Pengertian Tawadhu Menurut Bahasa dan Istilah
Diantara salah satu
sifat dan akhlak mulia yang seharusnya dimiliki oleh seorang mukmin adalah
sifat tawadhu.
Sifat tawadhu merupakan sifat yang sangat mulia di dalam Islam. Sifat tawadhu dapat menyebabkan pelakunya dicintai dan disayangi oleh orang lain. Karena sifat tawadhu adalah cerminan kemuliaan akhlak seseorang.
Kebalikan dari sifat
tawadhu adalah sombong. Tentunya kita sebagai manusia pasti tidak suka dengan
orang yang menyombongkan dirinya.
Oleh karena itu tidak
layak bagi seorang mukmin memiliki sifat sombong. Karena sifat tersebut dapat
menyebabkan pelakunya dibenci dan dijauhi oleh orang lain.
Salah satu sifat yang
menyebabkan para sahabat cinta dengan Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam adalah karena beliau dikenal dengan sifat tawadhunya. Seandainya
beliau tidak memiliki sifat tawadhu niscaya para sahabat akan menjauh dari
beliau.
Di dalam Al-Quran disebutkan,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ
كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ
وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى
اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka, berkat rahmat Allah engkau
(Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau
bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu.
Nah, sebenarnya apakah
pengertian dari tawadhu itu sendiri?
Berikut ini akan kita
bahas bersama pengertian tawadhu menurut bahasa dan istilah, dalil-dalil
tentang tawadhu, serta ciri-ciri orang tawadhu :
Pengertian Tawadhu Menurut Bahasa
Kata tawadhu (التَّوَاضُعُ) menurut
bahasa merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab yang berakar kata dari (تَوَاضَعَ - يَتَوَاضَعُ - تَوَاضُعًا) yang berarti rendah hati, yaitu kebalikannya
sifat sombong.
Tawadhu juga berasal dari kata wadho’a (وضَعَ) yang artinya adalah menaruh, merendahkan, dan meletakkan.
Pengertian Tawadhu Menurut Istilah
Adapun pengertian
tawadhu menurut istilah adalah sebagai berikut :
رضا الإنسان بمنزلة دون ما يستحقه فضله ومنزلته. وهو وسط بين الكبر والضعة
Rela apabila dianggap memiliki
kedudukan yang lebih rendah dari yang sepatutnya. Rendah hati (tawadhu) adalah
pertengahan antara sombong dan rendah diri.
Adapun menurut Ibnu
Hajar pengertian tawadhu adalah sebagai berikut :
إظهار التنزل عن المرتبة لمن يراد تعظيمه وقيل هو تعظيم من فوقه فضله
Menampakkan kerendahan
dari kedudukannya pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada juga yang
mengatakan bahwa tawadhu adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya.
Tawadhu atau rendah hati itu berbeda dengan rendah
diri. Tawadhu adalah sebuah perasaan di mana seorang itu merasa bahwa
dirinya tidak lebih baik dari pada orang lain.
Sedangkan rendah diri itu adalah merendahkan diri atau
menghinakan diri sampai melecehkan
haknya.
Kebalikan dari tawadhu
adalah sombong. Sombong berarti memposisikan diri atau merasa diri terlalu
tinggi melebih yang seharusnya.
Seorang yang tawadhu
adalah seorang yang sebetulnya memiliki kelebihan. Akan tetapi ia tidak merasa
lebih baik dari pada orang lain meskipun orang tersebut lebih rendah
kedudukannya.
Dalil-dalil Tentang Tawadhu
Banyak sekali
ayat-ayat di dalam Al-Quran dan juga di dalam Al-Hadits yang berbicara tentang
tawadhu. Berikut ini adalah beberapa dalil tentang tawadhu baik dari Al-Quran
maupun Al-Hadits :
1. Tawadhu Ciri Hamba Allah Yang Maha Pengasih
Diantara ciri hamba
Allah Yang Maha Pengasih adalah mereka yang berjalan di atas muka bumi dengan
rendah hati. Allah subhanahu wata'ala berfirman :
وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى
الْاَرْضِ هَوْنًا
Hamba-hamba Tuhan Yang Maha
Pengasih itu adalah yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati
[QS. Al-Furqon ayat 64]
2. Perintah Rendah Hati Pada Rasulullah
Meskipun Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi
wasallam adalah seorang rasul yang memiliki kedudukan yang mulia, namun
beliau tetap diperintahkan oleh Allah untuk rendah hati kepada orang-orang
mukmin yang menjadi pengikut beliau. Allah subhanahu wata'ala berfirman
:
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
ۚ
Rendahkanlah
hatimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu
orang-orang mukmin.
[QS. Asy-Syu’ara ayat 215]
3. Rendah Hati Adalah Sifat Kaum Mukminin
Ciri dan sifat kaum mukminin adalah rendah hati kepada
sesama orang-orang beriman dan bersikap tegas kepada orang-orang kafir. Allah subhanahu
wata'ala berfirman :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ
مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗٓ
ۙاَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ
سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَاۤىِٕمٍ ۗذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ
مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Wahai orang-orang yang beriman,
siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan
suatu kaum yang Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin dan bersikap tegas
terhadap orang-orang kafir. Mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut pada
celaan orang yang mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa
yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
[QS.
