Ceramah Tentang Adab Kepada Guru

Ceramah Tentang Adab Kepada Guru

Ceramah tentang adab kepada guru merupakan salah satu materi ceramah yang penting untuk disampaikan baik kepada siswa sekolah biasa, sekolah islam maupun santri di pondok pesantren.

Mengapa materi ceramah ini begitu penting?

Pertama, adab kepada guru merupakan adab yang mulai luntur dikalangan para penuntut ilmu akhir-akhir ini. Banyak dari para penuntut ilmu yang masing kurang hormat kepada gurunya.

Yang kedua, adab kepada guru merupakan salah satu adab yang dapat menjadikan seorang penuntut ilmu memperoleh keberkahan dari ilmu yang didapatkan.

Oleh karena itu, ceramah tentang adab kepada guru merupakan ceramah yang harus sering disampaikan. Tujuannya agar para penuntut ilmu dapat memahami dan menyadari betapa pentingnya adab kepada guru saat mereka mengikuti pelajaran.

Nah, apabila Anda hendak menyampaikan materi ceramah tentang adab kepada guru, maka pada postingan kali ini saya akan membagikan salah satu contoh naskah ceramah tentang adab kepada guru yang biasa saya sampaikan. Teks ceramah ini akan saya sampaikan secara lengkap mulai dari salam, pembukaan, isi, hingga kalimat penutup.

Mudah-mudahan teks ceramah tentang adab kepada guru ini dapat disampaikan kepada para siswa maupun santri dan dapat menjadi inspirasi bagi Anda yang hendak menyampaikan ceramah tentang adab kepada guru. Berikut teks ceramahnya :

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَبَعْدُ

(Alhamdulillahi robbil-‘aalamiin, wash-sholaatu was-salaamu ‘ala asyrofil-ambiya-i wal-mursalin, sayyidina wa nabiyyina Muhammadin, wa ‘alaa aalihi wa shohbihi ajma’in. Wa ba’du)

Santriwan dan santriwati yang semoga dirahmati oleh Allah, pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita kepada Allah Rabb semesta alam yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita semua.

Yang kedua, semoga shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad beserta keluarganya, para sahabatnya, dan juga para pengikutnya.

Santriwan dan santriwati yang semoga dirahmati oleh Allah, pada majelis yang mulia ini saya hendak menyampaikan materi ceramah tentang adab kepada guru yang wajib kalian amalkan dalam keseharian kalian sebagai seorang santri. Maka dimohon kepada para santri untuk menyimak materi ceramah ini dengan baik, serta mencatatnya di buku catatan kalian masing-masing.

Baik, kita mulai saja materinya.

Anak-anakku yang semoga dirahmati oleh Allah, apa sajakah adab seorang murid kepada gurunya? Adakah diantara kalian yang sudah mengetahuinya? Kalau belum, berikut ini saya akan sampaikan beberapa adab penting yang perlu kalian catat di buku catatan kalian. Silahkan disiapkan alat tulis dan catatannya!

Adab kepada guru yang pertama adalah hendaknya seorang murid ataupun santri mematuhi perintah gurunya.

Di dalam kitab tadzkiratus-sami’ wal-mutakallim yang ditulis oleh Ibnu Jama’ah Asy-Syafi’i disebutkan bahwa hubungan seorang santri dengan gurunya itu layaknya hubungan pasien dengan dokternya. Mengapa demikian? Karena guru itu ibarat dokter. Apabila dokter itu mengobati penyakit fisik maka guru itu mengobati penyakit kebodohan dan juga mengobati penyakit akhlak yang buruk. Maka apabila seorang pasien yang mengalami penyakit fisik ingin sembuh dari penyakitnya maka ia harus mematuhi arahan dari dokter.

Begitupun seorang santri, apabila ia hendak menghilangkan penyakit bodoh dan akhlak buruk yang ada pada dirinya maka hendaknya ia mengikuti arahan dari guru ataupun ustadnya.

Adab kepada guru yang kedua adalah hendaknya seorang santri itu bersabar dengan kerasnya seorang guru.

Terkadang seorang guru itu ada yang keras dalam mengajar. Saya yakin sebagian besar dari kalian merasa tidak nyaman dengan perilaku guru yang keras dalam mengajarnya. Namun, apakah ketika guru bertindak keras kemudian kita malah berhenti belajar? Tentu saja jawabannya tidak!

