MENU

Keutamaan Tawakal Kepada Allah

Sebagai seorang muslim, tentu kita meyakini bahwa tuhan kita yaitu Allah subhanahu wata'ala Maha Kuasa atas segala sesuatu. Oleh karena itu, dalam setiap ikhtiar yang kita lakukan haruslah kita percayakan hasilnya kepada Allah. Karena Dialah sang pemilik alam ini dan Dialah yang Maha Berbuat terhadap apa yang Ia kehendaki.

Pasrah dan mempercayakan segala usaha yang kita lakukan kepada Allah adalah tawakal. Tawakal sendiri adalah mempercayakan semuanya kepada Allah dan berputus harapan dari apa yang ada di tangan manusia. Tawakal merupakan amalan hati yang sangat agung dan paling utama. Bahkan dikatakan oleh Ibnul Qoyyim bahwa tawakal adalah setengah dari agama.

Diantara bukti bahwa tawakal merupakan ibadah yang sangat utama adalah banyaknya ayat-ayat di dalam Al-Quran maupun Al-Hadits yang menjelaskan tentang keutamaan tawakal kepada Allah. Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini akan kita pelajari bersama beberapa keutamaan tawakal kepada Allah yang terdapat di dalam Al-Quran maupun Al-Hadits.

Berikut beberapa keutamaan tawakal kepada Allah beserta dalilnya :

1. Diberikan Kecukupan

Setiap usaha yang kita lakukan tentu akan ada faktor-faktor yang kita tidak memiliki kuasa atas faktor tersebut. Oleh karena itu, kita sebagai seorang mukmin hendaknya bertawakal kepada Allah di setiap apapun yang kita usahakan baik itu dalam perkara dunia maupun akhirat.

Diantara salah satu keutamaan tawakal adalah jika kita bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, maka usaha apapun yang kita lakukan pasti akan dicukupi oleh Allah. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ

Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya


[QS. Ath-Thalaq ayat 3]

2. Cinta Allah Kepada Orang Yang Bertawakal

Jika Allah subhanahu wata'ala mencintai seorang hamba maka Ia akan menjaganya, melindunginya, dan juga menolongnya. Jika kita melihat kembali bagaimana Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam diselamatkan dari upadaya orang-orang kafir maka penyebabnya adalah karena tawakal beliau kepada Allah azza wajalla.

Nah, diantara keutamaan tawakal kepada Allah adalah bahwa Allah mencintai orang-orang yang bertawakal. Allah ta'ala sendiri berfirman :

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.


[QS. Ali Imran ayat 159]

3. Pertolongan Allah dari Para Musuh

Ketika kaum muslimin diserang oleh pasukan Quraisy, maka mereka pun berperang dengan bertawakal kepada Allah. Akhirnya mereka memenangkan peperangan tersebut dan kembali dengan nikmat dan karunia dari Allah. Di dalam Al-Quran disebutkan :

اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ فَانْقَلَبُوْا بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوْۤءٌۙ وَّاتَّبَعُوْا رِضْوَانَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ ذُوْ فَضْلٍ عَظِيْمٍ

(yaitu) mereka yang (ketika ada) orang-orang mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan (pasukan) untuk (menyerang) kamu. Oleh karena itu, takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” Mereka kembali dengan nikmat dan karunia dari Allah. Mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti (jalan) rida Allah. Allah mempunyai karunia yang besar.


[QS. Ali Imran ayat 173-174]

4. Masuk Surga Tanpa Hisab

Siapa yang tidak mau masuk surga tanpa hisab? Tentu kita sangat menginginkannya, bukan?

Nah, salah satu amalan yang dapat menyebabkan seseorang masuk surga tanpa hisab adalah bertawakkal. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ: هُمُ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ، وَلَا يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ ‌يَتَوَكَّلُونَ

Ada tujuh puluh ribu orang dari umatku yang masuk surga tanpa hisab: yaitu orang yang tidak minta diruqyah (diobati dengan mantera), tidak bertathayyur, dan mereka bertawakal kepada Tuhan mereka.


[HR. Bukhari]

5. Diberikan Rezeki

Wajib kita yakini bahwa sesungguhnya jatah rezeki yang kita peroleh itu sudah ditentukan oleh Allah. Tidak ada seorangpun yang mampu mengambil jatah rezeki kita dan tidak ada seorang pun jatah rezeki orang yang dapat kita ambil.

Oleh karena itu, upaya yang kita lakukan dalam memperoleh rezeki haruslah dengan cara yang halal dan disertai dengan tawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal. Kita tidak perlu mengkhawatirkan soal berapa jumlah rezeki yang kita peroleh. Apalagi sampai berbuat dzolim kepada orang lain demi mendapatkan rezeki.

Percayalah bahwa ketika kita keluar dari rumah dalam rangka berusaha untuk mencari rezeki dengan penuh tawakal kepada Allah, maka Allah akan berikan rezeki kepada kita sebagaimana burung yang diberikan rezeki oleh Allah. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

Seandainya kalian betul-betul bertawakal kepada Allah maka niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung, mereka pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan pulang di sore hari perut terisi penuh.


[HR. Tirmidzi]

Dari hadits di atas kita dapat ambil sebuah pelajaran berharga yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita. Apa sajakah pelajaran itu? Berikut pelajaran yang bisa kita ambil dari hadits di atas :

  • Pertama, bahwa burung yang tidak diberikan akal oleh Allah saja tetap keluar untuk melakukan suatu usaha agar mendapatkan rezeki.
  • Kedua, meskipun burung tidak diberikan akal seperti manusia, usahanya dalam mencari rezeki ternyata tidak sia-sia. Ia pergi pagi dalam keadaan perut kosong tetapi bisa pulang dalam keadaan perut kenyang.
  • Ketiga, burung tidak menghabiskan seluruh waktunya dari pagi sampai pagi lagi untuk mencari rezeki. Ia hanya mencukupkan waktunya dari pagi hingga sore untuk mencari rezeki.

6. Perlindungan dari Setan

Allah subhanahu wata'ala berfirman :

اِنَّمَا النَّجْوٰى مِنَ الشَّيْطٰنِ لِيَحْزُنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَيْسَ بِضَاۤرِّهِمْ شَيْـًٔا اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ

Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu hanyalah dari setan, agar orang-orang yang beriman itu bersedih hati, sedangkan (pembicaraan) itu tidaklah memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah. Hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal.


[QS. Al-Mujadalah ayat 10]

Jika kita perhatikan ayat di atas, Allah ta'ala menerangkan kepada kita bahwa setan tidak mampu membahayakan hamba-Nya kecuali atas izin Allah. Setelah Allah menjelaskan hal tersebut, Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk bertawakal kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa diantara salah satu keutamaan tawakal kepada Allah adalah mendapatkan penjagaan atau perlindungan Allah dari upadaya setan.