Al-Maidah ayat 54]
4. Perintah Rendah Hati Kepada Kedua Orang Tua
Seorang anak hendaknya
memiliki sifat rendah hati dengan penuh kasih sayang kepada kedua orang tuanya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman :
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ
وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ
Rendahkanlah
dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
(menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.”
[QS. Al-Isra’ ayat 24]
5. Kenikmatan Di Akhirat Bagi Orang Tawadhu
Kenikmatan akhirat adalah hadiah bagi orang-orang yang
tidak menyombongkan diri (rendah hati) dan tidak berbuat kerusakan di bumi.
Allah subhanahu wata'ala berfirman :
تِلْكَ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ
لَا يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِى الْاَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۗوَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ
Negeri akhirat itu Kami jadikan
untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat
kerusakan di bumi. Kesudahan (yang baik, yakni surga) itu (disediakan) bagi
orang-orang yang bertakwa.
[QS. Al-Qashash ayat 83]
6. Tawadhu Sebab Diangkatnya Derajat
Orang yang rendah diri atau tawadhu akan diangkat derajatnya oleh
Allah subhanahu wata'ala. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda
:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ
عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلهِ إِلَّا رَفَعَهُ
اللهُ
Sedekah
tidak mengurangi harta, tidaklah Allah menambah sifat pemaaf kepada seorang
hamba kecuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang tawadhu karena Allah melainkan
Allah mengangkat (derajat)nya.
[HR.
Muslim]
7. Perintah Saling Tawadhu Kepada Sesama Mukmin
Rasulullah shallallaahu
'alaihi wasallam bersabda :
وَإِنَّ اللهَ أَوْحَى
إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، وَلَا يَبْغِيَ
أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
Dan
sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling bertawadhu, tidak
saling bangga diri satu sama lain, dan tidak berbuat lalim satu sama lain.
[HR.
Muslim]
8. Keutamaan Tawadhu di Hari Kiamat
Orang yang tawadhu
akan dipersilahkan memilih kenikmatan surga manapun sesuai keinginannya.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :
مَنْ تَرَكَ
اللِّبَاسَ تَوَاضُعًا لِلَّهِ وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ
دَعَاهُ اللَّهُ يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ
مِنْ أَيِّ حُلَلِ الإِيمَانِ شَاءَ يَلْبَسُهَا
Barang
siapa yang meninggalkan pakaian mewah dalam rangka tawadhu karena Allah padahal
ia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya di hari kiamat di hadapan
semua makhluk, sehingga ia di suruh untuk memilih perhiasan iman mana yang mau
ia kenakan.
[HR.
Tirmidzi]
9. Ciri Penghuni Surga dan Penghuni Neraka
Penghuni surga adalah
orang yang tawadhu, sedangkan penghuni neraka adalah orang yang tinggi diri
alias sombong. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :
أَلَا أُخْبِرُكُمْ
بِأَهْلِ الْجَنَّةِ؟ كُلُّ ضَعِيفٍ
مُتَضَعِّفٍ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ، أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ
النَّارِ: كُلُّ عُتُلٍّ، جَوَّاظٍ، مُسْتَكْبِرٍ
Maukah
kalian saya beritahu tentang penghuni surga? Yaitu setiap orang yang lemah dan
ditindas, seandainya ia bersumpah kepada Allah niscaya ia akan mengabulkannya.
Maukah kalian saya kabarkan tentang penghuni neraka? Yaitu setiap orang yang
beringas, kasar, dan sombong.
[HR.
Bukhari]
10. Perintah Rendah Diri Terhadap Para Dhuafa
Rasulullah shallallaahu
'alaihi wasallam bersabda :
ابْغُونِي
ضُعَفَاءَكُمْ، فَإِنَّمَا تُرْزَقُونَ
وَتُنْصَرُونَ بِضُعَفَائِكُمْ
Carilah
keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang dhuafa, sesungguhnya kalian
diberi rezeki dan diberi pertolongan lantaran berbuat baik kepada para dhuafa.
[HR.
Tirmidzi]
Bentuk-bentuk dan Ciri Orang Tawadhu
1. Tidak Merasa Lebih Baik
Seorang yang tawadhu tidak merasa
bahwa dirinya lebih baik dari pada orang lain, baik itu ilmunya, ketakwaannya,
ataupun selainnya.
Orang yang tawadhu juga tidak
menyangka bahwa orang lain lebih buruk darinya. Bahkan ia merasa bahwa orang
lain memiliki kelebihan dari pada dirinya.
2. Mudah
Menerima Nasehat
Orang yang tawadhu selalu mudah
menerima nasehat dengan lapang dada. Ia merasa bahwa dirinya bukanlah manusia
sempurna yang tidak butuh dengan nasehat.