Ingatlah anak-anakku, bahwa kerasnya seorang guru dalam mengajar adalah dalam rangka mendidik kalian. Karena adakalanya metode yang keras itu diperlukan agar murid tidak hanya pintar tetapi juga memiliki jiwa yang tangguh.

Sebagaimana yang barusan saya sampaikan bahwa hubungan antara murid dengan guru itu ibarat pasien dengan dokter. Apabila pasien tidak bersabar dengan metode pengobatan dari dokternya maka ia tidak akan pernah sembuh dari penyakitnya.

Begitu pula santri ataupun murid ia harus bersabar dengan metode pendidikan dari guru ataupun ustadnya. Selama guru yang mengajar kalian tidak bertindak di luar batas syariat dalam mengajar maka bersabarlah dalam menghadapinya. Sesungguhnya pedihnya kebodohan lebih menyakitkan dibandingkan bersabar atas hinanya belajar.

Sebagian ulama salaf mengatakan :

مَنْ لَمْ يَصْبِرْ عَلَى ذُلِّ التَّعْلِيْمِ بَقِيَ عُمُرَهُ فَي عَمَايَةِ الْجَهَالَةِ، وَمَنْ صَبَرَ عَلَيْهِ آلَ أَمْرُهُ إِلَى عِزِّ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Barang siapa yang tidak bersabar atas hinanya belajar maka tersisalah umurnya dalam kesesatan dan kebodohan, dan barang siapa yang sabar atasnya maka urusannya akan kembali menuju kemuliaan dunia dan akhirat.

Adab kepada guru yang ketiga adalah hendaknya seorang murid itu mendengarkan dan memperhatikan dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.

Ketika kalian belajar jangan sampai kalian itu membuat kegaduhan, ngobrol sendiri, ataupun tertidur di dalam kelas. Apalagi yang diajarkan itu materinya ada kaitannya dengan Al-Quran dan Al-Hadits. Coba sekarang kalian cek di surat Qaf ayat yang ke 37. Di dalam surat tersebut Allah ta’ala berfirman yang bunyinya :

اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَذِكْرٰى لِمَنْ كَانَ لَهٗ قَلْبٌ اَوْ اَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيْدٌ

Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya dan dia menyaksikan.


[QS. Qaaf ayat 37]

Ayat tersebut memberikan pelajaran kepada kita bahwa pelajaran-pelajaran yang ada di dalam Al-Quran itu akan menjadi peringatan bagi kita apabila kita memasang ketiga indra kita.

Indra apakah itu? Yaitu hati, telinga, dan juga mata.

Maksudnya adalah bahwa ketika kita menuntut ilmu hendaknya kita benar-benar menggunakan hati kita untuk fokus, telinga kita untuk mendengarkan, serta mata kita untuk memperhatikan pelajaran dengan baik. Kalau kita tidak menggunakannya lalu bagaimana mungkin pelajaran itu bisa masuk ke dalam hati kita? Iya kan?

Nah, oleh karena itu anak-anak, ketika kalian belajar cobalah ditahan mulutnya untuk tidak berbicara. Fokuskan hati dan pikiran kalian untuk mendengarkan materi ceramah yang disampaikan oleh ustad dan ustadzah ataupun bapak ibu guru. Tujuannya agar pelajaran yang disampaikan dapat masuk ke dalam hati kalian dan kalian dapat mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Anak-anakku/santriwan dan santriwati yang semoga dirahmati oleh Allah, jika pelajaran ataupun ceramah yang disampaikan oleh guru ternyata adalah materi yang sudah pernah kalian dengarkan sebelumnya, bagaimanakah sikap kita kepada guru tersebut? Apakah kita tetap mendengarkan materi yang disampaikan? Atau kita abaikan saja?

Jawabannya tentu saja tidak boleh. Sebagai santri yang beradab, tetaplah dengarkan apa yang disampaikan oleh guru meskipun kalian sudah pernah mendengarkan materi ceramah tersebut. Ingatlah bahwa hal itu merupakan bagian dari adab kepada ustadz ataupun guru. Di dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Atho’ bin Abi Robah pernah berkata :

إِنِّي لَأَسْمَعُ الْحَدِيْثَ مِنَ الرَّجُلِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِهِ مِنْهُ فَأُرِيْهِ مِنْ نَفْسِي أَنِّي لَا أُحْسِنُ مِنْهُ شَيْئًا

Aku pernah mendengar hadits dari seorang lelaki, sementara aku lebih mengetahui hadits itu dari pada dia. Maka akupun memperlihatkan diriku seakan aku tidak lebih baik darinya sedikitpun.

