dan berilah nama
rumah itu dengan nama baitul hamdi (rumah yang terpuji).[15]
7. Pahala yang Tidak Disia-siakan
Allah ta’ala
berfirman :
إِنَّهُ مَن يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا
يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
Sesungguhnya
barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.[16]
8. Memperoleh Pahala dari Allah
Allah ta’ala
berfirman :
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ
اللَّهِ خَيْرٌ لِّمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا
الصَّابِرُونَ
Berkatalah
orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu,
pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar".[17]
9. Pahala yang Berlipat dan Tanpa Batas
Allah ta’ala
berfirman :
أُولَٰئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُم مَّرَّتَيْنِ بِمَا
صَبَرُوا
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ
حِسَابٍ
10. Menjadi Panutan dalam Agama
Allah ta’ala
berfirman :
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا
لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا
يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan
di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah
Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.[20]
11. Bersama Allah Subhanahu Wata’ala
Allah ta’ala
berfirman :
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
12. Memperoleh Bantuan
Allah ta’ala
berfirman :
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ
Yakni,
karena dengan sabar dan shalat itulah Allah akan memberikan bantuannya.
13. Memperoleh Pertolongan
Allah
memberikan pertolongan pada pasukan perang badar dengan didatangkannya lima
ribu Malaikat karena mereka bersabar. Allah ta’ala berfirman :
بَلَىٰ ۚ إِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُم مِّن
فَوْرِهِمْ هَٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُم بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ
مُسَوِّمِينَ
Ya (cukup), jika
kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan
seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang
memakai tanda.[23]
14. Selamat dari Upadaya Musuh
Allah ta’ala
berfirman :
وَإِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ
كَيْدُهُمْ شَيْئًا
Jika kamu bersabar
dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan
kemudharatan kepadamu.[24]
15. Shalawat, Rahmat dan Hidayah dari Allah
Allah ta’ala
berfirman :
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا
أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿١٥٦﴾ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ
وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ
الْمُهْتَدُونَ ﴿١٥٧﴾
Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan
mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [25]
16. Memperoleh Cinta dari Allah
Allah ta’ala
berfirman :
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ
كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا
وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ
الصَّابِرِينَ
Dan berapa
banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang
menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada
musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.[26]
17. Sanjungan dari Allah
Allah
menyanjung Nabi Ayyub dengan sanjungan yang terbaik karena ia bersabar. Allah ta’ala
berfirman :
إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا ۚ نِّعْمَ الْعَبْدُ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ
Sesungguhnya Kami
dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya
dia amat taat (kepada Tuhan-nya).[27]
18. Sabar adalah Sinar
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda :
وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ
وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
Shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti, sabar adalah sinar, dan Al
Quran adalah alasan untuk membelamu atau mencelakaimu (karena tidak
mengamalkannya).[28]
19. Memperoleh Manfaat dari Ayat-ayat Allah
Ayat-ayat
Allah baik qouliyyah maupun kauniyyah hanya bisa diambil manfaat
dan faedahnya oleh orang-orang yang sangat sabar, bukan mereka yang
hanya sekedar sabar. Karena Allah menggunakan shigah mubalaghah[29] dalam mengungkapkan firman-Nya :
أَلَمْ تَرَ أَنَّ الْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ
بِنِعْمَتِ اللَّهِ لِيُرِيَكُم مِّنْ آيَاتِهِ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ
لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di
laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari
tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.[30]
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ
قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُم بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ
فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami,
(dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita
kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari
Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.[31]
إِن يَشَأْ يُسْكِنِ الرِّيحَ فَيَظْلَلْنَ رَوَاكِدَ
عَلَىٰ ظَهْرِهِ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah
kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar
dan banyak bersyukur,[32]
فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوا
أَنفُسَهُمْ فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ إِنَّ
فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
Maka mereka berkata: "Ya Tuhan kami jauhkanlah jarak perjalanan
kami", dan mereka menganiaya diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka
buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang
yang sabar lagi bersyukur.[33]
20. Mendapatkan Ganti yang Lebih Baik dari Allah
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ، فَيَقُولُ مَا
أَمَرَهُ اللهُ: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ}، اللهُمَّ
أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَخْلَفَ اللهُ
لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
Seorang muslim yang tertimpa musibah lalu mengatakan apa yang
diperintahkan oleh Allah : (yakni kalimat) “Innalillahi wa innaa ilaihi
raaji’uun, ya Allah berikanlah pahala dalam musibahku, dan gantilah untukku
pada yang lebih baik.” Maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.[34]
Ringkasan :
- Sabar secara bahasa artinya menahan. Secara istilah menahan diri untuk taat dan menjauhi larangan Allah.
- Tingkatan sabar ada 3 : (1) Sabar dalam ketaatan (2) Sabar dalam menjauhi maksiat (3) Sabar dalam menghadapi musibah
- Hukum sabar ada 5 : (1) Wajib (2) Dianjurkan (3) Makruh (4) Haram (5) Diperbolehkan
- Seseorang bisa dikatakan sabar ketika bersabar saat permulaan hati terkejut.
- Sabar dalam mengerjakan ketaatan dan menjauhi maksiat mencakup sebelum, ketika dan sesudah mengerjakan ketaatan dan menjauhi maksiat.
- Sabar menghadapi musibah adalah menerima musibah dengan hati ridha, tidak marah-marah, banyak mengeluh, meratapi nasib, dan semisalnya.
- Buah dari kesabaran sangatlah banyak, diantaranya : keberuntungan dunia akhirat, menghilangkan kerugian, ampunan dan pahala yang besar, jalan menuju surga, salam dari malaikat saat di surga, dibangunkan baitul hamdi, pahala yang tidak disia-siakan oleh Allah, pahala berlipat dan tanpa batas, menjadi panutan dalam agama, bersama Allah, memperoleh bantuan dan pertolongan, diselamatkan dari musuh, mendapat cinta dan sanjungan dari Allah, sabar adalah sinar, memperoleh manfaat dari ayat-ayat Allah, mendapatkan ganti yang lebih baik dari Allah.
Oleh : Adam
Rizkala
[1]
QS. Ali Imran ayat 200
[8] QS. Thaha ayat 132
[9] QS. Ali Imran ayat 200
[10] QS. Al-‘Ashr ayat 1 – 3
[11]
QS. Hud ayat 11
[12] QS. Al-Baqarah ayat 214
[13] QS. Al-Baqarah ayat 177
[14] QS. Ar-Ra’du ayat 24
[15] HR. Tirmidzi no. 1021
[16] QS. Yusuf ayat 90
[17] QS. Al-Qashash ayat 80
[18] QS. Al-Qashash ayat 54
[19] QS. Az-Zumar ayat 10
[20] QS. As-Sajdah ayat 24
[21] QS. Al-Baqarah ayat 153
[22] QS. Al-Baqarah ayat 45
[23] QS. Ali Imran ayat 125
[24] QS. Ali Imran ayat 120
[25] QS. Al-Baqarah ayat 155 – 157
[26] QS. Ali Imran ayat 146
[27] QS. Shad ayat 44
[28] HR. Muslim no. 223
[29] Sebuah bentuk kata dalam bahasa Arab
berbentuk isim fa’il yang menunjukkan makna sifat yang sangat kuat
terhadap yang disifati.
[30] QS. Luqman ayat 31
[31] QS. Ibrahim ayat 5
[32] QS. Asy-Syuura ayat 33
[33] QS. Saba’ ayat 19
[34] HR. Muslim no. 918
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan komentar yang mencerminkan seorang muslim yang baik :)