Pengertian Tawakal Menurut Bahasa dan Istilah

Pengertian Tawakal Menurut Bahasa dan Istilah

Segala puji bagi Allah rabb semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap atas yang mulia Nabi kita Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam dan juga keluarganya dan seluruh sahabatnya.

Tawakal kepada Allah adalah salah satu amalan hati seorang hamba yang memiliki kedudukan yang mulia dan agung. Tawakal adalah salah satu kewajiban keimanan yang paling agung.

Tawakal adalah amalan dan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah yang paling utama. Tawakal merupakan tingkatan tauhid kepada Allah yang paling tinggi. Setiap perkara tidak akan menghasilkan apapun kecuali dengan tawakal kepada Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya.

Ibnul Qoyyim menjelaskan bahwa tawakal adalah setengahnya agama, dan setengahnya lagi adalah inabah. Agama itu adalah isti’anah dan ibadah. Adapun tawakal itu adalah isti’anah dan inabah itu adalah ibadah.

Pertanyaannya adalah : Apa itu tawakal? Bisakah kamu jelaskan pengertian tawakal menurut bahasa dan istilah?

Nah, pada pembelajaran kali ini akan kami jelaskan pengertian tawakal menurut bahasa dan istilah yang benar menurut para ahli. Tidak hanya pengertiannya saja, akan tetapi juga pengertian tawakal dan contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, disertai juga dalil-dalil dan keutamaan tawakal di dalam Al-Quran dan Al-Hadits.

A. Pengertian Tawakal Menurut Bahasa

Tawakal menurut bahasa merupakan kata yang diambil dari bahasa Arab yaitu “At-Tawakkul” tulisan arab dari at-tawakkul adalah : التَّوَكَّلُ

Kata at-tawakkul berakar dari kata : تَوَكَّلَ - يَتَوَكَّلُ - تَوَكُّلًا (tawakkala – yatawakkalu – tawakkulan) yang artinya adalah menyerahkan, menyandarkan, dan memasrahkan.

Berikut ini beberapa ungkapan penggunaan kata tawakal dalam bahasa Arab :

وَكِلَ بالله، وتوكَّل عليه، واتَّكل: استسلم إليه.

Dia mewakilkan kepada Allah, tawakal kepada-Nya, dan bersandar : yaitu maknanya adalah menyerahkan pada-Nya.

وتوكَّل بالأمر: إذا ضمن القيام به.

Dia tawakalkan urusannya : yaitu maknanya menanggung pelakasanan urusannya.

ووكَّلْتُ أمري إلى فلان: اعتمدت في أمري عليه.

Aku wakilkan urusanku pada fulan : yaitu maknanya aku menyandarkan urusanku padanya.

ووكَّل فلانٌ فلاناً: إذا عجز عن القيام بأمر نفسه، أو وثق فيه بأن يقوم بأمره.

Fulan mewakilkan pada fulan : yaitu tatkala ia tidak mampu menunaikan urusannya sendiri atau mempercayakan hal itu untuk ditunaikkan urusannya.

ووكل إليه الأمر: سلَّمه

Dia mewakilkan perkara kepadanya : yaitu artinya adalah menyerahkan.

Nah, dari ungkapan-ungkapan di atas dapat kita jelaskan pengertian tawakal menurut bahasa adalah menampakkan ketidakkuasaan dan menyandarkannya pada yang lain. Atau dalam arti yang lain adalah ketika seseorang tidak mampu melakukan suatu urusan maka ia sandarkan urusan itu pada yang lain untuk menyelesaikan urusan tersebut.