Disebutkan pula di dalam Al-Hadits bahwa jika seseorang keluar dari rumahnya dan mengucapkan doa tawakal maka dijaga dari setan. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

مَنْ قَالَ - يَعْنِي - إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ: بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، يُقَالُ لَهُ: كُفِيتَ، وَوُقِيتَ، وَتَنَحَّى عَنْهُ الشَّيْطَانُ

Barang siapa yang ketika keluar dari rumah berdoa : بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ (Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan upaya kecuali atas pertolongan dari Allah.) maka dikatakan kepadanya : "Kamu telah dicukupi dan dijaga, dan setan menjauh darinya."


[HR. Tirmidzi]

Demikianlah beberapa pemaparan tentang keutamaan tawakal kepada Allah. Semoga dengan kita mengetahui betapa dahsyatnya keutamaan tawakal yang dijelaskan di dalam Al-Quran dan Al-Hadits dapat membuat hati kita semakin bergantung kepada Allah subhanahu wata'ala di setiap ikhtiar yang kita lakukan. Jika kita melibatkan Allah ta'ala di dalam setiap upaya kita niscaya Allah akan memberikan kecukupan, perlindungan, penjagaan, dan juga pertolongan. Karena Allah itu mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.

Ceramah Tentang Bulan Ramadhan Beserta Hadisnya

Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat dinanti-nanti oleh seluruh umat Islam di dunia. Hal ini dikarenakan bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan serta keistimewaan tersendiri dibandingkan bulan-bulan selainnya.

Biasanya, salah satu agenda yang rutin dijadwalkan oleh takmir masjid pada bulan Ramadhan di Indonesia adalah kultum tarawih. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya akan sedikit membagikan ceramah tentang bulan Ramadhan beserta hadisnya yang sangat cocok dibawakan saat kita menyampaikan kultum tarawih.

Mudah-mudahan ceramah tentang bulan Ramadhan beserta hadisnya yang saya bagikan pada kesempatan kali ini dapat menjadikan refrensi atau bahkan disampaikan secara langsung pada saat kita menyampaikan kultum sebelum sholat tarawih.

Berikut ini teks atau naskah ceramah tentang bulan Ramadhan beserta hadisnya mulai dari salam, pembukaan (muqoddimah), kemudian isinya, hingga penutup secara lengkap :

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَبَعْدُ

Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah.. pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala atas nikmat-Nya kita dikumpulkan kembali pada kesempatan yang luar biasa pada malam hari ini.

Yang kedua, semoga shalawat dan juga salam senantiasa tetap tercurahkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, dan juga keluarganya, para sahabatnya dan juga para pengikut sunnahnya hingga hari akhir.

Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah.. Alhamdulillah Ramadhan yang kita nanti-nanti akhirnya telah tiba dan saat ini kita masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk berada di dalamnya. Maka sepatutnya kita bersyukur kepada Allah atas kesempatan yang telah ia berikan kepada kita semua.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan. Pada bulan ini Allah membuka banyak kebaikan serta menutup pintu keburukan untuk para hamba-Nya.

Pertanyaannya adalah, sudahkah kita mengetahui keberkahan dan keutamaan apa saja yang ada pada bulan Ramadhan? Jangan-jangan Ramadhan demi Ramadhan yang telah kita lalui sebelumnya kita lalui tanpa mengetahui akan keutamaan apa saja yang ada pada bulan Ramadhan.

Oleh karena itu, pada kesempatan yang luar biasa ini, penceramah ingin sedikit menyampaikan ceramah tentang keutamaan bulan Ramadhan beserta haditsnya yang shohih dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Dengan kita mengetahui keutamaan yang ada pada bulan ini maka kita dapat memanfaatkan keutamaan tersebut agar bisa meraup pahala sebanyak-banyaknya di bulan Ramadhan.

Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah.. keutamaan pertama yang ada pada bulan Ramadhan adalah bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan diturunkannya Al-Quran. Disebutkan di dalam Al-Quran, dimana Allah berfirman :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)


[QS. Al-Baqarah ayat 185]

Maka tak heran jika pada bulan Ramadhan, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menyetorkan hafalan Al-Qurannya kepada malaikat Jibril secara penuh. Bahkan di tahun wafatnya beliau menyetorkan hafalan Al-Qurannya hingga khatam sebanyak dua kali. Disebutkan dalam sebuah hadis dari Abu Huroiroh ia berkata :

كَانَ ‌يَعْرِضُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ كُلَّ عَامٍ مَرَّةً، فَعَرَضَ عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ فِي الْعَامِ الَّذِي قُبِضَ، وَكَانَ يَعْتَكِفُ كُلَّ عَامٍ عَشْرًا، فَاعْتَكَفَ عِشْرِينَ فِي الْعَامِ الَّذِي قُبِضَ

Jibril biasa mengecek bacaan Al-Quran Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam setiap setahun sekali (pada bulan Ramadhan). Namun pada tahun dimana Rasulullah wafat Jibril mengeceknya sebanyak dua kali. Dan beliau beri'tikaf selama sepuluh hari setiap tahun. Sedangkan pada tahun di mana beliau wafat di tahun tersebut, beliau beri'tikaf selama dua puluh hari.


[HR. Bukhari]

Demikian pula para ulama salaf terdahulu, jika memasuki bulan Ramadhan maka mereka banyak menyibukan dirinya dengan Al-Quran. Bahkan beberapa di antara mereka ada yang sampai menutup majelis taklimnya dan tokonya agar bisa lebih banyak berinteraksi dengan Al-Quran. Oleh karena itu, sepatutnya kita mencontoh mereka dalam mengisi bulan Ramadhan, yakni dengan memperbanyak membaca Al-Quran.

Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah.. keutamaan kedua yang ada pada bulan Ramadhan adalah bahwa bulan Ramadhan merupaka bulan diwajibkannya berpuasa. Disebutkan di dalam Al-Quran :

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah.


[QS. Al-Baqarah ayat 185]

Disebukan pula dalam hadis :

أَتَاكُمْ ‌رَمَضَانُ ‌شَهْرٌ ‌مُبَارَكٌ، فَرَضَ اللهُ - عَزَّ وَجَلَّ - عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ

Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah azza wajalla mewajibkan kepada kalian berpuasa (di bulan Ramadhan)


[HR. Nasa'iy]

Ayat di atas menunjukkan kepada kita bahwa berpuasa di bulan Ramadhan hukumnya adalah wajib. Bahkan jika kita dalam keadaan safar ataupun sakit sehingga menyebabkan kita tidak berpuasa maka kita tetap mengganti puasa tersebut di hari yang lainnya.

