Pengertian Wahyu Secara Bahasa dan Istilah Menurut Para Ahli

Alhamdulillah kita memuji, memohon pertolongan, dan memohon ampun hanya kepadaAllah. Kita berlindung kepada Allah dari buruknya diri dan jeleknya perbuatankita. Barang siapa yang ditunjukkan oleh Allah maka tidak akan ada yang bisa menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang bisa menunjukkannya.
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas pengertian wahyu baik secara bahasa dan istilah yang dikemukakan oleh para ahli atau para ulama. Akan kita bahas pula penggunaan kata wahyu dalam Al-Quran, dan juga bagaimana cara Allah menurunkan wahyu kepada para malaikat, serta kepada para Nabi dan Rasul.
A. Pengertian Wahyu Menurut Para Ahli
1. Pengertian Wahyu Secara Bahasa
Secara bahasa wahyu berasal dari bahasa Arab (الوَحْيُ) yang memiliki arti memberikan isyarat atau pemberitahuan dengan cepat dan tersembunyi. Berikut definisi wahyu secara bahasa menurut para ahli :
Manna Al-Qotthon :
الإعلام الخفي السريع الخاص بمن يوجَّه إليه بحيث يخفى على غيره
Pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan pada orangyang diberitahu tanpa diketahui orang lain.
Doktor Muhammad Ali Al-Hasan :
الوحي مصدر بمعنى الإشارة السريعة الخفية
Wahyu adalah mashdar yang bermakna isyarat yang cepat dan tersembunyi.
Ibnu Hajar Al-Asqolani :
وَالْوَحْيُ لُغَةً الْإِعْلَامُ فِي خَفَاءٍ
Wahyu secara bahasa berarti pemberitahuan yang tersembunyi.
2. Pengertian Wahyu Secara Istilah Syar'i
Adapun pengertian wahyu secara istilah syar'i yang dikemukakan para ahli adalah sebagai berikut :
Az-Zuhri :
الْوَحْيُ مَا يُوحِي اللَّهُ إِلَى نَبِيٍّ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ فَيُثْبِتُهُفِي قَلْبِهِ
Wahyu adalah apa yang diwahyukan kepada para Nabi, kemudian Allah teguhkanwahyu itu di dalam hatinya.
Manna Al-Qotthon :
كلام الله تعالى المُنَزَّلُ على نبي من أنبيائه
Kalam Allah ta'ala yang diturunkan kepada para Nabi-Nya.
Ibnu Hajar Al-Asqolani :
الْإِعْلَامُ بِالشَّرْعِ
Pemberitahuan tentang syariat.
B. Pengertian Wahyu dalam Al-Quran
1. Pengertian Wahyu Secara Bahasa dalam Al-Quran
Pada pembahasan sebelumnya telah kita ketahui bersama bahwa pengertian wahyu secara bahasa berarti “memberi tahu dengan cepat dan tersembunyi”. Pengertian ini ditunjukkan dalam Al-Quran sebagai berikut :
Yang pertama, wahyu bermakna ilham kepada manusia. Allah berfirman :
وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ
Kami mengilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia (Musa)
[QS. Al-Qashas ayat 7]
Terjemahan tekstual dari kata “وَأَوْحَيْنَا” dalam ayat tersebut adalah “Kami mewahyukan”. Namun mewahyukan yang dimaksud bukan mewahyukan seperti Allah mewahyukan para Nabi. Namun mewahyukan disini mengandung pengertian mengilhami manusia. Yang mana dalam ayat tersebut Allah ilhamkan kepada ibunya Musa untuk menyusui anaknya.
Yang kedua, wahyu bermakna naluri yang diberikan kepada hewan. Allah berfirman :
وَاَوْحٰى رَبُّكَ اِلَى النَّحْلِ اَنِ اتَّخِذِيْ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوْتًا وَّمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُوْنَۙ
Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang-sarang di pegunungan, pepohonan, dan bangunan yang dibuat oleh manusia.