B. Pengertian Tawakal Menurut Istilah

Berikut ini beberapa pengertian tawakal menurut istilah yang dikemukakan oleh para ulama atau para ahli :

1. Ibnu Rojab

هو ‌صدقُ ‌اعتماد القلب على الله - عز وجل - في استجلاب المصالح، ودفعِ المضارِّ من أمور الدنيا والآخرة كُلِّها

Hakikat tawakal adalah bergantungnya hati dengan sebenar-benarnya kepada Allah azza wajalla dalam mendatangkan kemaslahatan dan menolak bahaya dari perkara dunia dan akhirat secara menyeluruh. [Sumber : Jami’ul-Ulum wal Hikam]

2. Al-Hasan

إنَّ ‌توكلَ ‌العبد على ربِّه أنْ يعلمَ أن الله هو ثقته

Sesungguhnya tawakal seorang hamba kepada Rabb nya adalah bahwa ia tahu bahwa Allah adalah yang ia percayakan. [Sumber : Jami’ul-Ulum wal-Hikam]

3. Az-Zabidi

الثِّقَةُ ‌بِمَا عِنْد اللهِ - تَعالَى - وَاليَأْسُ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ

Tawakal adalah mempercayakan semuanya kepada Allah ta’ala dan berputus asa dari apa yang ada di tangan manusia. [Sumber : Tajul-Urus]

4. Utsaimin

التوكل ‌هو صدق الاعتماد على الله عز وجل في جلب المنافع ودفع المضار مع فعل الأسباب التي أمر الله بها

Tawakal adalah menyandarkan dengan sebenar-benarnya kepada Allah azza wa jalla dalam memperoleh manfaat dan menolak bahaya bersamaan dengan melakukan usaha yang diperintahkan oleh Allah. [Sumber : Majmu’ Fatawa wa Rasail ibn Utsaimin]

Baca Juga : Pengertian Ihsan dalam Islam

C. Hakikat Tawakal

Dari semua penjelasan pengertian tawakal menurut istilah yang dikemukakan oleh para ulama di atas dapat kita ketahui bahwa hakikat tawakal adalah menyandarkan hati kepada Allah yang disertai dengan usaha dan disertai pula dengan keyakinan yang penuh bahwa Allah adalah yang Maha Memberi Rezeki, Maha Mencipta, Maha Menghidupkan, Maha Mematikan, dan tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Dia, dan tidak ada Rabb selain-Nya.

Tawakal kepada Allah tidak akan bermakna apabila tanpa disertai dengan usaha. Karena tawakal itu adalah kepercayaan kepada Allah dengan menggantungkan perkara kepada-Nya disertai dengan berusaha.

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

Seandainya kalian betul-betul bertawakal kepada Allah maka niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung, mereka pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan pulang di sore hari perut terisi penuh.


[HR. Tirmidzi]

Hadits tersebut menunjukkan bahwa tawakal yang benar adalah tawakal yang disertai dengan usaha. Bukan bersandar pasrah tanpa usaha sama sekali. Burung pun melakukan usaha dengan keluar di pagi hingga sore hari untuk mencari rezeki.

Tentunya usaha yang dilakukan haruslah dengan usaha yang halal dan diperintahkan oleh Allah. Tidak boleh kita berusaha dengan usaha yang haram dan dilarang oleh Allah.

Usaha merupakan keharusan. Seorang yang ingin memperoleh sesuatu tentu harus berusaha untuk mendapatkannya. Diantara salah satu kisah tentang hal ini adalah saat di mana Allah perintahkan kepada Maryam untuk menggoyangkan pangkal pohon kurma.

Disebutkan di dalam Al-Quran :

وَهُزِّيْٓ اِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسٰقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا ۖ

Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menjatuhkan buah kurma yang masak kepadamu.


[QS. Maryam ayat 25]

Pada ayat tersebut Allah perintahkan Maryam untuk menggoyangkan pohon kurma agar ia bisa memakannya. Padahal kondisi Maryam saat itu sedang hamil dan sangat lemah. Bagaimana mungkin ia mampu menggoyangkan pohon kurma dengan sangat kuat hingga buahnya terjatuh? Tentu saja hal itu mustahil dilakukan.

Akan tetapi Allah tetap ingin Maryam berusaha. Seandainya Allah berkehendak bisa saja Allah menjatuhkan buah kurma itu secara langsung tanpa harus ada usaha apapun dari Maryam.

