Bismillah,
Alhamdulillah, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad, keluarganya, dan seluruh sahabatnya.
Nabi Adam alaihissalam
merupakan manusia pertama yang menjadi bapaknya umat manusia. Ia merupakan
makhluk sempurna yang dicitpakan oleh Allah subhanahu wata'ala dari
tanah dengan tangan-Nya.
Di dalam Al-Quran
banyak sekali kisah yang menceritakan tentang kisah Nabi Adam alaihissalam.
Namun, banyaknya ayat-ayat tentang kisah Nabi Adam yang diulang-ulang membuat
kita yang awam menjadi kesulitan dalam memahaminya.
Oleh karena itu, pada postingan
kali ini kita akan membahas bagaimana kisah Nabi Adam lengkap dari lahir sampai
wafat menurut Islam disertai dalil-dalilnya dalam Al-Quran maupun Al-Hadits.
Kisah Nabi Adam
Sebelum Diciptakan
Sebelum Nabi Adam alaihissalam
diciptakan, Allah subhanahu wata'ala mengabarkan kepada para
malaikat bahwa Ia akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah subhanahu
wata'ala berfirman kepada para malaikat :
اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً
“Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.”
Saat malaikat mendengar kabar tersebut, sesungguhnya
mereka telah mengetahui bahwasanya makhluk yang tinggal di bumi sebelum
diciptakan manusia ini selalu berbuat kerusakan dan menumpahkan darah.
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa : Seribu tahun
sebelum Adam diciptakan, bangsa jin (yang saat itu tinggal di bumi) telah melakukan
pertumpahan darah. Lalu, Allah kirimkan sekelompok pasukan dari golongan
Malaikat kepada mereka. Para malaikat tersebut mengusir mereka sampai pada
pulau-pulau yang dikelilingi oleh lautan.
Oleh karena kejadian itu, mereka ingin mengetahui apa
hikmat dibalik penciptaan khalifah ini. Para Malaikat pun bertanya kepada Allah
subhanahu wata'ala :
اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ
نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan
darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?”
Maka Allah subhanahu wata'ala menjawab :
اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Dari jawaban Allah subhanahu wata'ala yang
diutarakan kepada para malaikat ini menggambarkan bahwa Allah lebih tahu
kemaslahatan dari diciptakannya Nabi Adam. Karena dari keturunan Nabi Adam akan
lahir seorang yang menjadi para Nabi dan Rasul, para shiddiq dan juga
orang-orang sholeh.
Download Kisah Nabi Adam Versi PDF
Kisah Nabi Adam Diciptakan oleh Allah
Nabi Adam alaihissalam diciptakan oleh Allah subhanahu
wata'ala secara sempurna dan lengkap. Ia diciptakan dari tanah liat dengan
tangan-Nya, sebagaimana yang disebutkan dalam surat Shad ayat 71 dan 75.
Setelah Allah sempurnakan bentuknya maka Allah
meniupkan ruh ciptaan-Nya kepada Nabi Adam alaihissalam.
Disebutkan di dalam Al-Quran :
اِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنْ طِيْنٍ
فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat,
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Apabila Aku telah
menyempurnakan (penciptaan)-nya dan meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya,
tunduklah kamu kepadanya dalam keadaan bersujud.”
[QS. Shaad
ayat 71-72]
Saat Allah menciptakan Nabi Adam, Allah telah
menjadikan Nabi Adam sebagai orang yang sudah berakal dan mampu berbicara, sehingga
Nabi Adam mampu memahami perkataan dan mampu menjawab perkataan tersebut dengan
benar.
Dikisahkan di dalam hadits At-Tirmidzi bahwa ketika ditiupkan
ruh kepada Adam maka Adam pun bersin dan berkata : “Alhamdulillah.”
Maka Allah subhanahu wata'ala berfirman : “Semoga
Allah merahmatimu, wahai Adam. Pergilah kepada para Malaikat itu, dan katakanlah
kepada mereka yang sedang duduk : Assalamu’alaikum.”
Maka Adam pun menuju para malaikat itu dan berkata : “Assalamu’alaikum.”
Para Malaikat menjawab dengan jawaban yang lebih lengkap
: “Wa’alaikassalam warahmatullah.”
Kemudian Nabi Adam kembali kepada Tuhannya. Lalu Tuhannya
berkata : “Ini adalah salam penghormatanmu dan keturunanmu.”
Lalu Allah berfirman kepada Adam, sementara kedua
tangan-Nya mengepal : “Pilihlah salah satu dari keduanya yang kamu kehendaki.
Adam menjawab : “Aku memilih tangan kanan Tuhanku dan
kedua tangan Tuhanku adalah kanan yang diberkahi.”
Kemudian Allah membukanya dan ternyata di dalamnya
terdapat Adam dan keturunannya.
Adam bertanya : “Wahai Tuhanku, siapakah mereka?”
Allah menjawab : “Mereka adalah anak keturunanmu.”