[QS. An-Nahl ayat 68]
Dalam ayat tersebut Allah menggunakan kata “وَأَوْحَى” yang artinya adalah mewahyukan. Makna mewahyukan disini adalah ilham dari Allah berupa naluri dan insting yang diberikan kepada hewan. Dalam ayat tersebut Allah memberikan naluri atau insting kepada lebah untuk membuat sarang di bukit, pohon kayu, dan tempat yang dibikin manusia.
Yang ketiga, wahyu bermakna memberi isyarat yang cepat. Allah berfirman :
فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ مِنَ الْمِحْرَابِ فَاَوْحٰٓى اِلَيْهِمْ اَنْ سَبِّحُوْا بُكْرَةً وَّعَشِيًّا
Lalu, (Zakaria) keluar dari mihrab menuju kaumnya lalu dia memberi isyarat kepada mereka agar bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang.
[QS. Maryam ayat 11]
Kata “فَأَوْحَى” pada ayat di atas bermakna memberikan isyarat. Ayat tersebut bercerita tentang Nabi Zakariya yang sedang berpuasa dari berbicara selama tiga hari tiga malam. Sehingga ketika harus menyampaikan pesan kepada kaumnya untuk bertasbih di waktu pagi dan petang ia melakukannya dengan memberi isyarat.
Yang keempat, wahyu bermakna bisikan setan. Allah berfirman :
وَاِنَّ الشَّيٰطِيْنَ لَيُوْحُوْنَ اِلٰٓى اَوْلِيَاۤىِٕهِمْ لِيُجَادِلُوْكُمْ ۚ
Sesungguhnya setan benar-benar selalu membisiki kawan-kawannya agar mereka membantahmu
[QS. Al-An'am ayat 121]
Kata “لَيُوحُونَ” pada ayat tersebut bermakna membisikkan.
Yang kelima, wahyu bermakna perintah Allah pada malaikat. Allah berfirman :
اِذْ يُوْحِيْ رَبُّكَ اِلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ اَنِّيْ مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۗ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku bersamamu. Maka, teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang beriman.
[QS. Al-Anfal ayat 12]
2. Pengertian Wahyu Secara Istilah Syar'i dalam Al-Quran
Menurut istilah syariat wahyu berarti kalam Allah yang diturunkan kepara para Nabi. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa ayat dalam Al-Quran sebagai berikut :
۞ اِنَّآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ كَمَآ اَوْحَيْنَآ اِلٰى نُوْحٍ وَّالنَّبِيّٖنَ مِنْۢ بَعْدِهٖۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَعِيْسٰى وَاَيُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهٰرُوْنَ وَسُلَيْمٰنَ ۚوَاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًاۚ
Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya. Kami telah mewahyukan pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunan(-nya), Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Kami telah memberikan (Kitab) Zabur kepada Daud.
[QS. An-Nisa ayat 163]
Pada ayat yang lain juga disebutkan :
وَكَذٰلِكَ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لِّتُنْذِرَ اُمَّ الْقُرٰى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيْهِ ۗفَرِيْقٌ فِى الْجَنَّةِ وَفَرِيْقٌ فِى السَّعِيْرِ
Demikianlah Kami mewahyukan kepadamu Al-Qur’an yang berbahasa Arab agar engkau memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qurā (Makkah) dan penduduk di sekelilingnya serta memberi peringatan tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak diragukan keberadaannya. Segolongan masuk surga dan segolongan (lain) masuk neraka.
[QS. Asy-Syura ayat 7]
C. Cara Turunnya Wahyu Allah
Ternyata wahyu diturunkan oleh Allah melalui beberapa cara. Berikut ini akankita ketahui bersama bagaimana Allah turunkan wahyu kepada Malaikat, para Rasul, dan juga kepada Rasulullah .
1. Wahyu Allah Kepada Malaikat
Di dalam Al-Quran dan Al-Hadits disebutkan bahwa Allah berbicara langsung kepada para malaikat ketika menurunkan wahyu. Allah berfirman :
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.”
