Pengertian Kufur dan Contohnya dalam Kehidupan

Pengertian Kufur dan Contohnya

Pernahkan Anda mendengar istilah kafir? Tentu pernah, bukan? Kafir merupakan sebutan untuk orang yang melakukan perbuatan kufur. Sama halnya dengan istilah “muslim” yang merupakan sebutan untuk orang yang beragama Islam.

Di dalam Islam, tentu kita tidak asing lagi dengan istilah kufur atau kafir. Jika kita membaca Al-Quran, kata kufur ataupun kafir kerap kali muncul di banyak ayat dalam Al-Quran. Sebenarnya apa pengertian kufur itu sendiri? Perlukah kita mengetahui pengertian kufur ataupun kafir?

Sebagai seorang muslim, kita perlu memahami apa itu kufur. Dengan kita memahami pengertian kufur di dalam Islam kita dapat menghindari perbuatan tersebut. Karena perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang tidak disukai oleh Allah .

Berikut ini akan kita pelajari bersama, apa arti kufur atau pengertian kufur dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR ISI

A. Pengertian Kufur

Apa itu kufur? Apa itu kafir? Samakah antara kufur dengan kafir? Banyak dari kita yang sering medengar kata ini. Sebagian orang bahkan ada yang alergi dengan kata kufur ataupun kafir. Hal ini disebabkan karena mereka tidak mengetahui pengertian kufur yang sebenarnya.

Kufur (arab : الْكُفْرُ) secara bahasa berarti as-satru wat-taghthiyyah (arab : السَّتْرُ وَالتَّغْطِيَّةُ) yang artinya adalah tutup. Sedangkan kufur secara istilah adalah dhiddul-islam (ضِدُّ الْإِسْلَامِ) yang artinya adalah kebalikan dari Islam.

Dari pengertian di atas dapat kita pahami bahwa kufur adalah menutup diri dari Islam, atau dalam arti lain tidak menerima agama Islam. Adapun pelaku kekufuran itu disebut dengan istilah “Kafir” (arab : الْكَافِرُ).

Jadi kufur dan kafir itu sebenarnya sama saja artinya. Bedanya, kufur adalah istilah untuk menyebutkan perbuatannya, sedangkan kafir adalah istilah untuk menyebut pelaku perbuatannya, atau dalam ilmu morofologi bahasa Arab disebut dengan isim fa'il.

B. Macam-macam Kufur

Pernahkah Anda mendengar istilah kufur nikmat? Apakah sama antara kufur nikmat dengan kufur kepada Allah? Jawabannya tentu saja berbeda. Mengapa demikian? Kufur itu ternyata tidak hanya satu macam, akan tetapi kufur terdapat dua macam, yaitu :

  • Kufur Akbar
  • Kufur Asghar

C. Kufur Akbar

Pengertian Kufur Akbar

Apa itu kufur Akbar? Kufur akbar adalah tidak adanya keimanan kepada Allah dan para Rasul-Nya, baik itu ia mengakui akan kebenarannya ataupun tidak.

Hukum Kufur Akbar

Seorang yang melakukan kufur akbar berarti ia telah keluar dari agama Islam. Kufur yang seperti inilah yang diancam oleh Allah untuk dimasukkan ke dalam neraka selama-lamanya. Allah berfirman :

وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَكَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَآ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

(Sementara itu,) orang-orang yang kufur dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.


[QS. Al-Baqarah ayat 39]

Contoh Kufur Akbar

Berikut ini beberapa contoh kufur akbar yang perlu kita waspadai agar kita tidak terjerumus ke dalam kekufuran:

Pertama, adalah mendustakan. Maksudnya yaitu mengingkari dan mendustakan para Rasul Allah yang datang untuk menerangkan dan menunjukkan jalan yang lurus berdasarkan kebenaran. Perbuatan ini adalah kufur akbar yang dapat menyebabkan pelakunya dimasukkan ke dalam neraka Jahannam. Allah berfirman :

وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاۤءَهٗ ۗ اَلَيْسَ فِيْ جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكٰفِرِيْنَ

Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan kepada Allah atau orang yang mendustakan kebenaran ketika (kebenaran) itu datang kepadanya? Bukankah dalam (neraka) Jahanam ada tempat bagi orang-orang kafir?


[QS. Al-Ankabut ayat 68]

Kedua, adalah menolak dan sombong padahal mengetahui. Yaitu menolak dan mengingkari perintah Allah karena kesombongan, padahal mengetahui dan mengakui bahwa itu adalah benar dari Allah. Perbuatan semacam ini adalah perbuatan kufur akbar. Iblis menjadi kafir gara-gara perbuatan ini. Dikisahkan dalam Al-Quran :

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.