Selain itu, puasa juga dijadikan sebagai rukun di dalam Islam. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa jika rukun tidak dikerjakan maka dapat menyebabkan keislaman kita tidak sah. Maka jangan sampai kita meninggalkan ibadah puasa di bulan Ramadhan karena mengingkarinya. Ketahuilah bahwa puasa di bulan Ramadhan adalah sebab diampuninya dosa-dosa kita.

Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

مَنْ ‌صَامَ ‌رَمَضَانَ ‌إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.


[HR. Bukhari]

Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah.. keutamaan ketiga yang ada pada bulan Ramadhan adalah bahwa ada satu malam di bulan Ramadhan yang nilai ibadah di malam itu lebih baik dari pada seribu bulan. Malam itu bertepatan dengan turunnya Al-Quran, yaitu lailatul qadar. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar. Tahukah kamu apakah Lailatulqadar itu? Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.


[QS. Al-Qadr ayat 1-5]

Disebutkan pula di dalam hadis bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

لِلهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Bagi Allah di bulan ini terdapat malam yang lebih baik dari pada seribu bulan di dalam, barang siapa yang terhalang dari mendapatkan kebaikan yang ada di dalamnya maka sungguh ia telah terhalang (dari kebaikan tersebut)


[HR. Nasa'iy]

Tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan persisnya malam lailatul qadar itu terjadi. Yang jelas, malam tersebut ada di antara sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadhan. Maka tak heran jika Rasulullah memberikan teladan kepada kita untuk menghidupkan sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan agar kita bisa mendapatkan keutamaan pada malam tersebut. Disebutkan dalam sebuah hadits :

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‌يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam beriktikaf pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan.


[HR. Bukhari]

Oleh karena itu, jika kita hendak mendapatkan keutamaan malam tersebut maka sepantasnya bagi kita untuk mempersungguh dalam menghidupkan sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.

Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah.. keutamaan keempat yang ada pada bulan Ramadhan adalah bahwa pada bulan ini pintu surga dan pintu langit dibuka selebar-lebarnya, pintu neraka dikunci serapat-rapatnya, dan para setan dibelenggu. Disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ

Ketika memasuki bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka Jahannam dikunci dan setan-setan dibelenggu.


Bukhari

Disebutkan pula di dalam hadis yang lain bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ، وَمَرَدَةُ الجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، ‌وَيُنَادِي ‌مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

Ketika memasuki awal bulan Ramadhan, setan-setan dan jin durhaka dibelenggu, pintu neraka dikunci dan tidak ada yang terbuka satupun, pintu surga dibuka dan tidak ada yang terkunci satupun. Penyeru berseru : Wahai orang yang mengharapkan kebaikan, lakukanlah! Wahai orang yang mengharap keburukan, kurangilah! Dan bagi Allah membebaskan sejumlah orang dari neraka, dan hal itu terjadi pada setiap malam.


[HR. Tirmidzi]

Arti dari dibukanya pintu surga adalah dibukanya pintu ketaatan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa banyak ketaatan-ketaatan yang dianjurkan di bulan Ramadhan, seperti sholat, berpuasa, dan membaca Al-Quran. Oleh karena itu, jika kita melaksanakan ketaatan-ketaatan tersebut karena Allah maka ketaatan tadi dapat menjadikan wasilah bagi kita untuk dimasukkan ke dalam surga.

Sedangkan pengertian ditutupnya pintu neraka adalah ditutupnya pintu kemaksiatan. Hal ini dikarenakan banyaknya kesibukan di bulan Ramadhan untuk menjalankan ketaatan sehingga kesempatan untuk bermaksiat menjadi semakin tertutup. Bahkan setan pun di belenggu agar tidak dapat menggoda manusia untuk melakukan kemaksiatan.

Selain itu, pada bulan Ramadhan ada seorang penyeru dari kalangan malaikat yang menganjurkan kepada para pencari kebaikan untuk melakukan kebaikan dan menganjurkan kepada para pencari keburukan untuk mengurangi dan meninggalkan keburukan tersebut.

Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah..Demikianlah ceramah tentang bulan Ramadhan beserta hadisnya yang bisa saya sampaikan. Semoga dengan disampaikannya ceramah tentang bulan Ramadhan ini dapat menjadikan kita lebih bersemangat lagi dalam menjalankan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Amiin.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ceramah Singkat Tentang Bulan Ramadhan

Ceramah Singkat Tentang Bulan Ramadhan

Ceramah singkat tentang bulan Ramadhan merupakan salah satu ceramah yang banyak disampaikan menjelang ataupun ketika telah memasuki bulan Ramadhan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang spesial bagi umat muslim. Di bulan ini, setiap muslim diwajibkan untuk berpuasa selama sebulan penuh dari terbit matahari hingga tenggelamnya matahari.

Nah, pada kesempatan kali ini, saya ingin sedikit berbagi salah satu contoh materi ceramah singkat tentang bulan Ramadhan yang cocok disampaikan ketika menjelang ataupun sudah memasuki bulan Ramadhan. Semoga contoh ceramah singkat tentang bulan Ramadhan ini dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca yang hendak menyampaikan ceramah.

Berikut ini teks ceramah singkat tentang bulan Ramadhan mulai dari pembukaan, isi, hingga penutup :

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَبَعْدُ

(Alhamdulillahi robbil-‘aalamiin, wash-sholaatu was-salaamu ‘ala asyrofil-ambiya-i wal-mursalin, sayyidina wa nabiyyina Muhammadin, wa ‘alaa aalihi wa shohbihi ajma’in. Wa ba’du)

Jama'ah rahimakumullah, pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Allah Rabb semesta alam yang telah melimpahkan banyak nikmat kepada kita semua, sehingga dengan nikmat tersebut, kita dapat berkumpul di majelis yang mudah-mudahan diberkahi oleh Allah.

Yang kedua, semoga shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, dan keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya hingga hari kiamat.

Jama'ah rahimakumullah, sebagai seorang muslim, tentu kita sangat bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang agung dan penuh dengan keberkahan. Allah subhanahu wata'ala menjadikan bulan ini sebagai bulan yang memiliki banyak keutamaan dibandingkan bulan-bulan yang lainnya. Lantas, apa sajakah keutamaan-keutamaan yang ada pada bulan Ramadhan?

Pertama, perlu kita ketahui bahwa bulan Ramadhan adalah bulan di turunkannya Al-Quran dan diwajibkannya berpuasa. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)


[QS. Al-Baqarah ayat 185]

Oleh karena itu, pada bulan diturunkannya Al-Quran ini Allah subhanahu wata'ala memerintahkan kepada kita untuk berpuasa selama sebulan penuh. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah.


[QS. Al-Baqarah ayat 185]

Kedua, bulan Ramadhan adalah bulan di mana pintu surga dibuka selebar-lebarnya, pintu neraka ditutup serapat-rapatnya, dan para setan dibelenggu. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ

Ketika memasuki bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka Jahannam dikunci dan setan-setan dibelenggu.