[QS. Al-Baqarah ayat 30]
Dalam ayat yang lain Allah berfirman :
اِذْ يُوْحِيْ رَبُّكَ اِلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ اَنِّيْ مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۗ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku bersamamu. Maka, teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang beriman.
[QS. Al-Anfal ayat 12]
Dalam sebuah hadits diriwayatkan dari Nawwas bin Sam'an ia berkata : Rasulullah bersabda :
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يُوحِيَ بِأَمْرٍ تَكَلَّمَ بِالْوَحْيِ، فَإِذَا تَكَلَّمَ أَخَذَتِ السَّمَاوَاتِ مِنْهُ رَجْفَةٌ مِنْ خَوْفِ اللَّهِ عز وجل، فَإِذَا سَمِعَ ذَلِكَ أَهْلُ السَّمَاوَاتِ، صُعِقُوا وَخَرُّوا سُجَّدًا، فَيَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يَرْفَعُ رَأْسَهُ جِبْرِيلُ عليه السلام، فَيُكَلِّمُ اللَّهُ مِنْ وَحْيهِ بِمَا أَرَادَ، فَيَنْتَهِي بِهِ جِبْرِيلُ عَلَى الْمَلَائِكَةِ، كُلَّمَا مَرَّ بِسَمَاءٍ قَالَ أَهْلُهَا: مَاذَا قَالَ رَبُّنَا يَا جِبْرِيلُ؟ فَيَقُولُ جِبْرِيلُ: قَالَ الْحَقَّ، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ. قَالَ: فَيَقُولُونَ كُلُّهُمْ مِثْلَ مَا قَالَ جِبْرِيلُ، حَتَّى يَنْتَهِيَ بِهِمْ جِبْرِيلُ حَيْثُ أَمْرَهُ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
Ketika Allah hendak memberikan wahyu maka Ia berbicara dengan wahyu. Ketika Ia berbicara maka bergetarlah langit karena takut pada Allah . Ketika penghuni langit mendengar hal itu maka merekapun pingsan dan tersungkur bersujud. Orang yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril , kemudian Allah menyampaikan wahyu itu dengan apa yang ia kehendaki. Kemudian Jibril melewati para Malaikat, maka ketika ia melewati satu langit, para penduduk langit itu bertanya : “Apa yang dikatakan Tuhan kita wahai Jibril?” lalu Jibril menjawab : “Dia mengatakan Al-Haq, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Maka para malaikatpun mengatakan seperti yang dikatakan oleh Jibril. Lalu Jibril menyampaikan wahyu itu kepada mereka sesuai apa yang diperintahkan oleh Allah dari langit dan bumi.
[HR. Ibnu Abi Asim dalam As-Sunnah]
2. Wahyu Allah kepada Para Rasul
Allah berfirman :
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنْ يُّكَلِّمَهُ اللّٰهُ اِلَّا وَحْيًا اَوْ مِنْ وَّرَاۤئِ حِجَابٍ اَوْ يُرْسِلَ رَسُوْلًا فَيُوْحِيَ بِاِذْنِهٖ مَا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ عَلِيٌّ حَكِيْمٌ
Tidak mungkin bagi seorang manusia untuk diajak berbicara langsung oleh Allah, kecuali dengan (perantaraan) wahyu, dari belakang tabir, atau dengan mengirim utusan (malaikat) lalu mewahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Mahatinggi lagi Mahabijaksana.
[QS. Asy-Syura ayat 51]
Dari ayat tersebut kita mengetahui ternyata Allah tidak berbicara kepada manusia kecuali melalui wahyu, atau di balik hijab, atau Allah mengutus utusan(malaikat) untuk menyampaikan wahyu. Nah, ayat tersebut menunjukkan bahwa jalur diturunkannya wahyu kepada para Nabi dan Rasul adalah sebagai berikut :
Pertama, wahyu diturunkan langsung tanpa perantara kepada para Nabi dan Rasul. Diturunkannya wahyu secara langsung ini melalui dua cara, yaitu :
- Melalui mimpi yang benar.