[QS. Al-Baqarah ayat 34]

Ketiga, adalah ragu. Yakni meragukan sesuatu yang datang dari Allah . Perhatikan kisah dalam Al-Quran berikut ini :

وَدَخَلَ جَنَّتَهٗ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖۚ قَالَ مَآ اَظُنُّ اَنْ تَبِيْدَ هٰذِهٖٓ اَبَدًاۙ وَّمَآ اَظُنُّ السَّاعَةَ قَاۤىِٕمَةً وَّلَىِٕنْ رُّدِدْتُّ اِلٰى رَبِّيْ لَاَجِدَنَّ خَيْرًا مِّنْهَا مُنْقَلَبًا قَالَ لَهٗ صَاحِبُهٗ وَهُوَ يُحَاوِرُهٗٓ اَكَفَرْتَ بِالَّذِيْ خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ سَوّٰىكَ رَجُلًاۗ لٰكِنَّا۠ هُوَ اللّٰهُ رَبِّيْ وَلَآ اُشْرِكُ بِرَبِّيْٓ اَحَدًا

Dia memasuki kebunnya dengan sikap menzalimi dirinya sendiri (karena angkuh dan kufur). Dia berkata, “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, aku kira hari Kiamat tidak akan datang dan sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada ini.” Kawannya (yang beriman) berkata kepadanya ketika bercakap-cakap dengannya, “Apakah engkau ingkar kepada (Tuhan) yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan engkau seorang laki-laki yang sempurna? Akan tetapi, aku (percaya bahwa) Dia adalah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhanku.


[QS. Al-Kahfi ayat 35-38]

Kisah di atas merupakan kisah seorang pemilik kebun dengan saudaranya yang mukmin. Si pemilik kebun ragu akan datangnya hari kiamat. Ia mengira bahwa kebun yang ia miliki tidak akan binasa selama-lamanya. Yang ia kira segala yang ada di alam ini hanya terjadi perubahan dan pergantian menurut hukum yang berlaku.

Keraguan yang dilakukan oleh si pemilik kebun tersebut merupakan sebuah kekufuran. Karena ia telah meragukan keberadaan hari akhir. Artinya ia telah meragukan sesuatu yang datang dari Allah, salah satunya adalah hari akhir.

Keempat, adalah berpaling. Yakni berpaling dari peringatan Allah dengan mengingkari perintah Allah dan melanggar larangan Allah, meskipun sudah disampaikan bukti-bukti kebenaran Al-Quran sebagai firman Allah dan Muhammad sebagai utusan-Nya, serta kebenaran agama Islam.

وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا عَمَّآ اُنْذِرُوْا مُعْرِضُوْنَ

Namun demikian, orang-orang yang kufur berpaling dari peringatan yang diberikan kepada mereka.


[QS. Al-Ahqaf ayat 3]

Kelima, adalah nifak atau munafik. Nifak adalah ketika seseorang mengaku beriman dengan ucapannya padahal hatinya tidak beriman. Pengakuan atas keimanan yang mereka ucapkan hanyalah bualan, karena di hati mereka tidak adak keimanan sama sekali. Sebab itulah Allah mengunci hati mereka dalam kekufuran. Allah berfirman :

ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ اٰمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا فَطُبِعَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُوْنَ

Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian kufur. Maka, hati mereka dikunci sehingga tidak dapat mengerti.


[QS. Al-Munafiqun ayat 3]

D. Kufur Asghar

Pengertian Kufur Asghar

Apa itu kufur asghar? Kufur asghar adalah kemaksiatan yang disebutkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang dinamai dengan nama "kufur" akan tetapi tidak sampai melewati batasan kufur akbar.

Hukum Kufur Ashgar

Kufur akbar hukumnya haram, dan kufur akbar adalah dosa besar. Akan tetapi kufur akbar tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam.

Contoh Kufur Asghar
  1. Kufur nikmat. Kufur nikmat adalah mengingkari nikmat Allah dan tidak mensyukurinya, serta menampakkannya. Diantara salah satu contoh kufur nikmat adalah tidak mensyukuri pemberian dari orang lain.
  2. Membunuh sesama muslim. Membunuh seorang muslim termasuk dosa besar dan perbuatan kufur asghar. Di dalam sebuah hadits disebutkan bahwa "Mencela seorang muslim adalah perbuatan fasik, dan membunuhnya adalah perbuatan kufur".
  3. Meratapi mayit. Perbuatan ini juga termasuk dosa besar, sehingga Rasulullah menyebutnya sebagai bentuk kekufuran.