Ternyata umur semua manusia telah tertulis di antara
kedua matanya. Seketika itu diantara mereka ada seorang lelaki yang cahayanya
paling cerah di antara yang lain.
Maka Adam pun bertanya : “Wahai Tuhanku, siapa ini?”
Allah menjawab : “Ini adalah anakmu Dawud, dan aku
telah menulis untuknya umur empat puluh tahun.”
Nabi Adam berkata : “Ya Allah tambakan umurnya!”
Allah berfirman : “Itu telah aku tuliskan untuknya.”
Nabi Adam berkata : “Wahai Tuhanku, kalau begitu aku berikan
enam puluh tahun umurku untuknya.”
Allah berfirman : “Itu adalah hakmu.”
Kemudian Allah tempatkan Nabi Adam sesuai kehendak-Nya,
lalu ia diturunkan dari surga, lalu Nabi Adam menghitung sendiri umurnya.
Lalu ketika malaikat maut datang maka ia berkata Adam
berkata padanya : “Kamu terburu-buru, aku telah diberi umur seribu tahun.”
Malaikat menjawab : “Tidak, tetapi kamu telah
memberikan enam puluh tahun umurmu kepada anakmu Dawud.”
Lalu Nabi Adam mengingkari hal tersebut, maka anak
cucunya pun juga terwarisi sifat mengingkari. Adam lupa dengan hal tersebut maka
anak cucunya pun juga terwarisi sifat lupa.
Sejak saat itulah diperintahkan untuk menulis dan mengadakan
persaksian.
Dikisahkan pula di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh imam At-Tirmidzi bahwa ketika Allah subhanahu wata'ala menciptakan Nabi
Adam maka diusaplah punggung Nabi Adam alaihissalam.
Dari punggung itu kemudian berjatuhanlah seluruh jiwa
yang akan menjadi keturunannya kelak hingga hari kiamat. Lalu Allah menjadikan
kilauan cahaya di antara kedua mata masing-masing dari mereka.
Setelah itu mereka pun dihadapkan kepada Nabi Adam dan
Nabi Adam pun berkata : “Wahai Tuhanku siapakah mereka itu?”
Allah subhanahu wata'ala berkata kepada Nabi Adam
: “Mereka adalah keturunanmu”
Lalu Nabi Adam melihat seorang lelaki dari mereka maka
Nabi Adam terkagum dengan kilauan cahaya yang memancar di antara kedua matanya.
Nabi Adam bertanya : “Wahai Tuhanku, siapakah ini?”
Maka Allah subhanahu wata'ala menjawab : “Ini
adalah seorang lelaki dari kalangan umat terakhir dari keturunanmu yang bernama
Dawud.”
Nabi Adam bertanya : “Wahai Tuhanku berapa umur yang
Engkau berikan padanya?”
Allah subhanahu wata'ala menjawab : “Empat
puluh tahun”
Nabi Adam berkata : “Wahai Tuhanku, tambahkan untuknya
empat puluh tahun dari umurku.”
Tatkala Nabi Adam telah habis umurnya, maka ia
didatangi oleh Malaikat maut. Nabi Adam pun berkata : “Bukankah umurku masih
tersisa empat puluh tahun lagi?”
Malaikat menjawab : “Bukankah engkau telah memberikannya
kepada anakmu Dawud?”
Nabi Adam pun mengingkari (hal tersebut), maka keturunannya
pun juga punya sifat mengingkari, Adam lupa (dengan kejadian saat ia memberi
umur kepada Dawud) maka keturunannya pun juga punya sifat lupa, Adam berbuat
salah, maka anak turunnya pun juga berbuat salah.
Kisah Nabi Adam dan Para Malaikat
Setelah Allah subhanahu wata'ala menciptakan
Nabi Adam secara sempurna maka Allah subhanahu wata'ala mengajarkan kepada
Nabi Adam semua nama benda. Dikisahkan di dalam Al-Quran :
وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda)
seluruhnya
Menurut Ibnu Abbas nama-nama yang Allah ajarkan kepada
Nabi Adam adalah semua nama-nama zat beserta gerakannya baik yang kecil maupun
yang besar. Semua nama-nama ini Allah ajarkan kepada Nabi Adam sebagai bekal
untuk menjadi khalifah di bumi.
Setelah Adam menguasai semua nama-nama yang Allah
ajarkan, selanjutnya Allah hendak memperlihatkan kemampuan Nabi Adam kepada
para Malaikat sebagai salah satu jawaban atas pertanyaan mereka sebelumnya.
Maka Allah subhanahu wata'ala menunjukkan Adam
di hadapan para malaikat dan berfirman kepada mereka :
اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
“Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu
benar!”
Maka para Malaikat menjawab :
سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ
الْحَكِيْمُ
“Mahasuci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang
telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Mahabijaksana.”
Menurut Hasan Al-Bashri ketika Allah hendak
menciptakan Nabi Adam, para Malaikat menyangka bahwa Allah tidak akan
menciptakan makhluk melainkan para Malaikat lebih mengetahui dari pada makhluk
tersebut.