Bukhari

Dibukanya pintu surga adalah dibukanya pintu ketaatan bagi seorang hamba di bulan Ramadhan. Yang mana ketaatan tersebut tidak ada pada bulan selainnya, seperti berpuasa, qiyamul-lail, memberikan makanan untuk berbuka, dan lain sebagainya. Jika kita melakukan ketaatan-ketaatan tersebut dengan ikhlas maka ketaatan tersebut dapat menyebabkan kita dimasukan ke dalam surga.

Sedangkan ditutupnya pintu neraka dan dibelenggunya setan adalah ditutupnya pintu maksiat. Karena pada saat bulan Ramadhan, umat Islam disibukkan dengan ketaatan sehingga terhindar dari kemaksiatan.

Bahkan di bulan Ramadhan kita diseru untuk bergegas pada kebaikan dan berhenti berbuat maksiat. Disebukan dalam sebuah hadits :

وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

Seorang penyeru berseru : Wahai para pengharap kebaikan, lakukanlah! Wahai pengharap keburukan, kurangilah! Dan Allah membebaskan sejumlah orang dari neraka dan hal itu terjadi di setiap malam.

[HR. Tirmidzi]

Oleh karena itu, sungguh keterlaluan jika ada yang bermaksiat di bulan Ramadhan. Karena kemaksiatan yang dilakukan di bulan Ramadhan bukan berasal dari godaan setan. Akan tetapi, kemaksiatan itu disebabkan semata-mata karena hawa nafsu dan keburukan yang ada di dalam diri.

Jama'ah rahimakumullah, keutamaan ketiga yang perlu kita ketahui tentang bulan Ramadhan adalah bahwa ada dua amal yang dapat menyebabkan diampuninya dosa-dosa yang telah lalu. Amal apakah itu?

Yang pertama, adalah puasa. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

مَنْ ‌صَامَ ‌رَمَضَانَ ‌إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.


[HR. Bukhari]

Maka tak heran jika Rasulullah pun betul-betul berniat dan bersungguh-sungguh melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Mengingat puasa di bulan ini memiliki keutamaan yang besar dibandingkan berpuasa di bulan yang lainnya. Ibnu Abbas mengatakan :

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ، يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَهَذَا الشَّهْرَ

Aku tidak pernah melihat Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam sengaja berpuasa pada hari yang beliau istimewakan dibandingkan selainnya kecuali hari Asyura dan bulan ini yaitu bulan Ramadhan


Bukhari

Adapun amalan yang kedua adalah qiyamul-lail atau sholat tarawih. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

مَنْ ‌قَامَ ‌رَمَضَانَ ‌إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa yang melaksanakan sholat tarawih di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala maka diampuni dosanya yang telah lalu.


[HR. Bukhari]

Jama'ah rahimakumullah, keutamaan keempat yang ada pada bulan Ramadhan adalah bahwa salah satu malam pada bulan ini terdapat malam yang lebih baik dari pada seribu bulan. Malam tersebut adalah lailatul qadar. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar. Tahukah kamu apakah Lailatulqadar itu? Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.


[QS. Al-Qadr ayat 1-5]

Adapun datangnya lailatul qadar di bulan Ramadhan adalah berada pada salah satu malam di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Maka jangan sampai kita tidak menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah.

Jama'ah rahimakumullah, Keutamaan kelima yang ada pada bulan Ramadhan adalah bahwa berpuasa di bulan Ramadhan merupakan sebab dihapusnya dosa-dosa sebelumnya selama kita menjauhi dosa-dosa besar. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

Sholat lima waktu, dan jum'at ke jum'at, serta Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa-dosa diantara waktu-waktu itu semua asalkan menjauhi dosa-dosa besar.


[HR. Muslim]

Adapun keutamaan yang keenam adalah bahwa jika seandainya bulan Ramadhan hanya berjalan selama dua puluh sembilan hari maka Allah tidak akan mengurangi pahala bagi mereka yang beribadah dengan sungguh-sungguh. Artinya Allah akan menyempurnakan pahala seperti menjalani bulan Ramadhan selama tiga puluh hari. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

شَهْرَانِ لَا يَنْقُصَانِ، شَهْرَا عِيدٍ: رَمَضَانُ وَذُو الْحِجَّةِ

Ada dua bulan yang keduanya tidak akan kurang, yaitu bulan hari raya : yakni Ramadhan dan Dzul Hijjah.


[HR. Bukhari]

Sedangkan yang ketujuh adalah bahwa umrah di bulan Ramadhan pahalanya sama seperti satu kali melaksanakan ibadah haji. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ تُجْزِئُ حَجَّةً

Umrah di bulan Ramadhan pahalanya sama seperti satu kali haji.


[HR. Abu Dawud]

Demikianlah ceramah singkat tentang bulan Ramadhan yang dapat penceramah sampaikan. Semoga dengan disampaikannya ceramah tentang bulan Ramadhan ini dapat meningkatkan motivasi kita untuk mengisi bulan Ramadhan dengan memperbanyak ibadah.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Contoh Tawakal dalam Kehidupan Sehari-hari

Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah Tuhan sekalian alam, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam dan juga keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya

Tahukah Anda apa itu tawakal? Tawakal adalah hati yang bergantung kepada Allah ta'ala bersamaan dengan melakukan usaha atau ikhtiar yang diperintahkan oleh Allah.

Baca Juga : Pengertian Tawakal Menurut Bahasa dan Istilah

Banyak dari kita yang sebenarnya sudah tau apa itu tawakal. Akan tetapi untuk penerapan dan contohnya terkadang kita masih bingung bagaimana contoh tawakal dalam kehidupan sehari-hari. Nah, pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari bersama contoh tawakal dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya agar kita dapat menerapkan tawakal dalam kehidupan sehari-hari.

Berukut beberapa contoh tawakal dalam kehidupan yang dapat kita amalkan :

1. Tawakal dalam Beribadah

Agama itu setengahnya adalah Ibadah dan setengahnya lagi adalah Isti’anah (memohon pertolongan). Tawakal adalah bagian dari isti’anah. Oleh karena itu ketika kita beribadah kepada Allah hendaknya juga disertai dengan tawakal kepada Allah. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ

Maka, sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya


[QS. Hud ayat 123]

Contoh tawakal dalam beribadah adalah ketika kita betul-betul memasrahkan ibadah kita hanya kepada Allah. Kita harus meyakini bahwa ibadah yang kita lakukan sesungguhnya adalah berkat pertolongan dari Allah. Oleh karena itu hendaknya kita senantiasa berdoa kepada Allah agar Allah memudahkan kita dalam beribadah kepada-Nya.