Akan tetapi Allah tetap perintahkan Maryam untuk berusaha meskipun dalam kondisi lemah. Maka dari usahanya itulah Allah izinkan buah kurma yang masak itu terjatuh.

D. Perintah Tawakal dalam Al-Quran

Berikut ini beberapa dalil perintah untuk bertawakal di dalam Al-Quran beserta terjemahannya :

فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِيْنِ

Maka, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) berada di atas kebenaran yang nyata.


[QS. An-Naml ayat 79]

وَلِلّٰهِ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاِلَيْهِ يُرْجَعُ الْاَمْرُ كُلُّهٗ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِۗ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ ࣖ

Milik Allahlah (pengetahuan tentang) yang gaib (di) langit dan (di) bumi. Kepada-Nyalah segala urusan dikembalikan. Maka, sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Tuhanmu tidak akan lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.


[QS. Hud ayat 123]

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهٖۗ وَكَفٰى بِهٖ بِذُنُوْبِ عِبَادِهٖ خَبِيْرًا ۚ

Bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahahidup yang tidak mati dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya.


[QS. Al-Furqan ayat 58]

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.


[QS. Ali Imron ayat 159]

فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ ࣖ

Jika mereka berpaling (dari keimanan), katakanlah (Nabi Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan pemilik ‘Arasy (singgasana) yang agung.”


[QS. At-Taubah ayat 129]

قُلْ هُوَ الرَّحْمٰنُ اٰمَنَّا بِهٖ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَاۚ فَسَتَعْلَمُوْنَ مَنْ هُوَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Zat Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan hanya kepada-Nya kami bertawakal. Kelak kamu akan tahu siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.”


[QS. Al-Mulk ayat 29]

وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ

Oleh karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.


[QS. Ali Imran ayat 122]

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal,


[QS. Al-Anfal ayat 2]

Berdasarkan ayat-ayat di atas dapat kita pahami bahwa tawakal itu hukumnya wajib bagi seorang mukmin. Bahkan diantara salah satu ciri seorang mukmin sejati adalah yang senantiasa bertawakal kepada Allah.

Selain itu tawakal adalah syarat keimanan. Apabila tawakal itu hilang maka hilang pula keimanan. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

Bertawakallah hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang mukmin.


[QS. Al-Maidah ayat 23]

Tawakal juga merupakan salah satu bangunan tauhid uluhiyah. Hal ini sebagaimana yang ditunjukkan oleh firman Allah berikut ini :

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.


[QS. Al-Fatihah ayat 5]

Demikianlah penjelasan pengertian tawakal menurut bahasa dan istilah ini kami paparkan, semoga kita dapat mengamalkan tawakal dalam kehidupan sehari-hari. Amin.

Buku Refrensi : Silsilah Al-A’mal Al-Qulub oleh Syaikh Shalih Al-Munajjid

Related Posts :

Pidato Tentang Keutamaan Menuntut Ilmu Beserta Haditsnya

Pidato Tentang Keutamaan Menuntut Ilmu

Pidato tentang keutamaan menuntut ilmu merupakan salah satu tema pidato yang perlu kita sampaikan kepada masyarakat kaum muslimin.Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sebagian besar kaum muslimin saat ini sangat kurang minatnya dalam menuntut ilmu, terutama ilmu yang berkaitan dengan agama. Padahal ilmu itu sangatlah penting untuk menunjang keberhasilan kita dan kebahagiaan kita menjalani kehidupan di akhirat.

Untuk meraih sukses di dunia saja harus diraih dengan ilmu apalagi meraih kesuksesan dan kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu, sebagai seorang pendakwah hendaknya kita memberikan motivasi kepada mereka dengan membawakan pidato tentang keutamaan menuntut ilmu beserta haditsnya. Tujuannya agar motivasi mereka dalam menuntut ilmu dan mendatangi majelis ilmu dapat bertambah.