Ternyata ketika Malaikat itu diuji untuk menyebutkan
nama-nama benda yang Allah tunjukkan kepada mereka, mereka tidak mampu melakukannya
karena Allah tidak pernah mengajarkan nama-nama itu kepada mereka.
Lalu, Allah pun berfirman kepada Nabi Adam :
يٰٓاٰدَمُ اَنْۢبِئْهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْ
“Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!”
Nabi Adam pun mulai menyebutkan nama-nama benda itu
satu persatu sesuai dengan apa yang Allah ajarkan kepadanya.
Ketika Nabi Adam menyebutkan nama-nama benda tersebut,
maka Allah berfirman kepada para Malaikat :
اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۙ وَاَعْلَمُ
مَا تُبْدُوْنَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ
“Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia
langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu
kamu sembunyikan?”
Perintah Allah untuk Sujud Kepada Adam
Allah subhanahu wata'ala memberikan banyak
kemuliaan kepada Nabi Adam alaihissalam. Ia diciptakan dengan tangan-Nya,
ditiupkan ruh ciptaan-Nya kepadanya, dan juga diajarkan oleh Allah tentang segala
sesuatu.
Kemuliaan berikutnya yang Allah berikan kepada Nabi Adam
adalah diperintahkannya para Malaikat untuk memberikan sujud penghormatan
kepada Nabi Adam. Allah subhanahu wata'ala berfirman :
اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ
“Bersujudlah kamu kepada Adam”
[QS. Al-A’raf
ayat 11]
Saat Allah perintahkan kepada para Malaikat untuk
sujud kepada Adam mereka semua pun sujud. Namun, ada satu diantara mereka yang
tidak mau sujud kepada Nabi Adam karena sombong, yaitu Iblis.
Iblis adalah makhluk dari bangsa jin yang diciptakan
dari api, sedangkan malaikat Allah ciptakan dari cahaya. Walaupun si Iblis ini
bukan dari golongan Malaikat namun ia tetap harus mematuhi perintah Allah,
karena ia juga tinggal bersama para malaikat.
Melihat Iblis tidak mau bersujud kepada Nabi Adam, Allah
subhanahu wata'ala pun bertanya kepada Iblis :
مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَ
“Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika
Aku menyuruhmu?”
Maka Iblis pun menjawab :
اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ
“Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku
dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Terlihat dari jawaban yang dikemukakan oleh Iblis kita
bisa mengetahui bahwa Iblis telah melakukan sebuah analogi. Al-Hasan Al-Bashri
mengatakan : “Iblis telah menganalogikan sesuatu. Dan dialah yang pertama kali
melakukan analogi.”
Namun, analogi Iblis ini bukanlah analogi yang benar.
Ia menganggap bahwa sesuatu yang tercipta dari tanah lebih hina dibandingkan
sesuatu yang tercipta dari api.
Padahal apabila kita bandingkan sesungguhnya tanah itu
lebih baik dan lebih bermanfaat dari pada api. Tanah mengandung kelembutan,
kelenturan, ketenangan, dan perkembangan. Sementara api mengandung unsur
kekasaran, kecepatan, dan membakar.
Selain itu, Nabi Adam juga telah dimuliakan oleh
Allah. Oleh karena itulah Allah subhanahu wata'ala memerintahkan kepada
para Malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam alaihissalam.
Akhirnya, Allah subhanahu wata'ala mengusir
Iblis dari surga dan melaknatnya hingga hari kiamat. Allah subhanahu
wata'ala berkata kepada Iblis :
فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُوْنُ لَكَ اَنْ تَتَكَبَّرَ فِيْهَا فَاخْرُجْ
اِنَّكَ مِنَ الصّٰغِرِيْنَ
“Turunlah kamu darinya (surga) karena kamu tidak sepatutnya
menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk
yang hina.”
[QS. Al-A’raf ayat 13]
Dalam ayat yang lain juga disebutkan :
فَاخْرُجْ مِنْهَا فَاِنَّكَ رَجِيْمٌۙ وَّاِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ اِلٰى
يَوْمِ الدِّيْنِ
“Keluarlah darinya (surga) karena sesungguhnya kamu terkutuk. Sesungguhnya
kamu terlaknat sampai hari Kiamat.”
[QS. Al-Hijr
ayat 34-35]
Hukuman yang diterima oleh Iblis bukan hanya
semata-mata karena Iblis merendahkan Nabi Adam. Akan tetapi juga disebabkan dia
membangkang terhadap perintah Allah. Dari kisah ini sesungguhnya kita belajar
bahwa ketika hendak melaksanakan suatu perintah maka bukan perintahnya yang
kita lihat, akan tetapi yang kita lihat adalah siapa yang memberikan perintah.
Sumpah Iblis Kepada Allah subhanahu wata'ala
Iblis telah diusir dari surga dan mendapatkan laknat
dari Allah subhanahu wata'ala sampai hari kiamat. Kedengkian Iblis
kepada Nabi Adam semakin bertambah. Ia pun memohon kepada Allah untuk
mendapatkan tangguhan umur hingga hari kiamat tiba.