Dalam riwayat yang lain, beliau juga pernah mengatakan :

إِنَّ الشَّابَّ لَيَتَحَدَّثُ بِحَدِيْثٍ فَأَسْتَمِعُ لَهُ كَأَنِّي لمَ ْأَسْمَعْهُ وَلَقَدْ سَمِعْتُهُ قَبْلَ أَنْ يُوْلَدَ

Sesungguhnya ada seorang pemuda menyampaikan suatu hadits. Lalu aku mendengarkan hadits itu seakan-akan aku belum pernah mendengarnya. Padahal, aku sudah pernah mendengar hadits itu sebelum pemuda itu dilahirkan.

Maka anak-anakku sekalian, contohlah bagaimana para salaf dalam menuntut ilmu. Kesuksesan mereka dalam penguasaan ilmu telah terbukti dan tidak diragukan lagi. Oleh karenanya teladan terbaik dalam menuntut ilmu adalah para ulama salaf.

Adab kepada guru yang keempat adalah hendaknya seorang santri itu banyak bersyukur kepada guru yang telah mendidik dan mengajarnya.

Sebagai seorang santri yang beradab kalian harus memahami dan menyadari bahwasanya segala yang diberikan oleh guru kepada kalian berupa pendidikan, pengajaran, peramutan, dan juga perhatian adalah nikmat dari Allah . Bahkan teguran dan sikap keras seorang guru kepada muridnya juga merupakan nikmat dari Allah yang patut kalian syukuri.

Seandainya seorang guru itu tidak pernah memberikan peringatan keras kepada murid ataupun santrinya maka justru ini akan menjerumuskan murid tersebut ke dalam keburukan.

Oleh karena itu anak-anakku sekalian, bersyukurlah kepada gurumu apapun yang diberikan oleh gurumu kepada kalian. Entah itu pemberian ataupun perlakuan yang menurut kalian menyenangkan ataupun tidak menyenangkan maka syukurilah hal tersebut.

Demikianlah materi ceramah tentang adab kepada guru yang bisa saya sampaikan. Semoga kalian dapat menerapkan dan mengamalkan adab ini dalam keseharian kalian saat menuntut ilmu, baik itu di sekolah maupun di pondok pesantren. Mari kita akhiri dengan membaca hamdalah dan doa kafaratul majelis.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Demikian,,

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Related Posts :

Pidato Tentang Keutamaan Membaca Al Quran

Pidato Tentang Keutamaan Membaca Al Quran

Tahukah Anda? Salah satu tema pidato yang banyak dicari di mesin pencari adalah pidato tentang keutamaan membaca Al Quran. Hal ini dikarenakan pidato ini merupakan tema pidato yang menarik untuk disampaikan.

Pidato ini sangat cocok dibawakan pada berbagai macam acara keagamaan, baik itu yang bersifat formal, semi formal, ataupun non formal.

Tema pidato tentang keutamaan membaca Al Quran juga cocok dibawakan saat Anda mengikuti lomba pidato yang diselenggarakan pada saat momen hari keagamaan.

Selain itu, pidato tentang keutamaan membaca Al Quran juga dapat disampaikan saat Anda hendak memotivasi para santri ataupun siswa di sekolah-sekolah Islam agar semakin giat membaca Al Quran.

Nah, pada postingan kali ini saya ingin sedikit berbagi salah satu contoh teks atau naskah pidato tentang keutamaan membaca Al Quran yang saya sampaikan saat berpidato dihadapan banyak orang.

Contoh pidato yang akan saya bawakan ini merupakan pidato yang ringan dan mudah dipahami oleh para pendengar dari kalangan manapun.

Berikut teks atau naskah pidato tentang keutamaan membaca Al Quran mulai dari salam, pembuka, isi, hingga salam penutup :

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَبَعْدُ

(Alhamdulillahi robbil-‘aalamiin, wash-sholaatu was-salaamu ‘ala asyrofil-ambiya-i wal-mursalin, sayyidina wa nabiyyina Muhammadin, wa ‘alaa aalihi wa shohbihi ajma’in. Wa ba’du)

Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, pertama dan yang utama marilah kita bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita semua.

Sehingga dengan nikmat tersebut, kita dipertemukan kembali di hari yang penuh kebahagiaan ini dalam keadaan sehat, aman, dan sejahtera.