Nah, pada postingan kali ini saya ingin membagikan salah satu contoh naskah pidato tentang keutamaan menuntut ilmu beserta haditsnya yang shahih dari Rasulullah . Berikut ini adalah naskah pidato tentang keutamaan menuntut ilmu disertai dengan haditsnya dan terjemahannya secara lengkap mulai dari salam pembuka, pembukaan, isi, penutupan, hingga salam penutup :

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

(Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh)

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَبَعْدُ

(Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin, wash-sholaatu was-salaamu 'ala asyrofil ambiya-i wal-mursalin, sayyidinaa wa nabiyyinaa muhammadin, wa 'alaa aalihi wa shohbihi ajma'in, wa ba'du)

Jama'ah kaum muslimin rahimakumullah, pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Allah dengan mengucap alhamdulillahi rabbil 'aalamiin atas nikmat yang telah diberikan kepada kita, sehingga kita bisa berkumpul di majelis yang mudah-mudahan diberkahi oleh Allah. Amiin.

Yang kedua, semoga sholawat dan salam senantiasa tetap atas junjungan kita Nabi Muhammad , beserta keluarganya, para sahabatnya, dan juga pengikutnya.

Jama'ah kaum muslimin rahimakumullah, diantara salah satu amalan wajib yang mulai banyak ditinggalkan sebagian besar kaum muslimin adalah amalan menuntut ilmu agama. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap kaum muslimin. Baik itu muslim laki-laki, ataupun muslimat perempuan, baik itu anak kecil, ataupun orang dewasa, semuanya wajib menuntut ilmu.

Rasulullah bersabda :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim"


[HR. Ibnu Majah]

Kewajiban menuntut ilmu bagi seorang muslim tidaklah dibatasi oleh umur. Berapapun umur kita saat ini, entah itu muda ataupun tua, semuanya wajib menuntut ilmu sampai ajalnya menjemput. Bahkan jika seorang muslim sudah dianggap ulama sekalipun, maka ia tatap wajib menambah ilmunya. Apalagi kita yang bukan ulama, tentulah lebih ditekankan lagi untuk menuntut ilmu.

Jama'ah kaum muslimin rahimakumullah, ketahuilah sesungguhnya kesuksesan dan kebahagiaan tidak akan pernah diraih tanpa ilmu. Seorang yang ingin sukses dan bahagia di dunia saja membutuhkan ilmu untuk meraihnya. Apalagi jika kita ingin sukses dan bahagia di akhirat, tentu juga ada ilmunya.

Tahukah jama'ah?

Ilmu agama adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita.

Ilmu agama adalah pondasi dalam kehidupan kita.

Ilmu agama adalah petunjuk yang dengannya kita bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil.

Bayangkan apabila masyarakat kita hidup tanpa ilmu, khususnya ilmu agama.

Peradaban akan menjadi mundur dan terbelakang.

Kelihatannya modern padahal moralnya rusak.

Kelihatannya demokratis padahal tatanan masyarakatnya tidak beraturan.

Dikiranya halal padahal haram.

Dikiranya modis padahal telanjang seperti hewan.

Maka jangan heran jika banyak diantara kaum muslimin yang terjerumus dalam keharaman sementara ia tidak menyadarinya. Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena minimnya ilmu agama yang dimiliki oleh kaum muslimin pada umumnya.

Jama'ah kaum muslimin rahimakumullah, agama Islam adalah agama yang sangat memotivasi umatnya untuk senantiasa menuntut ilmu. Baik itu ilmu yang menunjang kehidupan kita di dunia, ataupun ilmu yang membawa kesuksesan kehidupan kita di akhirat. Namun nyatanya, banyak umat Islam yang saat ini justru sibuk menuntut ilmu dunia dan melupakan ilmu akhirat. Padahal Allah benci dengan orang yang demikian.

Di dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda :

إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِالْآخِرَة

"Sesungguhnya Allah ta'ala benci pada setiap orang yang pandai dalam perkara dunia tapi bodoh dalam perkara akhirat."