2. Tawakal dalam Berdakwah

Dakwah adalah tugas setiap umat Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam. Setiap dari kita diperintahkan oleh Allah subhanahu wata'ala untuk berdakwah. Yang menjadi tantangan adalah bahwa tidak semua orang mau menerima dakwah Islam.

Oleh karena itu, ketika kita berdakwah hendaknya kita bertawakal kepada Allah. Biarkanlah Allah yang menentukan apakah mereka mau mengikuti dakwah Islam ataukah tidak. Yang terpenting adalah kita sudah melaksanakan tugas kita berdakwah di jalan Allah dengan ikhlas. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ ࣖ

Jika mereka berpaling (dari keimanan), katakanlah (Nabi Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan pemilik ‘Arasy (singgasana) yang agung.”


[QS. At-Taubah ayat 129]

Diantara salah satu contoh teladan tawakal dalam berdakwah adalah seperti apa yang dilakukan oleh Nabi Nuh ‘alaihis salam ketika mendakwahi umatnya. Disebutkan di dalam Al-Quran :

۞ وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ نُوْحٍۘ اِذْ قَالَ لِقَوْمِهٖ يٰقَوْمِ اِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُمْ مَّقَامِيْ وَتَذْكِيْرِيْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَعَلَى اللّٰهِ تَوَكَّلْتُ فَاَجْمِعُوْٓا اَمْرَكُمْ وَشُرَكَاۤءَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُنْ اَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ اقْضُوْٓا اِلَيَّ وَلَا تُنْظِرُوْنِ

Bacakanlah (sampaikanlah wahai Nabi Muhammad) kepada mereka berita penting (tentang) Nuh ketika dia berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, jika terasa berat bagi kamu keberadaanku tinggal (bersamamu) dan peringatanku dengan ayat-ayat Allah, kepada Allahlah aku bertawakal. Oleh karena itu, bulatkanlah keputusanmu dan kumpulkanlah sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku), selanjutnya janganlah keputusanmu itu dirahasiakan. Kemudian, bertindaklah terhadap diriku dan janganlah kamu tunda-tunda (tindakan itu) kepadaku.


[QS. Yunus ayat 71]

Pada ayat tersebut kita dapat mengambil contoh tawakal dalam kehidupan yang diamalkan oleh Nabi Nuh. Betapapun beratnya dalam dakwah Nabi Nuh senantiasa memasrahkan dan menggantungkan hatinya hanya kepada Allah. Sehingga beliau tidak pernah merasa takut sedikitpun kecuali hanya kepada Allah.

3. Tawakkal dalam Berjihad dan Berperang

Ketika dalam keadaan berperang seorang mukmin tidak hanya mengandalkan senjata dan kekuatannya saja. Akan tetapi juga tawakal berserah diri kepada Allah agar Allah memberikan pertolongan-Nya.

وَاِذْ غَدَوْتَ مِنْ اَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِيْنَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ ۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ اِذْ هَمَّتْ طَّۤاىِٕفَتٰنِ مِنْكُمْ اَنْ تَفْشَلَاۙ وَاللّٰهُ وَلِيُّهُمَا ۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ

(Ingatlah) ketika engkau (Nabi Muhammad) berangkat pada pagi hari meninggalkan keluargamu untuk mengatur orang-orang mukmin pada pos-pos pertempuran. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ingatlah) ketika dua golongan dari pihak kamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong mereka. Oleh karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.


[QS. Ali Imron ayat 121-122]

4. Tawakal Ketika Berdamai

Dalam suatu peperangan, kita diperintahkan oleh Allah untuk melakukan ikhtiar sebaik mungkin demi mendatangkan kemaslahatan bersama antara kaum muslimin dan pihak musuh, salah satunya adalah perjanjian damai.

Di saat berdamai dengan musuh kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah musuh memenuhi perjanjian damainya ataukah ada kecurangan di balik perjanjian tersebut. Oleh karena itu dalam perdamaian pun hendaknya kita juga bertawakal kepada Allah subhanahu wata'ala. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

۞ وَاِنْ جَنَحُوْا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

(Akan tetapi,) jika mereka condong pada perdamaian, condonglah engkau (Nabi Muhammad) padanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya hanya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.


[QS. Al-Anfal ayat 61]

5. Tawakal dalam Bermusyawarah

Musyawarah adalah bagian dari salah satu ikhtiar yang diperintahkan oleh Allah agar tercipta kemaslahatan dalam pelaksanaan suatu perkara. Terlebih lagi jika perkara tersebut menyangkut umat maka musyawarah adalah suatu hal yang perlu diadakan.

Ketika bermusyawarah dan telah membulatkan tekad kita sebagai manusia tidak memiliki kemampuan untuk menentukan keberhasilan terhadap suatu perkara. Maka hendaknya kita bertawakal menyerahkan segala apapun hasilnya kepada Allah subhanahu wata'ala. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.


[QS. Ali Imran ayat 159]

6. Tawakal dalam Mencari Rezeki

Tawakal dalam mencari rezeki adalah memasrahkan segala apa yang dihasilkan dari usahanya dalam mencari rezeki kepada Allah, senantiasa bersyukur terhadap rezeki yang Allah berikan, meyakini dan mengimani bahwa Allah Maha Memberi Rezeki, berprasangka baik kepada Allah, serta yakin bahwa rezekinya telah ditentukan kadarnya oleh Allah subhanahu wata'ala.

Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.


[QS. Ath-Thalaq ayat 2-3]

Contoh tawakal dalam mencari rizki diibarakan seperti burung yang keluar di pagi hari untuk mencari makan dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang. Disebutkan dalam sebuah hadits :

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

Seandainya kalian betul-betul bertawakal kepada Allah maka niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung, mereka pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan pulang di sore hari perut terisi penuh.


[HR. Tirmidzi]

Dari ilustrasi tersebut tergambar bahwa burung yang tidak memiliki akal pun tidak pernah khawatir soal rezeki yang akan ia peroleh. Ia hanya berusaha sesuai kemampuan yang ia miliki serta meyakini bahwa Allah adalah yang maha memberi rezeki.

Demikianlah pemaparan tentang contoh tawakal dalam kehidupan, semoga kita dijadikan oleh Allah sebagai salah satu hamba-Nya yang senantiasa bertawakal kepada-Nya. Amiin ya Rabbal 'aalamiin.

Pengertian Taqwa dan Dalilnya Beserta Contohnya

Pengertian Taqwa dan Dalilnya

Pernahkah Anda mendengar istilah taqwa? Sebagai seorang muslim, tentu kita sudah tidak asing lagi dengan istilah taqwa. Setiap kita melaksanakan ibadah jumat, pasti kita akan mendapati sang khotib selalu menyampaikan wasiat taqwa kepada para jamaahnya sebelum menyampaikan isi khutbahnya.