Iblis ingin sekali bisa mengganggu, membahayakan,
menyesatkan, dan memalingkan anak cucu Adam dari jalan yang benar agar bisa bersama-sama
masuk ke dalam neraka Jahannam.
Iblis akan melakukan berbagai macam cara untuk
mengajak anak cucu Adam masuk ke dalam neraka bersamanya. Ia bahkan akan membuat
perbuatan buruk seolah terlihat baik. Sehingga mereka tidak menyadari bahwa apa
yang dilakukannya merupakan perbuatan yang buruk.
Dikisahkan dalam QS. Al-A’raf bahwa Iblis berkata
kepada Allah :
اَنْظِرْنِيْٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ
“Berilah aku penangguhan waktu sampai hari mereka dibangkitkan.”
Maka Allah berfirman :
اِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَ
“Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi penangguhan
waktu.”
Iblis pun bersumpah kepada Allah :
فَبِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ثُمَّ
لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ
وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ
“Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu
menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian, pasti aku akan
mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka.
Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
Allah subhanahu wata'ala berfirman :
قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُوْمًا مَّدْحُوْرًا ۗ لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ
لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ اَجْمَعِيْنَ
“Keluarlah kamu darinya (surga) dalam keadaan terhina dan
terusir! Sungguh, siapa pun di antara mereka yang mengikutimu pasti akan Aku
isi (neraka) Jahanam dengan kamu semua.”
Kisah Nabi Adam dan Hawa di Surga
Setelah Allah subhanahu wata'ala mengeluarkan
Iblis dari surga, Allah kembali kepada Nabi Adam alaihissalam. Melihat
Nabi Adam berjalan-jalan sendiri di surga maka Allah pun hendak menciptakan
teman untuk Nabi Adam di surga.
Suatu ketika Nabi Adam ditimpa rasa kantuk kemudian ia
tertidur. Ketika ia tertidur, Allah mengambil tulang rusuk Nabi Adam yang paling
pendek dan paling bengkok, lalu dijadikanlah istrinya dari tulang rusuk
tersebut.
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Allah subhanahu
wata'ala telah mengeluarkan Iblis dari surga dan menyuruh Nabi Adam untuk
tinggal di surga. Lalu Adam pun berjalan-jalan sendiri di surga tanpa seorang istri
yang menemaninya.
Kemudian ia tertidur sejenak lalu terbangun. Tiba-tiba
di dekat kepalanya duduk seorang wanita yang diciptakan oleh Allah dari tulang
rusuknya. Maka Adam bertanya padanya : “Siapa kamu?”
Wanita itu menjawab : “Aku adalah seorang wanita.”
Adam bertanya : “Mengapa engkau diciptakan?”
Wanita itu menjawab : “Agar kamu merasa tenang denganku.”
Maka para Malaikat bertanya kepada Adam : “Siapakah
namanya wahai Adam?”
Adam menjawab : “Hawa.”
Malaikat bertanya kembali : “Mengapa dinamakan Hawa?”
Adam menjawab : “Karena ia diciptakan dari sesuatu
yang hidup.”
Menurut versi yang lain, Hawa diciptakan oleh Allah sebelum
Adam memasuki surga. Disebutkan di dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa pada mulanya
Nabi Adam ditimpa rasa kantuk.
Lalu ketika ia tertidur maka Allah mengambil salah
satu dari tulang rusuk sebelah kirinya dan menambalnya dengan daging.
Lalu Allah menjadikan istri Nabi Adam dari tulang
rusuk tersebut, yaitu hawa. Dia adalah seorang wanita yang sempurna yang Allah ciptakan
untuk Nabi Adam agar ia merasa tenang hidup bersamanya.
Ketika Nabi Adam terbangun, ia melihat Hawa telah berada
di sampingnya. Maka Nabi Adam pun berkata : “Oh dagingku, darahku, dan istriku.”
Adam pun merasa tenang dan tenteram bersamanya.
Setelah Allah menikahkan keduanya dan menjadikan rasa
tenang dan tenteram di dalam diri Nabi Adam maka Allah subhanahu wata'ala berfirman
kepada mereka :
وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا
رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ
“Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga,
makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan
janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!”
[QS. Al-Baqarah
ayat 35]
Kisah Tipu Daya Iblis Kepada Nabi Adam dan Hawa
Nabi Adam dan Hawa telah dimasukkan ke dalam surga oleh
Allah subhanahu wata'ala. Allah subhanahu wata'ala juga menguji
Nabi Adam dan Hawa dengan satu buah larangan yaitu larangan untuk mendekati
salah satu pohon di dalam surga.
Terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli
tentang nama dan jenis pohon itu. Yang jelas nama dan jenis pohon itu tidak
disebutkan oleh Allah di dalam Al-Quran.
Nabi Adam dan Hawa menikmati fasilitas surga dengan
penuh kenikmatan dan kebahagiaan. Mereka tidak akan merasa kelaparan, tidak
akan telanjang, tidak akan merasa dahaga, dan tidak akan tersengat panasnya
sinar matahari selama berada di dalam surga.