Yang kedua, shalawat dan taslim saya haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam dan juga keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya.

Dan mudah-mudahan kita adalah termasuk orang yang berada di barisan pengikut beliau Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam.

Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, sebelum saya memasuki inti dari pidato yang hendak saya bawakan, yaitu pidato tentang keutamaan membaca Al Quran, saya hendak bertanya terlebih dahulu : Kapankah terakhir kali Anda membaca Al Quran?

Apakah tadi pagi? Tadi malam? Seminggu yang lalu? Sebulan yang lalu? Atau bahkan setahun yang lalu?

Sebagian dari kita, ada yang alhamdulillah bisa istiqomah membaca Al Quran setiap hari. Tentu ini adalah hal yang patut disyukuri. Namun, sebagian dari kita ada pula yang bahkan membaca Al Quran hanya di bulan Ramadhan saja.

Alhamdulillah, ini masih lebih baik, karena umat Islam yang tidak membaca Al Quran selama bertahun-tahun juga masih sangat banyak.

Satu hal miris yang terjadi pada umat Islam saat ini adalah ketika banyak dari mereka yang menjadikan mushaf Al Quran sebagai penghias rak buku mereka. Debu pada mushaf yang semakin menebal menunjukkan sangking lamanya mushaf itu tidak tersentuh apalagi terbaca.

Bahkan tak jarang dijumpai pada rumah-rumah kaum muslimin beberapa mushaf telah robek dimakan tikus. Inna lillahi wa inaaa ilahi roji’un, sungguh ini adalah musibah yang sangat besar.

Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, banyak dari kita yang malas membaca Al Quran, padahal keutamaan membaca Al Quran sangatlah luar biasa. Di dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ

Bacalah Al Quran, sesungguhnya Al Quran akan datang pada hari kiamat sebagai penolong bagi pembacanya


[HR. Muslim]

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa hari kiamat adalah hari yang sangat berat! Hari kiamat adalah hari dimana antara seorang dengan yang lainnya tidak bisa saling tolong menolong. Orang tua, anak, istri, harta, kedudukan, dan juga jabatan tidak bisa lagi diandalkan untuk memberikan pertolongan.

Pada hari itu seluruh manusia sibuk memikirkan keselamatan dirinya. Tidak ada satupun diantara mereka yang memperhatikan kecuali kepada dirinya sendiri. Di dalam Al Quran disebutkan :

فَاِذَا جَاۤءَتِ الصَّاۤخَّةُ ۖ يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِۙ وَاُمِّهٖ وَاَبِيْهِۙ وَصَاحِبَتِهٖ وَبَنِيْهِۗ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَىِٕذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِۗ

Maka, apabila datang suara yang memekakkan (dari tiupan sangkakala), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, (dari) ibu dan bapaknya, serta (dari) istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.


[QS. Abasa ayat 33-34]

Di saat itu, sungguh beruntung orang yang dahulu rajin membaca Al Quran dan mengamalkannya. Ketika masing-masing orang sibuk memikirkan keselamatannya di hari itu, maka Al Quran datang kepada para pembacanya dan melapor kepada Allah :

مَنَعْتُهُ ‌النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ

(Wahai Tuhanku) aku telah membuatnya tidak tidur dimalam hari (untuk membacaku) maka izinkanlah aku untuk memberikan syafaat padanya.

Akhirnya Allah subhanahu wata'ala pun memberikan syafaat kepada para pembacanya. Masya Allah!!

Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, selain syafa’at, kita juga membutuhkan bekal kebaikan agar bisa selamat pada hari kiamat.

Tahukah Anda? Ternyata pahala kebaikan yang begitu banyak dapat kita peroleh hanya dengan membaca Al Quran. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam pernah bersabda :

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatkan sepuluh kalinya. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, akan tetapi alif itu satu huruf, lam itu satu huruf, dan mim itu satu huruf.


[HR. Tirmidzi]

Masya Allah! Sungguh beruntung para pembaca Al Quran di hari kiamat!

Di saat orang-orang tidak banyak membawa pahala kebaikan di hari kiamat, maka para pembaca Al Quran akan membawa banyak pahala kebaikan ketika menghadap Allah subhanahu wata'ala.

Bayangkan saja apabila dalam sehari kita bisa membaca Al Quran setidaknya satu halaman saja. Tidak sampai 5 menit!