Namun, sudahkah kita mengetahui apa itu taqwa? Apakah taqwa itu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim? Adakah dalil tentang taqwa dalam Al-Quran dan Al-Hadits? Bagaimana contoh pengamalan taqwa dalam kehidupan sehari-hari?

Nah, pada postingan artikel kali ini, kita akan mempelajari bersama apa pengertian taqwa dan dalilnya beserta contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa yang akan kita pelajari pada postingan artikel kali ini :

DAFTAR ISI

A. Pengertian Taqwa Secara Bahasa

Pengertian taqwa (التَّقْوَى) secara bahasa diambil dari kata al-ittiqo’ (الاتقاء) yang artinya adalah ia menjadikan antara dirimu dengan apa yang kamu benci sebagai penghalang.

Taqwa adalah isim yang berasal dari kata ittaqoo (اتقى) yang berarti takut, menjauh, dan berhati-hati. Adapun isim mashdar dari kata tersebut adalah adalah al-ittiqoo’ (الاتقاء).

B. Pengertian Taqwa Secara Istilah

Adapun pengertian taqwa menurut istilah telah banyak disampaikan oleh para ulama. Berikut beberapa pernyataan para ulama tentang pengertian taqwa secara istilah :

  • Menurut Ibnu Taimiyyah : “Taqwa adalah melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.”
  • Menurut Ibnul Qoyyim : “Taqwa adalah melaksanakan ketaatan kepada Allah karena iman dan mengharapkan pahala, baik berupa perintah maupun larangan. Sehingga yang dimaksud dengan taqwa ialah mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah karena beriman kepada yang memerintahkannya serta meyakini janji-Nya, dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah karena beriman kepada yang melarangnya serta takut dengan ancaman-Nya.”
  • Menurut Ibnu Katsir : “Taqwa adalah setiap hal berupa perbuatan ketaatan dan meninggalkan kemungkaran.”
  • Menurut Ibnu Rojab : “Taqwa adalah ketika seorang hamba melindungi dirinya dari sesuatu yang ia takutkan dan ia waspadai karena ada sesuatu yang ia takuti darinya. Taqwa seorang hamba kepada Tuhannya adalah ketika ia melindungi dirinya dari apa yang ia takuti dari Tuhannya baik itu berupa kemarahan, murka, maupun hukuman karena ia takut pada itu semua, yaitu dengan mentaati-Nya dan tidak membangkang pada-Nya.”

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Umar bin Khatab pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang apa itu taqwa? Ubay menjawab : “Pernahkah suatu hari kamu melewati jalan yang penuh duri?”

Maka Umar menjawab : “Ya.”

Ubay bertanya : “Apa yang kamu lakukan?”

Umar menjawab : “Aku berjalan dengan waspada dan berhati-hati.”

Ubay berkata : “Maka seperti itulah taqwa.”

Di dalam Al-Quran, taqwa memiliki beberapa pengertian dan makna sebagai berikut :

Pertama, taqwa adalah takut dan segan, disebutkan di dalam Al-Quran :

وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ

Bertakwalah kepada Allah yang hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan.


[QS. Al-Ma’idah ayat 96]

Kedua, taqwa adalah ketaatan dan ibadah, disebutkan di dalam Al-Quran :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya


[QS. Ali Imron ayat 102]

Ketiga, taqwa adalah membersihkan diri dari dosa, disebutkan di dalam Al-Quran :

وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَيَخْشَ اللّٰهَ وَيَتَّقْهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ

Siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan


[QS. An-Nuur ayat 52]

C. Dalil-dalil Taqwa dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Kewajiban Taqwa Kepada Allah

Taqwa adalah kewajiban yang paling wajib di antara kewajiban-kewajiban yang lainnya. Disebutkan sebuah dalil di dalam Al-Quran di mana Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِيَّاكُمْ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ

Sungguh, Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu (umat Islam) agar bertakwa kepada Allah.


[QS. An-Nisa’ ayat 131]

Disebutkan pula dalil di dalam Al-Hadits bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ

Bertaqwalah kamu kepada Allah di manapun kamu berada.


[HR. Tirmidzi]

Kedudukan Taqwa Kepada Allah

Taqwa memiliki kedudukan yang sangat agung. Hal ini dibuktikan dari wasiat takwa yang selalu disampaikan oleh para Nabi dan juga orang-orang sholih. Berikut beberapa dalil tentang wasiat taqwa yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul kepada kaumnya.

Wasiat Taqwa Nabi Nuh :

اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ نُوْحٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ

Ketika saudara mereka, Nuh, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?”


[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 106]

Wasiat Taqwa Nabi Hud :

اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ هُوْدٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ

Ketika saudara mereka, Hud, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?”


[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 124]

Wasiat Taqwa Nabi Sholih :

اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ صٰلِحٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ

Ketika saudara mereka, Saleh, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?”


[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 142]

Wasiat Taqwa Nabi Luth :

اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ لُوْطٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ

Ketika saudara mereka, Lut, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?”


[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 161]

Wasiat Taqwa Nabi Muhammad :

Al-Irbad berkata : Suatu hari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam sholat bersama kami, kemudian beliau menghadap ke arah kami dan memberikan nasehat yang sangat menyentuh. Nasehat tersebut membuat air mata mengalir dan hati merasa takut.

Lalu ada seseorang yang bertanya : “Wahai Rasulullah, nasehat ini seperti nasehat perpisahan, maka apa wasiat engkau untuk kami?”

Maka Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menjawab :

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan patuh (kepada pemimpin) meskipun ia adalah seorang budak dari Habasyah. Sesungguhnya barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka akan menjumpai banyak perselisihan. Maka berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnahnya para khulafaurrosyidin yang mendapatkan petunjuk. Pegang teguhlah sunnah itu dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Waspadalah terhadap perkara baru (dalam agama), karena sesungguhnya setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.


[HR. Abu Dawud]

Orang-orang Bertaqwa Adalah Walinya Allah

Wali Allah yang sesungguhnya adalah mereka yang beriman dan bertaqwa. Wali Allah bukanlah orang yang bisa berjalan di atas lautan atau terbang di udara. Namun, wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertaqwa kepada Allah subhanahu wata'ala. Disebutkan sebuah dalil di dalam Al-Quran :

اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَ

Ketahuilah bahwa sesungguhnya (bagi) para wali Allah itu tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih. (Mereka adalah) orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.


[QS. Yunus ayat 62-63]

Ciri-ciri Orang Bertaqwa dalam Al-Quran

Orang yang bertaqwa adalah orang yang beriman dengan yang ghaib. Maksud dari beriman dengan yang ghaib adalah beriman kepada Allah serta beriman kepada semua hal ghaib yang disampaikan oleh Allah melalui kitab-Nya dan lisan Rasul-Nya. Sebagaimana sebuah dalil yang disebutkan di dalam Al-Quran :

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka


[QS. Al-Baqoroh ayat 2-3]

Orang yang di dalam hatinya terdapat ketaqwaan maka akan memiliki akhlak yang mulia. Mereka adalah orang yang selalu berinfaq, mampu mengendalikan amarah, dan sering memaafkan kesalahan orang lain. Berdasarkan dalilnya di dalam Al-Quran :

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.