Namun, Allah subhanahu wata'ala memberikan
peringatan keras kepada keduanya. Bahwa ada Iblis yang telah bersumpah untuk mengganggu,
menyesatkan, membahayakan, dan memalingkan Nabi Adam beserta keturunannya dari
jalan kebenaran.
Allah subhanahu wata'ala berfirman :
يٰٓاٰدَمُ اِنَّ هٰذَا عَدُوٌّ لَّكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ
الْجَنَّةِ فَتَشْقٰى اِنَّ لَكَ اَلَّا تَجُوْعَ فِيْهَا وَلَا تَعْرٰى ۙ وَاَنَّكَ
لَا تَظْمَؤُا فِيْهَا وَلَا تَضْحٰى
“Wahai Adam, sesungguhnya (Iblis) inilah musuh bagimu dan bagi
istrimu. Maka, sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari
surga. Kelak kamu akan menderita. Sesungguhnya (ada jaminan) untukmu bahwa di
sana engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang. Sesungguhnya di sana
pun engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa terik matahari.”
[QS. Thaha
ayat 117-118]
Di lain sisi, Iblis yang saat itu telah diusir dari
surga, semakin merasa dengki dan iri melihat kenikmatan yang Allah berikan
kepada mereka berdua. Dia pun memulai usahanya untuk menggoda mereka berdua
agar dikeluarkan dari surga.
Lalu, Iblis mulai membisikkan pikiran jahat kepada
mereka berdua :
مَا نَهٰىكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هٰذِهِ الشَّجَرَةِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَا
مَلَكَيْنِ اَوْ تَكُوْنَا مِنَ الْخٰلِدِيْنَ
“Tuhanmu tidak melarang kamu berdua untuk mendekati pohon ini,
kecuali (karena Dia tidak senang) kamu berdua menjadi malaikat atau kamu berdua
termasuk orang-orang yang kekal (dalam surga).”
Agar lebih meyakinkan, Iblis menamakan pohon itu
dengan nama pohon khuldi (pohon keabadian) agar Nabi Adam dan Hawa lebih
tergoda. Iblis berkata :
فَوَسْوَسَ اِلَيْهِ الشَّيْطٰنُ قَالَ يٰٓاٰدَمُ هَلْ اَدُلُّكَ عَلٰى شَجَرَةِ
الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلٰى
“Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi
(keabadian) dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
Sesuai sumpahnya, ia akan menggoda Nabi Adam dari
segala arah. Maka Iblis pun tidak kehabisan akal. Ia bahkan berani bersumpah
atas nama Allah untuk lebih meyakinkan Nabi Adam dan Hawa. Iblis berkata :
اِنِّيْ لَكُمَا لَمِنَ النّٰصِحِيْنَ
“Sesungguhnya aku ini bagi kamu berdua benar-benar termasuk para
pemberi nasihat.”
Terdapat perbedaan pendapat mengenai apakah Iblis
masuk lagi ke dalam surga untuk menggoda Nabi Adam dan Hawa, ataukah Iblis
hanya sebatas melewati surga saja ketika menggoda mereka, ataukah Iblis menggodanya
dari luar pintu surga atau di bawah langit.
Yang jelas apapun pendapatnya, Iblis berusaha menggoda
Nabi Adam dan Hawa agar mereka dikeluarkan dari surga sebagaimana Iblis diusir
dari surga.
Kisah Nabi Adam dan Hawa Memakan Buah Terlarang
Dengan segala cara Iblis menggoda Nabi Adam dan Hawa
untuk melanggar perintah Allah subhanahu wata'ala. Akhirnya mereka
berdua pun tergoda untuk memakannya.
Hawa memakan buah dari pohon tersebut sebelum Nabi Adam.
Hawa juga lah yang mendesak Nabi Adam untuk memakan buah tersebut.
Ketika mereka baru saja mencicipi buah tersebut, aurat
mereka langsung tersingkap. Karena merasa malu, akhirnya mereka tutupi aurat
mereka dengan dedaunan di dalam surga.
Dikisahkan di dalam surat Al-A’raf :
فَدَلّٰىهُمَا بِغُرُوْرٍۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْءٰتُهُمَا
وَطَفِقَا يَخْصِفٰنِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَّرَقِ الْجَنَّةِ
Ia (setan) menjerumuskan keduanya dengan tipu daya.
Maka, ketika keduanya telah mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah pada keduanya
auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (di) surga.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa dedaunan yang digunakan
untuk menutupi aurat mereka adalah daun pohon Tin.
Dikatakan dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Ibnu
Asakir bahwa setelah Nabi Adam melakukan kesalahan di surga, maka auratnya
tersingkap. Lalu beliau keluar dari surga dan menemui sebatang pohon. Pohon itu
lalu memegang ubun-ubun beliau. Selanjutnya Tuhannya memanggil : “Apakah kamu
lari dari-Ku wahai Adam?” Maka Adam menjawab : “Wahai Tuhanku, aku merasa malu
kepada-Mu karena kesalahan yang telah aku perbuat.”