Demikanlah pembahasan mengenai pengertian kufur atau kafir beserta contohnya dalam kehidupan. Semoga kita dilindungi oleh Allah dari perbuatan kufur baik kufur akbar maupun kufur asghar. Amiin.

Related Posts :

Khutbah Jumat Tentang Bersyukur Atas Nikmat Allah

Khutbah Jumat Tentang Bersyukur Atas Nikmat Allah

Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam semesta, semoga sholawat dan salam senantiasa tetap atas Nabi kita Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, beserta keluarganya, dan seluruh sahabatnya.

Pada postingan kali ini saya akan membagikan salah satu contoh teks khutbah jumat yang saya sampaikan ketika menjadi khotib di salah satu masjid.

Teks khutbah jumat ini saya susun lengkap mulai dari muqoddimah atau pembukaan, pembacaan dua kalimat syahadat, pembacaan sholawat, wasiat takwa, isi khutbah, hingga doa penutup.

Tema khutbah yang akan saya bagikan kali ini adalah khutbah jumat tentang bersyukur atas nikmat Allah subhanahu wata'ala yang telah diberikan kepada kita semua. Tema ini merupakan tema yang cukup umum namun sangat bagus untuk disampaikan.

Teks khutbah jumat tentang bersyukur yang akan saya bagikan juga dilengkapi dengan dalil-dalil baik dari Al-Quran maupun Al-Hadits. Sehingga khutbah yang disampaikan akan lebih berbobot dan ilmiah.

Berikut ini naskah khutbah jumat tentang bersyukur atas nikmat Allah secara lengkap :

Khutbah Jumat Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْـمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah subhanahu wata'ala yang telah melimpahkan banyak nikmat-Nya kepada kita semua. Sebab nikmatnya kita bisa berkumpul kembali pada majelis ibadah jumat pada siang hari ini.

Yang kedua, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, beserta keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang mengikuti sunnahnya dengan baik hingga hari kiamat.

Adapun selanjutnya, saya wasiatkan untuk diri saya sendiri dan untuk seluruh kaum muslimin yang hadir pada sidang jumat di siang hari ini, agar bertakwa kepada Allah subhanahu wata'ala dengan sebenar-benarnya takwa.

Allah subhanahu wata'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.


[QS. Ali Imron ayat 102]

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…

Tema khutbah jumat yang akan khotib bawakan pada siang hari ini adalah khutbah jumat tentang bersyukur atas nikmat Allah subhanahu wata'ala. Sebuah tema khutbah yang cukup mainstream buat kita semua.

Sangking seringnya tema ini disampaikan, sampai-sampai kita bosan dan lebih memilih tidur dibandingkan mendengarnya. Padahal, apabila kita mau mengoreksi diri kita, sesungguhnya sangat sedikit sekali diantara kita yang mengamalkan syukur.

Oleh karena itu saya berharap kepada Allah subhanahu wata'ala, semoga dengan seringnya disampaikan khutbah jumat tentang bersyukur, Allah memberikan hidayahnya kepada kita semua untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…

Allah subhanahu wata'ala telah menciptakan kita dengan rupa dan bentuk yang terbaik.

Allah subhanahu wata'ala juga telah merawat kita sejak kita lahir hingga hari ini.

Dia memberikan makanan dan minuman kepada kita, memberikan pakaian dan tempat tinggal kepada kita, memberikan keluarga dan lingkungan yang baik kepada kita, memberikan kesehatan dan waktu luang kepada kita, memberikan harta dan jabatan kepada kita, dan masih banyak pemberian Allah yang lainnya.

Seandainya kita hitung berapa banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita maka sesungguhnya kita tidak akan pernah mampu menghitungnya. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُۚ وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَظَلُومٞ كَفَّارٞ

Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur.


[QS. Ibrahim ayat 34]

Akan tetapi sangat disayangkan, meskipun nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya sangatlah banyak, namun sangat sedikit di antara hamba-Nya yang mau bersyukur kepada-Nya. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَقَلِيلٞ مِّنۡ عِبَادِيَ ٱلشَّكُورُ

Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang banyak bersyukur.


[QS. Saba’ ayat 13]

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…

Pada dasarnya manusia itu memang memiliki sifat yang tidak pernah puas. Ketika Allah berikan nikmat maka ia akan terus meminta tambahan lagi dan lagi.

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ ‌وَادِيًا ‌مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ، وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Seandainya manusia itu mempunyai satu lembah emas maka ia akan menginginkan dua lembah lagi. Dan itu tidak akan pernah membuat dia puas kecuali kematian, dan Allah menerima taubah orang yang bertaubat.


[HR. Bukhari]

Tatkala rasa tidak puas ini ada di dalam hati kita, maka selamanya kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan.