Anggaplah 1 halaman terdapat 100 huruf. Itu artinya bila kita membaca 1 halaman maka kita telah memperoleh 1000 pahala kebaikan.

Seandainya kita hanya diberi umur satu tahun, atau 365 hari saja oleh Allah, dan selama 356 hari itu kita konsisten membaca Al Quran satu halaman setiap hari, maka ketika kita berpulang kepada Allah, kita telah membawa 365.000 pahala kebaikan.

Masya Allah..! Sungguh keberuntungan yang besar bagi para pembaca Al Quran di hari kiamat. Seharusnya kita iri melihat teman-teman kita yang rajin membaca Al Quran. Karena betapa besarnya apa yang akan mereka peroleh pada hari kiamat.

Karena itulah sangking besarnya pahala membaca Al Quran, sampai-sampai Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam membolehkan kita iri dengan orang tersebut. Tujuannya adalah agar kita berlomba-lomba dalam membaca Al Quran di siang dan malam hari. Beliau bersabda :

لا ‌حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ

Tidak boleh hasad kecuali pada dua hal : Yaitu seorang laki-laki yang Allah berikan Al Quran lalu ia membacanya pada malam dan siang hari. Dan seorang laki-laki yang Allah berikan harta lalu ia infaqkan hartanya pada malam dan siang hari.


[HR. Bukhari]

Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah, Al Quran adalah petunjuk hidup bagi manusia. Apabila kita tidak pernah membacanya, tidak pernah mempelajarinya, tidak pula merenungkannya, lantas bagaimana kita bisa memperoleh petunjuk darinya?

Bukankah orang yang tidak memperoleh petunjuk dari Al Quran adalah orang yang tersesat? Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam pernah bersabda :

مَنِ اتَّبَعَهُ ‌كَانَ ‌عَلَى ‌الْهُدَى، وَمَنْ تَرَكَهُ كَانَ عَلَى ضَلَالَةٍ

Barang siapa yang mengikuti Al Quran maka ia berada di atas petunjuk, dan barang siapa yang meninggalkan Al Quran maka ia berada di atas kesesatan.


[HR. Muslim]

Oleh karenanya, hadirin, marilah kita rutinkan tilawah dan membaca Al Quran setiap hari. Cobalah luangkan waktu setidaknya 10 menit per hari untuk tilawah dan merenungkan ayat-ayat Al Quran.

Jangan lupa membaca terjemahan dan juga tafsirnya agar kita dapat memahami dan mengamalkan ayat yang kita baca. Ketahuilah bahwa sesungguhnya salah satu keutamaan membaca Al Quran adalah dapat menyebabkan ruh kita hidup di sisi Allah! Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

وَعَلَيْكَ بِذِكْرِ اللهِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْآنِ، فَإِنَّهُ ‌رَوْحُكَ ‌فِي السَّمَاءِ، وذِكْرٌ لكَ فِي الْأَرْضِ

Hendaklah engkau berdzikir kepada Allah dan tilawah Al Quran, sesungguhnya ia adalah ruhmu di langit, dan peringatan untukmu di bumi.


[HR. Ahmad]

Demikianlah pidato tentang keutamaan membaca Al Quran ini saya sampaikan. Semoga dengan pidato yang singkat ini dapat menggugah kembali semangat kita dalam membaca Al Quran.

Atas perhatiannya saya ucapkan syukron wa jazakumullahu khoiron. Kurang dan lebihnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Related Posts :

Pembagian Hadits Berdasarkan Kualitas Sanad

Pembagian Hadits Berdasarkan Kualitas Sanad

Alhamdulillah, wash-shalatu was-salamu 'ala rasulillah, wa 'alaa aalihi washahbihii waman waalaah. Waba'du.

Pernahkan kamu mendengar istilah “hadits shahih” yang biasa disampaikan oleh para ustad ketika berceramah? Jika kamu pernah mendengarnya, ternyata istilah tersebut merupakan istilah untuk menyebut kualitas sanad pada hadits tersebut.

Nah, pada pelajaran ilmu hadits kali ini kita akan membahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanadnya. Apabila kamu belum memahami apa itu sanad, coba kamu pelajari terlebih dahulu apa itu sanad pada artikel berikut ini :

Pengertian Sanad, Matan, dan Rawi Beserta Contohnya

Tahukah kamu? Ternyata tidak semua hadits itu kualitas sanadnya bagus, lho. Ada yang kualitasnya bagus, ada yang kurang bagus, bahkan ada juga yang kualitasnya lemah. Ini menunjukkan bahwa ternyata dalam ilmu hadits itu ada pembagian hadits berdasarkan kualitas sanadnya.