Kisah Bertaubatnya Nabi Adam dan Hawa
Setelah Nabi Adam dan Hawa melakukan kesalahan hingga
aurat mereka tersingkap, maka Allah subhanahu wata'ala memanggil mereka
berdua dan berfirman :
اَلَمْ اَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَاَقُلْ لَّكُمَآ اِنَّ الشَّيْطٰنَ
لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon
itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata
bagi kamu berdua?”
Mendengar teguran dari Allah atas kesalahan yang mereka
perbuat, mereka pun mulai menyadari kesalahan mereka. Mereka menyesali
perbuatannya dan ingin bertaubat kepada Allah subhanahu wata'ala.
Diriwayatkan dalam Al-Mustadrak Ibnu Abbas
menceritakan :
Adam bertanya : “Ya Tuhanku, bukankah aku telah Engkau
ciptakan dengan tangan-Mu sendiri?”
Allah menjawab : “Benar.”
Adam bertanya : “Bukankah Engkau juga telah meniupkan
ruh-Mu kepadaku?”
Allah menjawab : “Benar.”
Adam bertanya : “Bukankah jika aku bersin Engkau
mengucapkan “Semoga Allah merahmatimu.” dan rahmat-Mu mendahului murka-Mu?
Allah menjawab : “Benar.”
Adam bertanya : “Bukankah Engkau telah menuliskan bagi
diriku untuk melakukan hal (kesalahan) ini?”
Allah menjawab : “Benar.”
Adam bertanya : “Bila aku bertaubat apakah Engkau akan
mengembalikan aku ke surga?”
Allah berfirman : “Benar.”
Maka Allah pun mengajarinya sebuah kalimat.
Dikisahkan di dalam Al-Quran :
فَتَلَقّٰٓى اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّهٗ هُوَ
التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari
Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
[QS.
Al-Baqarah ayat 23]
Kalimat itu adalah :
رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika
Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk
orang-orang yang rugi.”
Adam dan Hawa mengucapkan kalimat tersebut sebagai
bentuk pengakuan atas kesalahan mereka dan upaya untuk kembali kepada-Nya. Allah
pun menerima taubat mereka, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.
Kisah Nabi Adam dan Hawa Diturunkan ke Bumi
Allah subhanahu wata'ala telah menerima taubat
dari Nabi Adam dan Hawa. Meskipun demikian bukan berarti mereka tidak mendapatkan
konsekuensi apapun. Maka Allah subhanahu wata'ala memerintahkan mereka
semua untuk turun dari surga :
اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚوَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ
وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ
“Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta
bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang telah
ditentukan.”
Hari diturunkannya Nabi Adam beserta istrinya Hawa
adalah hari Jum’at. Dan hari itu adalah sebaik-baiknya hari.
Mengenai di mana tempat Nabi Adam dan Hawa diturunkan
maka terdapat banyak versi. Ada yang mengatakan Adam diturunkan di wilayah
bernama Dahna yaitu terletak diantara kota Thaif dan Mekah, ada yang mengatakan
di India dan ada pula yang mengatakan diturunkan di Shafa.
Demikian pula Hawa juga terdapat banyak versi cerita mengenai
di mana ia diturunkan. Ada yang mengatakan ia turun di Jedah, ada pula yang
mengatakan di Marwa.
Selain Adam dan Hawa dikeluarkan dari surga, Allah subhanahu
wata'ala juga menetapkan bahwa mereka berdua beserta keturunannya akan
tinggal di bumi, wafat di bumi, dan juga dibangkitkan di bumi. Allah ta’ala
berfirman :
فِيْهَا تَحْيَوْنَ وَفِيْهَا تَمُوْتُوْنَ وَمِنْهَا تُخْرَجُوْنَ
“Di sana kamu hidup, di sana kamu mati, dan dari sana
(pula) kamu akan dikeluarkan (dibangkitkan).”
Kisah Kehidupan Nabi Adam dan Hawa di Bumi
Nabi Adam dan istrinya, Hawa, telah diturunkan dari
surga ke bumi. Mereka telah berpindah dari negeri yang penuh kebahagiaan
menuju negeri yang penuh dengan kesengsaraan, keletihan, kepenatan, kekeruhan,
usaha, perjuangan, ujian, dan cobaan.
Allah subhanahu wata'ala menciptakan Nabi Adam
dengan tinggi tidak lebih dari enam puluh hasta. Sementara tinggi anak
keuturunannya akan terus berkurang seiring berjalannya waktu.
Ketika Nabi Adam alaihissalam berada di bumi,
Allah memerintahkan kepadanya untuk membangun rumah Allah.
Allah subhanahu wata'ala berkata kepada Adam : “Wahai
Adam, sesungguhnya aku memiliki tanah suci yang ada di hadapan Arsy-Ku.
Pergilah ke tempat itu dan bangunlah sebuah rumah untuk-Ku, lalu bertawaflah
kamu di rumah tersebut seperti para Malaikat bertawaf di Asry-Ku.”