Ketahuilah! Tidak ada obat lain dari rasa tidak puas itu kecuali bersyukur atas nikmat Allah yang telah diberikan.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…

Bersyukur itu hukumnya adalah wajib. Allah subhanahu wata'ala berfirman di dalam surat Al-Baqarah ayat 152 :

فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ

Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.

Dalam ayat yang lain, bahkan bersyukur itu adalah syaratnya ibadah. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَٱشۡكُرُواْ لِلَّهِ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ

bersyukurlah kepada Allah jika kamu benar-benar hanya menyembah kepada-Nya.


[QS. Al-Baqarah ayat 172]

Bersyukur itu adalah pekerjaan hati yang dibuktikan dengan lisan dan perbuatan. Hati yang bersyukur adalah hati yang sadar dan ingat dengan nikmat dari Allah subhanahu wata'ala.

Bila hati kita ingat dan menyadari serta merasa gembira dan senang terhadap nikmat yang Allah berikan maka lisan kita dan anggota badan kita juga akan tergerak untuk merealisasikan kesyukuran dengan beribadah hanya kepada-Nya.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…

Bukti bahwa kita bersyukur kepada Allah adalah ibadah. Apabila ibadah yang kita lakukan belum maksimal itu pertanda bahwa kita sesungguhnya belum bersyukur atas nikmat Allah.

Di dalam Al-Quran, Allah subhanahu wata'ala mengingatkan kepada manusia tentang nikmat-nikmat yang telah Ia berikan kepadanya. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡۚ هَلۡ مِنۡ خَٰلِقٍ غَيۡرُ ٱللَّهِ يَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ فَأَنَّىٰ تُؤۡفَكُونَ

Wahai manusia, ingatlah nikmat Allah kepadamu! Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia. Lalu, bagaimana kamu dapat dipalingkan (dari ketauhidan)?


[QS. Fathir ayat 3]

Ayat tersebut sesungguhnya memberikan pelajaran kepada kita bahwa penyebab seseorang berpaling dari tauhid dan ibadah adalah karena ia lupa nikmat-nikmat yang Allah berikan. Akibatnya dia tidak mau bersyukur dan beribadah kepada-Nya.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam adalah seorang yang terbaik dalam merealisasikan kesyukurannya kepada Allah. Bagaimana tidak? Beliau bahkan pernah melaksanakan sholat malam hingga kakinya membengkak. Ketika beliau ditanya mengapa beliau melakukan hal itu, maka jawaban beliau sungguh mengejutkan! Beliau mengatakan :

أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا

Apakah tidak boleh aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?

Masya Allah! Padahal kita tahu bahwa dosa-dosa beliau sudah diampuni oleh Allah. Namun, beliau tetap merealisasikan syukurnya itu dengan melaksanakan sholat malam hingga kakinya membengkak.

Yang menjadi pertanyaan adalah, sudahkah kita bersyukur sebagaimana Rasulullah bersyukur?

Sudahkah kita melaksanakan ibadah kita dengan maksimal dalam rangka bersyukur atas nikmat Allah?

Ataukah jangan-jangan ibadah yang selama ini kita lakukan adalah karena keterpaksaan? Na’udzubillahi min dzaalik.

Maka tak heran jika kita begitu berat menjalankan ibadah karena kita melakukannya atas dasar keterpaksaan. Sesungguhnya apabila ibadah itu dilakukan karena bersyukur atas nikmat Allah maka kita pasti akan ringan dalam melaksanakannya.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…

Marilah kita bersyukur atas nikmat Allah yang Ia berikan kepada kita semua!

Mari kita syukuri dari hal-hal yang terkecil. Sesungguhnya tidaklah kita bisa mensyukuri nikmat yang besar melainkan dengan mensyukuri hal-hal kecil. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

مَنْ لَمْ يَشْكُر الْقَلِيْلَ لَمْ يَشْكُر الْكَثِيْرَ

Barang siapa yang belum mensyukuri nikmat yang sedikit, maka belum mensyukuri nikmat yang banyak.


[Shahih Targhib]

Ingatlah bahwa hanya dengan bersyukur nikmat kita akan ditambah. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ

(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”


[QS. Ibrahim ayat 7]

Demikianlah khutbah singkat ini saya sampaikan,..

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ


Khutbah Jumat Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْـمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ، وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآ، أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ

رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ

رَبَّنَا ‌هَبۡ ‌لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَآ ءَاتِنَا ‌فِي ‌ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Demikianlah contoh teks khutbah jumat tentang bersyukur atas nikmat Allah subhanahu wata'ala. Semoga bermanfaat. Amiin.

Related Posts :