Contoh Soal Pelajaran Ilmu Hadits

Pernahkah kamu menjumpai sebuah soal : sebutkan pembagian hadits berdasarkan kualitas sanadnya!

Apabila kamu pernah menjumpai soal tersebut maka pada artikel kali ini kita akan menjawab soal pembagian hadits berdasarkan kualitas sanadnya. Pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad itu terbagi menjadi tiga, yaitu :

  1. Hadits Shahih yang terbagi lagi menjadi dua, yaitu shahih lidzatihi dan shahih lighairihi
  2. Hadits Hasan yang terbagi lagi menjadi dua, yaitu hasan lidzatihi dan hasan lighairihi
  3. Hadits Dhoif

Kalau kamu penasaran lebih mendalam mengenai ketiga jenis hadits berdasarkan kualitas sanadnya, mari kita pelajari bersama bab pembagian hadits berdasarkan kualitas sanadnya :

A. Hadits Shahih

Pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad yang pertama adalah hadits shahih. Berikut ini akan dijelaskan apa pengertian hadits shahih, syarat hadits shahih, pembagian hadits shahih dan contoh hadits shahih :

Pengertian Hadits Shahih

Apa itu hadits shahih? Menurut Ibnu Sholah dalam kitabnya muqoddimah Ibnu Sholah, beliau mendefinisikan bahwa Hadits Shahih adalah :

فَهُوَ الْحَدِيثُ الْمُسْنَدُ الَّذِي يَتَّصِلُ إِسْنَادُهُ بِنَقْلِ الْعَدْلِ الضَّابِطِ عَنِ الْعَدْلِ الضَّابِطِ إِلَى مُنْتَهَاهُ وَلَا يَكُونُ شَاذًّا وَلَا مُعَلَّلًا

“Yaitu hadits yang sanadnya bersambung yang diriwayatkan oleh periwayat yang adil dan dhabith, dari periwayat yang adil dan dhabith sampai akhir sanad dan tidak ada syadz dan juga illah

Dari definisi di atas dapat kita pahami bahwa hadits shahih adalah hadits yang kualitas sanadnya paling bagus dari segala sisi.

Syarat-syarat Hadits Shahih

Setelah kita mengetahui pengertian hadits shahih, kita dapat mengambil pelajaran bahwa syarat hadits shahih itu ada lima :

  1. Yang pertama, sanadnya bersambung. Maksudnya adalah bahwa setiap periwayat yang meriwayatkan hadits tersebut betul-betul menerima hadits dari gurunya secara langsung mulai dari periwayat yang pertama hingga akhir.
  2. Yang kedua, periwayatnya adil. Maksudnya adalah bahwa setiap periwayat atau sanad yang terdapat dalam hadits tersebut adalah seorang muslim, berakal, tidak fasik, baligh, dan tidak melakukan perbuatan yang aib.
  3. Yang ketiga, periwayatnya dhabit. Maksudnya adalah bahwa periwayat hadits memiliki ingatan yang kuat. Sehingga ketika seorang periwayat menerima hadits itu ia mampu menghafal dengan baik dan saat ia menyampaikan ia juga mampu menyampaikan hadits tersebut sesuai yang telah ia hafalkan.
  4. Yang keempat, tidak ada syadz. Syadz adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang tsiqah menyelisihi yang lebih tsiqah.
  5. Yang kelima, tidak ada illat. Maksudnya adalah tidak ada kecacatan pada hadits yang dapat merusak kesahihan suatu hadits.

Pembagian Hadits Shahih

Hadits Shahih terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Shahih Lidzatihi

Secara bahasa berarti shahih dengan sendirinya. Maksudnya adalah hadits tersebut adalah hadits yang telah memenuhi ke-lima syarat hadits shahih yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Atau dalam arti lain kualitas sanad pada hadits ini sangatlah kuat, semua periwayatnya tsiqah, dhobit, adil, bersambung, tidak ada syadz ataupun illat.

2. Shahih Lighairihi

Secara bahasa berarti shahih dengan selainnya. Maksudnya adalah hadits hasan lidzatihi yang memiliki jalur yang banyak. Dalam arti lain, hadits shahih lighairihi itu adalah hadits hasan lidzatihi yang jumlahnya lebih dari satu sehingga antar satu hadits hasan lidzatihi dengan hadits hasan lidzatihi yang lainnya saling menguatkan.