[HR. Hakim]

Oleh karena itu jama'ah kaum muslimin, jangan sampai kita menjadi orang yang dibenci oleh Allah karena kebodohan kita dengan perkara akhirat. Masih lebih baik kita bodoh dalam urusan dunia tetapi pandai dalam urusan akhirat. Akan tetapi apabila kedua ilmu tersebut dapat kita kuasai maka itulah yang paling ideal.

Jama'ah kaum muslimin rahimakumullah, ada banyak keutamaan menuntut ilmu agama di dalam Al-Quran maupun Al-Hadits.

Keutamaan menuntut ilmu yang pertama adalah, bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Disebutkan di dalam Al-Quran, Allah berfirman :

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.


[QS. Al-Mujadalah ayat 11]

Keutamaan menuntut ilmu yang kedua adalah bahwa dengan menuntut ilmu maka jalan kita menuju surga akan dimudahkan. Di dalam hadits Rasulullah bersabda :

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

"Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan berikan ia kemudahan jalan menuju surga."


[HR. Muslim]

Dengan kita memiliki ilmu maka kita akan memperoleh hidayah dan petunjuk jalan menuju surga. Sebaliknya, jika kita tidak memperoleh hidayah dan petunjuk jalan menuju surga, bagaimana mungkin kita bisa sampai ke surga?

Ibarat seorang yang hendak pergi ke suatu tempat tanpa mengetahui petunjuk arahnya, maka ia akan tersesat dan tidak akan sampai pada tujuan. Demikian pula apabila kita tidak mengetahui arah menuju surga maka akan membuat kita tersesat.

Keutamaan menuntut ilmu yang ketiga adalah bahwa Malaikat merendahkan sayapnya untuk para penuntut ilmu karena senang dengan para penuntut ilmu.

Disebutkan di dalam hadits bahwa Rasulullah bersabda :

وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ

Dan sesungguhnya para Malaikat merendahkan sayapnya karena ridha kepada penuntut ilmu


[HR. Abu Dawud]

Keutamaan menuntut ilmu yang keempat adalah bahwa orang yang berilmu itu didoakan oleh penduduk langit dan bumi bahkan ikan-ikan yang di air agar diampuni dosanya. Disebutkan di dalam hadits bahwa Rasulullah bersabda :

وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ

"Dan sesungguhnya orang yang berilmu itu para penghuni langit dan bumi bahkan ikat di laut memohonkan ampunan untuknya."


[HR. Abu Dawud]

Keutamaan menuntut ilmu yang kelima adalah bahwa orang yang berilmu itu lebih utama dibandingkan ahli ibadah. Rasulullah bersabda :

وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ

"Dan sesungguhnya perbandingan keutamaan orang berilmu dengan ahli ibadah itu seperti perbandingan keutamaan bulan di malam hari dengan seluruh bintang."


[HR. Abu Dawud]

Hal ini dikarenakan orang yang memiliki ilmu itu dapat memberikan manfaat kepada sekitarnya. Sementara orang yang hanya beribadah, manfaatnya hanyalah untuk dirinya sendiri.

Keutamaan menuntut ilmu yang keenam adalah bahwa orang yang memiliki ilmu agama itu adalah pewaris para Nabi. Rasulullah bersabda :

وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

"Dan sesungguhnya para ulama (orang-orang memiliki ilmu agama) itu adalah pewarisnya para Nabi. Sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambil warisan tersebut, maka ia telah mengambil bagian yang terbanyak."


[HR. Abu Dawud]

Oleh karena itu jama'ah kaum muslimin rahimakumullah, marilah kita belajar ilmu, terutama ilmu agama. Jangan sampai kita menjadi orang yang dibenci oleh Allah karena tidak paham ilmu agama. Ketahuilah bahwa pertanda seseorang itu dikehendaki baik oleh Allah adalah ketika ia memiliki ilmu agama. Rasulullah bersabda :

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka ia akan Allah berikan kepahaman di dalam agama.


[HR. Bukhari]

Demikianlah pidato tentang keutamaan menuntut ilmu beserta haditsnya ini saya sampaikan. Semoga kita semua diberikan kekuatan oleh Allah untuk bisa istiqomah dalam menuntut ilmu.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Related Posts :