Adapun orang yang sombong sulit menerima nasehat. Sedangkan orang yang rendah hati sangat berjiwa besar dalam menerima nasehat. Mereka sangat senang
dan bersyukur apabila ada yang memberikan nasehat kepadanya.
3. Menerima
Kebenaran dan Tidak Meremehkan Orang Lain
Seorang yang memiliki sifat
tawadhu meyakini bahwa kebenaran bisa datang dari siapapun bahkan dari pelaku
maksiat sekalipun.
Ketika mereka mendapatkan kebenaran
dari orang yang lebih rendah kedudukannya atau bahkan orang yang ia benci
sekalipun maka mereka akan menerimanya dengan lapang dada.
Sebaliknya, orang yang sombong
justru tidak mau menerima kebenaran. Selalu ngeyel ketika disampaikan
kebenaran dan juga meremehkan orang lain. Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam bersabda :
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan
orang lain.
[HR. Muslim]
4. Tidak Merendahkan Orang Lain
Seorang yang tawadhu memandang bahwa semua orang mukmin adalah setara
kedudukannya, yang membedakan hanyalah ketakwaannya.
Apabila ia bertemu dengan orang yang lebih muda umurnya, kebih sedikit
hartanya, lebih rendah jabatannya maka ia tidak akan merendahkan orang tersebut.
Bahkan ia akan merasa bahwa orang yang lebih muda umurnya itu lebih
sedikit dosanya dibandingkan dirinya. Bahkan ia juga merasa bahwa orang
tersebut lebih dekat dengan Allah subhanahu wata'ala.
5. Tawadhu Kepada Orang Fasik
Seorang yang tawadhu ketika bertemu dengan orang fasik yang banyak
berbuat maksiat maka ia tidak akan menyombongkan dirinya.
Bahkan ia bersyukur memuji Allah subhanahu wata'ala yang telah
menyelamatkan dirinya dari perbuatan maksiat tersebut.
Ia merasa bahwa keshalihan yang ada pada dirinya adalah karunia dari
Allah. Bukan semata-mata karena kehebatan atau kemampuan dirinya.
6. Selalu Memperbaiki Amal
Diantara ciri orang tawadhu adalah mereka selalu merasa bahwa amal ibadah
dan kebaikan yang dilakukannya tidak seberapa.
Bahkan ia memandang amalnya seperti semut kecil yang berjalan di gelap
malam, dan ia juga melihat dosanya seperti gajah di pelupuk mata.
Oleh karena itu ia selalu berusaha dan belajar serta meminta bimbingan
orang lain untuk meningkatkan kualitas amal perbuatannya.
7. Mengakui Kekurangan Diri
Seorang yang tawadhu menyadari bahwa dirinya juga memiliki kekurangan dan
aib. Ia tidak terjebak dengan kelebihan-kelebihan yang ia miliki.
Justru di saat orang menyangka bahwa ia adalah seorang yang sholih maka ia
takut dengan sangkaan tersebut, karena dirinya menyadari bahwa ia tidak
sesholih yang dikatakan oleh orang lain kepada dirinya.
8. Mengakui Kesalahan
Di antara ciri orang yang rendah hati atau tawadhu adalah mengakui atas
kesalahan yang dia lakukan kepada orang lain.
Meminta maaf itu tidak merendahkan harga diri seseorang. Justru dengan
meminta maaf dan mengakui kesalahan merupakan sifat yang berjiwa besar.
Karena mengakui kesalahan dan meminta maaf membutuhkan keberanian dan
kerendahan hati yang mendalam serta hati yang bersih dari kotoran.
9. Mudah Menerima Kritik dan Saran
Seorang yang rendah hati senantiasa merasa banyak yang kurang pada
dirinya. Ia sangat terbuka dengan kritik serta saran dari orang lain.
Lain halnya dengan orang yang sombong. Orang yang sombong selalu
mencari-cari pembenaran atas kesalahan yang dilakukannya.
Mereka sulit sekali menerima kritik dan saran dari orang lain meskipun ia
tahu bahwa kritik dan saran yang disampaikan adalah benar.
10. Tidak Sibuk Menilai Orang Lain
Orang yang tawadhu justru selalu sibuk menginstropeksi dirinya. Ia meyakini
bahwa apa yang dilakukannya akan dihisab oleh Allah kelak di hari kiamat.
Orang yang rendah diri selalu menyadari kekurangan dan aib yang ia
miliki. Sehingga ia tidak disibukkan dengan kekurangan dan aib orang lain.
Berbeda dengan orang yang sombong. Ia selalu merasa dirinya lebih baik
dari pada orang lain. Sehingga ia sibuk menghakimi dan menilai orang lain dibandingkan
menilai dirinya.
Penutup
Demikianlah pembahasan mengenai pengertian tawadhu menurut bahasa dan
istilah beserta dalil dan ciri-ciri orang tawadhu. Mudah-mudahan bermanfaat
bagi kita semua. Amiin.
Oleh : Adam Rizkala