Nah, dikarenakan antar hadits hasan lidzatihi tersebut saling menguatkan maka derajatnya pun naik menjadi hadits shahih lighairihi. Simpelnya seperti ini : Hadits Hasan Lidzatihi + Hadits Hasan Lidzatihi = Hadits Shahih Lighairihi.

Contoh Hadits Shahih

Contoh hadits shahih sangatlah banyak, berikut ini salah satu contoh hadits shahih :

1. Contoh Hadits Shahih Lidzatihi

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا ‌يُفَقِّهْهُ ‌فِي ‌الدِّينِ

Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah maka Allah akan menjadikannya faqih dalam agama.


[HR. Bukhari Muslim]

2. Contoh Hadits Shahih Lighairihi

ابْتَعْ ‌عَلَيْنَا إِبِلًا بِقَلَائِصَ مِنْ إِبِلِ الصَّدَقَةِ إِلَى مَحِلِّهَا

Belilah unta dengan unta-unta muda dari hasil zakat hingga zakat itu diberikan.


[HR. Ahmad]

Hadits di atas merupakan hadits shahih lighairihi dikarenakan hadits tersebut merupakan hadits hasan lidzatihi yang dikuatkan dengan hadits hasan lidzatihi yang lain yang semakna dengan hadits tersebut.

Hadits tersebut diriwayatkan oleh imam Ahmad dari jalur Muhammad bin Ishaq dan juga diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari jalur Amr bin Syuaib. Masing-masing jalur tersebut derajatnya hasan, sehingga apabila terdapat dua hadits yang semakna dengan derajat hasan lidzatihi maka hadits tersebut kedudukannya menjadi hadits shahih lighairihi.

Mengenai pembahasan apa itu hadits hasan lidzatihi? insya Allah akan dibahas pada penjelasan setelah ini.

B. Hadits Hasan

Setelah kita membahas tentang hadits shahih, selanjutnya kita akan membahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad yang kedua yaitu hadits hasan. Berikut ini pengertian hadits hasan, syarat hadits hasan, pembagian hadits hasan dan juga contoh hadits hasan.

Pengertian Hadits Hasan

Apa yang dimaksud dengan hadits hasan?

Para ulama berbeda pendapat mengenai pengertian hadits hasan. Namun menurut Mahmud Ath-Thohhan dalam kitabnya Taisir Mushtholah Al-Hadits menyebutkan bahwa pendapat yang terpilih adalah :

هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه، عن مثله إلى منتهاه، من غير شذوذ ولا علة

“Yaitu hadits yang bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh periwayat yang adil namun kurang dhobit, dari yang semisal itu sampai akhir periwayat (maksudnya tidak semua periwayat/sanadnya kurang dhobit), dan tidak terdapat syadz dan juga illat di dalamnya.”

Pada pengertian di atas dapat kita pahami bahwa hadits hasan adalah hadits yang kualitas sanadnya di bawah hadits shahih.

Syarat Hadits Hasan

Syarat hadits hasan sama dengan hadits shahih, hanya saja bedanya pada hadits hasan terdapat periwayat yang kurang dhobit. Atau dalam arti lain tidak ada perbedaan antara hadits hasan dengan hadits shahih selain dalam hal kesempurnaan hafalan perawinya. Yakni perawi pada hadits hasan kesempurnaan hafalannya berada di bawah perawi pada hadits shahih.

Pembagian Hadits Hasan

Hadits Hasan terbagi menjadi dua :

1. Hadits Hasan Lidzatihi

Artinya hadits tersebut adalah hadits yang hasan dengan sendirinya karena telah memenuhi semua kriteria atau persyaratan hadits hasan.

2. Hadits Hasan Lighairihi

Yaitu hadits dhaif yang memiliki jalur yang banyak yang saling menguatkan. Akan tetapi syaratnya tidak ada dari periwayat hadits tersebut periwayat yang pendusta atau dituduh sebagai pendusta.

Atau bahasa mudahnya : Hadits Dhoif + Hadits Dhoif = Hadits Hasan lighairihi.

Dengan syarat antar satu hadits dhoif dengan hadits dhoif yang digabungkan memiliki jalur periwayat yang berbeda dan tidak ada dalam jalur periwayatnya periwayat yang pendusta atau dituduh dusta.