Kemudian Allah mengutus satu Malaikat kepada Adam
untuk menunjukkan tempat tersebut dan mengajarkan cara manasik. Disebutkan pula
bahwa setiap jejak kaki Nabi Adam kelak akan menjadi suatu negeri di kemudian
hari.
Makanan yang pertama kali dimakan oleh Nabi Adam di
bumi adalah makanan yang dibawah oleh Jibril yaitu tujuh biji gandum.
Nabi Adam bertanya : “Apa ini?”
Jibril menjawab : “Ini berasal dari pohon terlarang
yang dulu engkau dilarang untuk memakannnya tetapi engkau tetap memakannya.
Adam bertanya : “Lalu, apa yang harus aku perbuat dengan
ketujuh biji gandum ini?”
Jibril menjawab : “Tanamlah biji tersebut di tanah.”
Lalu Adam pun menanamnya. Setiap biji yang ditanam
dari biji tersebut tumbuh menjadi seratus ribu biji. Lalu Nabi Adam memanennya,
menumbuknya, menggilingnya, mengadoninya, dan membuatnya menjadi roti. Akhirnya
Adam memakan roti itu setelah melakukan usaha yang cukup keras.
Adapun pakaian yang pertama kali mereka kenakan
berasal dari bulu domba. Awalnya Adam menyembelih domba tersebut, lalu ia
memintalnya, dan menenunnya. Kemudian ia jadikan jubah untuk dirinya, dan baju
serta kerudung untuk Hawa.
Setiap kali Hawa mengandung maka ia akan melahirkan
dua anak kembar laki-laki dan perempuan. Adam memerintahkan untuk menikahkan
anak laki-lakinya dengan puterinya dari kembaran anak laki-laki yang lain, dan
seterusnya. Adapun menikah dengan saudara kembarnya sendiri tidak diperbolehkan
pada saat itu.
Para ulama berbeda pendapat apakah Nabi Adam dan hawa sudah
memiliki anak ketika mereka di surga. Ada yang berpendapat bahwa Adam dan Hawa
hanya memiliki anak ketika di bumi, ada pula yang berpendapat bahwa Adam dan
Hawa telah memiliki anak ketika mereka di surga, yaitu Qabil dan saudara perempuannya.
Wallaahu a’lam.
Kisah Anak Nabi Adam Singkat
Setelah berlangsung lama Nabi Adam dan Hawa tinggal di
bumi, maka Nabi Adam hendak menikahkan anak-anaknya. Saat itu anak yang hendak
dinikahkan oleh Nabi Adam adalah Qabil, Habil, beserta saudara kembar dari
masing-masing keduanya.
Habil hendak menikahi saudara perempuan Qabil yang
lebih cantik. Sementara Qabil tidak terima dan hendak menjadikan saudara
perempuannya itu sebagai istri untuk dirinya sendiri.
Nabi Adam memerintahkan Qabil untuk menikahkan saudara
perempuannya kepada Habil, namun Qabil menolak. Lalu Nabi Adam memerintahkan Qabil
dan Habil untuk berkurban, sementara Nabi Adam pergi ke Mekah untuk menunaikkan
ibadah haji.
Adam meminta langit untuk menjaga keluarganya, namun
langit menolak. Lalu Nabi Adam meminta bumi dan gunung untuk menjaganya, namun
juga menolak. Akhirnya Qabil menerima untuk menjaga keluarganya.
Lalu, mereka berdua pun pergi berkurban dengan membawa
kurbannya masing-masing. Habil berkurban dengan seekor kambing yang gemuk, karena
ia adalah seorang peternak. Sedangkan Qabil berkurban dengan hasil pertanian yang
sangat jelek.
Setelah mereka mempersembahkan kurbannya masing-masing,
maka tiba-tiba api dari atas menyambar kurban milik Habil. Ini pertanda bahwa
kurban Habil diterima.
Sementara kurban milik Qabil sama sekali tidak disambar
oleh api. Ini pertanda kurban milik Qabil ditolak.
Melihat kurban miliknya tidak diterima sementara
kurban Habil diterima, maka Qabil pun marah dan berkata : “Aku akan membunuhmu agar
kamu tidak jadi menikah dengan saudara kembar perempuanku.”
Habil menjawab : “Sesungguhnya Allah hanya menerima
kurban dari orang-orang yang bertakwa.”
Dalam versi cerita yang lain dikisahkan bahwa Nabi Adam
merasa gembira dengan kurban kedua anaknya tersebut, dan merasa senang dengan
diterimanya kurban Habil, sementara kurban Qabil tidak diterima.
Qabil berkata kepada Nabi Adam : “Allah menerima
kurbannya, karena engkau mendoakannya dan tidak mendoakan aku.” Padahal Nabi Adam
mendoakan kedua bersaudara tersebut.
Pada suatu malam Habil pulang terlambat dari
menggembala. Maka Adam meminta Qabil untuk mencari tahu mengapa ia terlambat
pulang.