[QS. Ali Imron ayat 134]

Orang yang bertaqwa adalah orang yang tidak melakukan dosa-dosa besar dan berbuat dosa-dosa kecil terus menerus. Apabila mereka terjatuh dalam dosa maka mereka segera ingat kepada Allah dan bertaubat. Difirmankan oleh Allah subhanahu wata'ala di dalam Al-Quran :

وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya).


[QS. Ali Imron ayat 135]

Bahkan orang-orang yang bertaqwa itu ketika mereka ada bisikan untuk berniat jahat maka ia akan bersegera mengingat Allah subhanahu wata'ala. Disebutkan di dalam Al-Quran :

اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا اِذَا مَسَّهُمْ طٰۤىِٕفٌ مِّنَ الشَّيْطٰنِ تَذَكَّرُوْا فَاِذَا هُمْ مُّبْصِرُوْنَ

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, jika mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat (kepada Allah). Maka, seketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).


[QS. Al-A’raf ayat 201]

Orang yang memiliki taqwa di dalam hatinya maka ia adalah orang yang haus dengan kebenaran dan kejujuran di dalam setiap perkataan dan juga tindakannya. Disebutkan sebuah dalil di dalam Al-Quran bahwa Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَالَّذِيْ جَاۤءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهٖٓ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ

Orang yang membawa kebenaran (Nabi Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.


[QS. Az-Zumar ayat 33]

Ciri lain yang menunjukan adanya taqwa di dalam hati seseorang adalah bagaimana ia bersikap terhadap syiar-syiar Allah. Jika ia ta’dzim, mengagungkan, dan menghormati syiar-syiar Allah maka itu adalah pertanda adanya taqwa di dalam hatinya. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ

Demikianlah (perintah Allah). Siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah sesungguhnya hal itu termasuk dalam ketakwaan hati.


[QS. Al-Hajj ayat 32]

Baca Juga : Keutamaan Takwa Kepada Allah

D. Contoh-contoh Taqwa dalam Kehidupan

Contoh penerapan taqwa di dalam kehidupan sangatlah banyak dan luas cakupannya. Taqwa mencakup segala jenis ketaatan kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya. Berikut ini beberapa contoh taqwa dalam kehidupan sehari-hari :

Ikhlas dalam Beramal

Ikhlas adalah membersihkan niat ibadah dari tujuan kepada selain Allah. Orang yang bertaqwa akan senantiasa menjadikan setiap ibadahnya kepada Allah adalah hanya mengharapkan wajah-Nya dan mencari ridho dari-Nya.

Mengamalkan Kewajiban

Orang yang bertaqwa adalah orang yang melaksanakan kewajibannya, seperti : melaksanakan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, berbakti kepada kedua orang tua, berbuat baik kepada tetangga, dan lain sebagainya.

Berakhlak Mulia

Akhlak mulia adalah wujud dari ketaqwaan hati. Orang yang memiliki ketaqwaan di dalam hatinya pasti akan memiliki ciri-ciri orang bertaqwa seperti yang disebutkan di dalam Al-Quran, contoh : suka berinfaq, dermawan, jujur, amanah, mampu mengendalikan amarah, memaafkan sesama manusia, dan lain sebagainya.

Mentafakkuri Ayat-ayat Allah

Orang yang bertaqwa meyakini bahwa makhluk yang ia lihat adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Maka orang yang bertaqwa akan senantiasa mentafakkuri ayat-ayat tersebut. Sehingga ia akan senantiasa menjadi orang yang menyadari keberadaan Allah di manapun ia berada dan selalu merasa diawasi oleh Allah.

Berpegang Teguh dengan Sunnah Rasulullah

Orang yang memiliki ketaqwaan di dalam hatinya akan senantiasa berpegang teguh dengan sunnah dan tata cara ibadah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Mereka senantiasa menjauhi perkara bidah atau ritual ibadah yang tidak ada di dalam agama Islam.

Contoh : melaksanakan sholat sebagaimana sholat yang diajarkan oleh Rasulullah, membayar zakat sebagaimana zakat yang diajarkan Rasulullah, menjalankan puasa sebagaimana puasa yang diajarkan oleh Rasulullah, dan lain sebagainya.

Meninggalkan yang Haram

Sesuatu yang haram adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah subhanahu wata'ala. Orang yang bertaqwa tidak akan melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah karena mereka takut jika Allah murka kepadanya.

Orang yang bertaqwa akan selalu menjauhi semua hal yang diharamkan, seperti : berbohong, menzalimi orang lain, mencaci, merendahkan orang lain, mendekati zina, meminum khamr, mencuri, melakukan riba, berjudi/maisir, dan lain sebagainya.

Menjauhi Syubhat

Syubhat adalah perkara yang masih samar antara halal dan haram. Orang yang bertaqwa tidak akan mendekati perkara yang syubhat, karena mereka takut jatuh ke dalam perkara yang diharamkan.

E. Penutup

Tentunya masih banyak lagi dalil-dalil dan juga contoh-contoh amalan taqwa dalam kehidupan sehari-hari yang belum penulis paparkan. Namun, karena keterbatasan banyak hal dari penulis, maka penulis cukupkan terlebih dahulu pembahasan mengenai pengertian taqwa dan dalilnya beserta contohnya.

Insya Allah dengan kita banyak mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam maka akan semakin menambah ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala. Saya doakan, semoga Allah menjadikan kita sebagai salah satu hamba-Nya yang bertaqwa. Demikianlah artikel tentang pengertian taqwa dan dalilnya beserta contohnya, semoga bermanfaat. Amiin.

Refrensi

  • Silsilah Al-A’malul Qulub oleh Syaikh Muhammad Sholih Al-Munajjid

Teks Khutbah Jumat Tentang Bersyukur

Teks Khutbah Jumat Tentang Bersyukur

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah pencipta dan pemelihara semesta alam. Saya memohon kepada Allah semoga shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, dan juga keluarganya, para sahabatnya, dan semua pengikutnya.

Hari ini saya ingin membagikan salah satu teks khutbah jumat tentang bersyukur yang pernah saya bawakan ketika menyampaikan khutbah di suatu masjid. Teks khutbah jumat tentang bersyukur ini akan saya paparkan secara lengkap mulai dari khutbah pertama dan kedua yang terdiri dari pembukaan, sholawat, wasiat untuk bertakwa, isi khutbah, dan juga doa.