Contoh Hadits Hasan

Berikut ini adalah contoh hadits hasan

1. Hadits Hasan Lidzatihi

‌مِفْتَاحُ ‌الصَّلَاةِ ‌الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

Kuncinya sholat adalah bersuci, dan yang mengharamkannya (dari perbuatan di luar sholat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya (dari perbuatan di luar sholat) adalah salam.


[HR. Tirmidzi]

2. Hadits Hasan Lighairihi

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ فِي الدُّعَاءِ، لَمْ يَحُطَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ

Bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam ketika mengangkat tangannya dalam doa, maka beliau tidak mengembalikan keduanya hingga mengusapkan keduanya pada wajahnya.


[HR. Tirmidzi]

Ibnu Hajar mengatakan di dalam kitabnya Bulughul Maram bahwa hadits ini memiliki beberapa penguat yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan selainnya sehingga secara keseluruhan menunjukkan bahwa hadits ini hasan.

C. Hadits Dhoif

Alhamdulillah kita menginjak pada pembahasan mengenai pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad yang ketiga, yaitu hadits dhoif. Berikut ini akan kita pelajari definisi hadits dhaif dan juga contoh hadits dhoif dan juga hukum meriwayatkan hadits dhoif.

Pengertian Hadits Dhoif

Apa itu hadits Dhoif? Menurut Ibnu Sholah dalam kitabnya Muqoddimah Ibnu Sholah, hadits dhoif adalah :

كُلُّ حَدِيثٍ لَمْ يَجْتَمِعْ فِيهِ صِفَاتُ الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ، وَلَا صِفَاتُ الْحَدِيثِ الْحَسَنِ الْمَذْكُورَاتُ فِيمَا تَقَدَّمَ، فَهُوَ حَدِيثٌ ضَعِيفٌ

“Semua hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih ataupun persyaratan hadits hasan yang telah disebutkan sebelumnya maka ia merupakan hadits dhoif.”

Dari pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa hadits dhoif adalah hadits yang kualitas sanadnya lemah. Dan penyebab kelemahannya sangatlah banyak, entah itu periwayatnya tidak adil, tidak dhobit, ada sanad yang terputus, dan lain sebagainya.

Contoh Hadits Dhoif

مَنْ أَتَى حَائِضًا، أَوِ امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا، أَوْ كَاهِنًا، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

Barang siapa yang menyetubuhi wanita yang sedang haid, atau melalui dubur, atau mendatangi dukun, maka ia telah mengingkari dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.


[HR. Tirmidzi]

Hukum Meriwayatkan Hadits Dhoif

Hukum meriwayatkan hadits dhoif tanpa menjelaskan bahwa hadits tersebut dhoif adalah boleh dengan dua syarat : Tidak berkaitan dengan akidah dan tidak berkaitan dengan hukum syariat.

Artinya meriwayatkan atau menyampaikan hadits dhoif adalah boleh apabila berkaitan dengan targhib dan tarhib tentang suatu amalan selama :

  1. Dhoifnya tidak terlalu lemah.
  2. Amalan yang disebutkan dalam hadits tersebut ada dalam hadits shohih.
  3. Tidak berkeyakinan bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam mengucapkan hadits tersebut.

Penutup

Alhamdulillah telah selesai pembahasan kita tentang pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad. Maka dari pembelajaran bab ini dapat kita rangkum sebagai berikut :

  • Pembagian Hadits Berdasarkan Kualitas Sanad terbagi menjadi tiga yaitu : (1) Shahih (2) Hasan (3) Dhoif
  • Hadits shahih adalah hadits dengan kualitas sanad yang baik.
  • Hadits hasan adalah hadits dengan kualitas sanad di bawah hadits shahih, yaitu ada periwayat yang kurang dhobit dalam hadits tersebut.
  • Hadits dhoif adalah hadits yang tidak memenuhi kualitas sanad hadits shahih ataupun hasan.

Penyusun : Adam Rizkala

Refrensi :

  • Mustholah Al-Hadits : oleh Al-Utsaimin
  • Taisir Mustholah Al-Hadits : oleh Mahmud Ath-Thohhan
  • Muqaddimah Ibnu Sholah : oleh Ibnu Sholah

Related Posts :

Ceramah Tentang Kematian Beserta Dalilnya

Ceramah Tentang Kematian

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya.

Related Posts :