Ketika Qabil berangkat dan bertemu dengan Habil, maka
ia mengabarkan kepada Habil : “Kurbanmu diterima sedangkan kurbanku tidak
diterima.”
Maka Habil menjawab : “Allah hanya menerima kurban
dari orang-orang yang bertakwa.”
Mendengar jawaban tersebut, Qabil murka. Akhirnya ia memukul
Habil dengan besi yang ia bawa hingga terbunuh. Pada cerita versi lain ada yang
mengatakan bahwa Qabil membunuh habil dengan batu yang dipukulkan di kepala
Habil yang sedang tidur. Ada pula versi lain yang mengatakan bahwa Qabil
mencekik Habil dengan keras dan menggigitnya seperti yang dilakukan binatang
buas hingga Habil meninggal dunia. Wallahu ‘alam.
Setelah Qabil membunuh Habil, maka ia membawa di atas
pundaknya selama satu tahun. Versi lain ada yang mengatakan seratus tahun.
Hingga akhirnya Allah mengirim dua ekor gagak yang
bersaudara. Kedua burung gagak tersebut bertarung dan salah satu burung
tersebut membunuh yang lain.
Setelah ia membunuhnya lalu ia turun ke bumi, menggali
tanah, dan melemparkannya serta mengubur dan menimbunnya ke dalam tanah.
Ketika Qabil melihat burung tersebut maka ia berkata :
“Duh celaka aku, kenapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini agar
bisa mengubur mayat saudaraku ini.”
Lalu ia pun melakukan seperti apa yang dilakukan oleh
burung gagak tadi. Ia mulai menggali tanah dan menguburkan mayat saudaranya ke
dalam tanah.
Mendengar kabar kematian Habil, Nabi Adam pun
bersedih. Maka Allah subhanahu wata'ala memberi kepadanya anak yang
bernama Syits.
Syits artinya adalah pemberian Allah. Nabi Adam dan Hawa
memberinya nama Syits karena ia terlahir setelah terbunuhnya Habil.
Kisah Nabi Adam Wafat dan Wasiat Kepada Anaknya
Telah dituliskan bagi Nabi Adam baginya umur seribu
tahun. Ketika Adam akan meninggal dunia, maka ia berpesan kepada anaknya,
Syits. Adam mengajarkan kepadanya waktu-waktu siang dan malam serta mengajarinya
ibadah di waktu itu. Adam juga memberi tahu kepadanya bahwa akan terjadi topan
setelah itu.
Ketika Nabi Adam menghadapi sakaratul maut, maka ia
berkata kepada anak-anaknya : “Wahai anak-anakku! Aku sangat ingin sekali mencicipi
buah surga.”
Maka mereka mulai pergi mencarikan buah surga untuk
ayahnya. Tiba-tiba mereka bertemu dengan para Malaikat, yang saat itu mereka
membawa kain kafan dan kapas yang dibubuhi minyak wangi untuk Nabi Adam, kapak,
sekop, dan cangkul.
Para Malaikat tersebut berkata kepada anak-anak Adam :
“Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian cari? Apa yang kalian mau? Mau kemana
kalian pergi?”
Mereka menjawab : “Bapak kami sakit, dia ingin makan
buah dari surga.”
Para malaikat berkata : “Pulanglah, karena ajal bapak
kalian telah tiba.”
Beberapa saat kemudian, para Malaikat sampai. Hawa
yang melihat dan mengenali mereka langsung berlindung kepada Nabi Adam.
Adam berkata kepada Hawa : “Menjauhlah dariku. Aku
pernah melakukan kesalahan karenamu. Biarkan aku dengan para Malaikat Tuhanku
itu.”
Lalu para Malaikat mulai mencabut nyawanya,
menadikannya, mengkafaninya, memberinya wewangian, menyiapkan kuburnya, membuat
liang lahat di kuburnya, dan menshalatinya.
Kemudian mereka masuk ke kuburnya dan meletakkan Nabi
Adam di dalamnya, lalu mereka meletakkan bata di atasnya. Lalu mereka keluar
dari kubur, mereka menimbunnya dengan batu. Lalu mereka berkata : “Wahai anak
turun Adam, ini adalah sunnah kalian.”
Pada saat Nabi Adam wafat, matahari dan bulan sempat
mengalami gerhana selama tujuh hari tujuh malam.
Selang satu tahun Nabi Adam meninggal dunia, maka Hawa
pun juga meninggal dunia.
TAMAT!
Penutup
Demikianlah Kisah Nabi Adam lengkap dari lahir sampai
wafat, mulai dari dilahirkan/diciptakan, diturunkan ke bumi, hingga wafatnya, disertai sumbernya dari Al-Quran dan Al-Hadits serta pendapat para
ahli sejarah. Banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Adam
di atas. Semoga dengan ditulisnya kisah Nabi Adam secara lengkap ini dapat memberikan ibrah
yang banyak kepada kita semua. Amiin.
Buku Refrensi :
- Qashahsul Anbiya’ oleh Ibnu Katsir
- Tafsir Al-Quran Al-‘Adziim oleh Ibnu Katsir