Selain itu teks khutbah jumat tentang bersyukur yang hendak saya paparkan disini adalah teks yang singkat dan padat. Sehingga khotib tidak perlu berlama-lama dalam menyampaikan khutbahnya. Karena terlalu lama ketika khutbah jumat dapat membuat jamaah yang mendengarnya menjadi bosan dan mengantuk.

Insya Allah jika teks khutbah jumat tentang bersyukur ini dibaca di hadapan para hadirin dengan cara yang baik, maka hanya membutuhkan waktu antara 10 hingga 15 menit saja.

Berikut teks khutbah jumat tentang bersyukur beserta dalilnya saya paparkan secara lengkap :

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْـمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ

قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah…

Tahukah Anda? Amalan yang seharusnya menjadi perhatian kita adalah amalan hati. Amalan hati adalah amalan yang lebih tinggi kedudukannya dibandingkan amalan anggota badan. Bahkan hati yang bersih akan mewujudkan tindakan yang bersih pula dari anggota badan kita.

Nah, salah satu diantara amalan hati yang sangat banyak dilalaikan oleh kebanyakan manusia adalah bersyukur. Betapa tidak? Kita sendiri menyadari bahwa bersyukur itu adalah amalan hati yang jarang kita lakukan.

Ketika kita belum diberikan pasangan, misalnya, sering kali kita mengeluh mengapa jodong tak kunjung datang. Tetapi setelah mendapatkan jodoh ataupun pasangan, bukannya bersyukur, kita malah membuat keluhan baru mengapa buah hati tak kunjung hadir dalam kehidupan.

Contoh lainnya adalah ketika kita belum mendapatkan pekerjaan. Sering kali kita mengeluh mengapa lamaran yang kita ajukan tak kunjung diterima. Akan tetapi setelah mendapatkan pekerjaan, bukannya bersyukur, kita malah membuat keluhan-keluhan baru karena gaji yang diperoleh selalu merasa kurang.

Itulah sifat dasar manusia, selalu tidak puas dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya, selalu menyalahkan keadaan, menuntut ini dan itu, sampai-sampai dia lupa betapa banyak nikmat Allah yang belum ia syukuri.

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah…

Seandainya kita mau berfikir dengan hati yang jernih, maka sesungguhnya apapun yang kita peroleh dan kita miliki saat ini adalah nikmat dari Allah subhanahu wata'ala. Bahkan jika kita menghitung semua apa yang Allah berikan kepada kita maka sesungguhnya kita tidak akan sanggup menghitungnya. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا

Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.


[QS. Ibrahim ayat 34]

Namun sayangnya, betapa banyak diantara kita yang lupa dengan nikmat-nikmat tersebut. Kita terlalu fokus dengan apa yang belum kita peroleh. Sampai-sampai kita lupa bahwa Allah telah memberikan banyak nikmat kepada kita.

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah…

Coba sekarang kita renungkan. Apa tujuan Allah memberikan indra pendengaran, pengelihatan, dan juga hati kepada kita? Apakah Allah hanya memberikannya begitu saja tanpa suatu tujuan?

Tentu saja tidak! Justru Allah ciptakan itu semua ialah agar manusia menyadari nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Namun sayang, sangat sedikit diantara kita yang menggunakannya untuk menyadari nikmat-nikmat tersebut. Kebanyakan dari kita justru lupa dan tidak sadar sehingga banyak dari kita yang kurang bersyukur.

Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ

Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.


[QS. Al-Mu’minun ayat 78]

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah…

Apabila kita mencermati ayat yang barusan saya bacakan, maka dapat kita pahami bahwa rasa syukur akan terwujud jika kita awali dengan hati yang ingat dan sadar dengan nikmat yang Allah berikan.

Sekarang coba cek ayat-ayat dalam Al-Quran! Bagaimana cara Allah membuat manusia agar mereka mau bersyukur? Jawabannya adalah dengan menyadarkan dan mengingatkan kembali atas nikmat yang telah mereka terima. Disebutkan di dalam Al-Quran :

وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani agar kamu bersyukur.


[QS. An-Nahl ayat 78]

Di dalam ayat yang lain juga disebutkan :

وَمِنْ رَّحْمَتِهٖ جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوْا فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Berkat rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang agar kamu beristirahat pada malam hari, agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari), dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.


[QS. Al-Qashash ayat 78]

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah…

Mengingat kembali serta menyadari akan nikmat-nikmat yang telah kita terima dengan rasa ridho dan bahagia merupakan bentuk kesyukuran kita kepada Allah dengan hati. Apabila hal itu sudah kita lakukan, maka selanjutnya adalah tinggal kita realisasikan kesyukuran tersebut dengan lisan dan perbuatan kita.

Lalu, bagaimanakah merealisasikan kesyukuran dengan lisan dan perbuatan?

Manifestasi atau wujud syukur dengan lisan adalah dengan memuji Allah subhanahu wata'ala atas nikmat yang telah ia berikan kepada kita.

Sedangkan wujud syukur dengan perbuatan adalah dengan mengamalkan ketaatan kepada Allah, beribadah kepadanya dengan sungguh-sungguh, dan tidak melanggar larangannya.

Apabila pujian kepada Allah yang kita ucapkan dan ibadah yang kita kerjakan adalah dalam rangka bersyukur kepada-Nya maka kita akan merasa ringan dalam mengerjakannya. Coba kita perhatikan bagaimana Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam merealisasikan kesyukurannya kepada Allah subhanahu wata'ala.

Disebutkan di dalam sebuah hadits bahwa suatu ketika beliau melaksanakan shalat malam hingga kakinya membengkak karena terlalu lama berdiri. Ketika beliau ditanya apa yang melatarbelakangi beliau melakukan hal demikian maka beliau menjawab : “Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?”

Masya Allah! Betapa beliau rela mengerjakan shalat dengan waktu yang sangat lama hanya karena rasa syukurnya. Pertanyaannya adalah, sudahkah kita merealisasikan rasa syukur kita sebagaimana Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam merealisasikan rasa syukurnya?

Oleh karena itu, ma’asyirol muslimin rahimakumullah… bersyukurlah kepada Allah atas nikmat apapun yang saat ini kita peroleh. Ingatlah bahwa hanya dengan bersyukur maka nikmat itu akan ditambah. Sebaliknya, jika kita kufur akan nikmatnya, maka sesungguhnya azab Allah sangatlah pedih. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”


[QS. Ibrahim ayat 7]

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْـمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

رَبَّنَا ‌هَبۡ ‌لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ، وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآ، أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ

رَبَّنَآ ءَاتِنَا ‌فِي ‌ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Demikianlah pemaparan teks khutbah jumat tentang bersyukur yang dapat saya sampaikan. Silahkan share atau bagikan teks khutbah jumat ini sebanyak-banyaknya. Semoga dapat bermanfaat buat kita semua. Amiin ya robbal’aalamiin.