- Berbicara langsung di balik hijab.
Mimpi yang Benar
Diturunkannya wahyu secara langsung adalah melalui mimpi yang benar. Hal ini berdasarkan firman Allah dan sabda Rasulullah sebagai berikut :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”
[QS. Ash-Shaffat ayat 102]
أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِنَ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ
Awal mula wahyu datang kepada Rasulullah adalah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh.
[Muttafaq 'Alaih']
Berbicara Langsung di Balik Hijab
Allah ketika menurunkan wahyu kepada Nabi Musa 'alaihis salam langsung berbicara kepada beliau di balik hijab. Allah berfirman :
وَلَمَّا جَاۤءَ مُوْسٰى لِمِيْقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗۙ قَالَ رَبِّ اَرِنِيْٓ اَنْظُرْ اِلَيْكَۗ قَالَ لَنْ تَرٰىنِيْ وَلٰكِنِ انْظُرْ اِلَى الْجَبَلِ فَاِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوْفَ تَرٰىنِيْۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلْجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوْسٰى صَعِقًاۚ فَلَمَّآ اَفَاقَ قَالَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ
Ketika Musa datang untuk (bermunajat) pada waktu yang telah Kami tentukan (selama empat puluh hari) dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, dia berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” Dia berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu. Jika ia tetap di tempatnya (seperti sediakala), niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka, ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) pada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau. Aku bertobat kepada-Mu dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.”
[QS. Al-A'raf ayat 143]
Kedua, wahyu diturunkan melalui perantara malaikat Jibril . Diturunkannya wahyu dengan perantara ini melalui dua cara, yaitu :
- Malaikat mendatangi Nabi secara langsung.
- Malaikat menjelma sebagai seorang lelaki.
Malaikat Mendatangi Nabi
Ketika malaikat mendatangi Nabi maka terdengar suara yang kuat seperti suara gemerincing lonceng. Rasulullah bersabda :
أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ، وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ، فَيَفْصِمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ
Kadang-kadang datang kepadaku bagaikan gemerincing lonceng, dan itulah yangpaling berat bagiku. Lalu ia pun pergi dan aku telah memahami apa yang telah dikatakannya.
[HR. Bukhari no. 2]
Mengenai suara gemerincing lonceng tersebut, Manna Al-Qotthon dalam kitabnya mabahits fii ulumil-quran menjelaskan : "Dan suara tersebut mungkin adalah suara kepakan sayap-sayap para malaikat,seperti yang ditunjukkan di dalam Al-Hadits : Ketika Allah menghendaki suatu perkara di langit, maka para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena tundukpada firman-Nya, (yang suara kepakan itu) bagaikan gemerincing mata rantai diatas batu-batu yang licin."
Malaikat Menjelma Sebagai Seorang Lelaki
Cara yang kedua adalah malaikat menjelma menjadi seorang lelaki. Rasulullah bersabda :
وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِيَ الْمَلَكُ رَجُلًا، فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ
Dan terkadang malaikat itu menjelma sebagai seorang lelaki lalu ia berbicara kepadaku dan aku pun paham apa yang ia katakan.
[HR. Bukhari no. 2]
D. Ringkasan
- Pengertian wahyu secara bahasa : Pemberitahuan yang cepat dan tersembunyi.
- Pengertian wahyu secara istilah : Kalam Allah yang diturunkan kepada paraNabi-Nya.
- Ada 5 makna penggunaan kata “wahyu” secara bahasa dalam Al-Quran (yaitu) :(1) Ilham kepada manusia; (2) Pemberian naluri kepada hewan; (3) Isyarat;(4) Bisikan setan; (5) Perintah kepada malaikat.
- Ketika Allah hendak memberikan wahyu kepada para Malaikat maka Allah berbicara langsung kepada mereka.
- Ketika Allah hendak memberikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul maka : (1)Allah turunkan wahyu secara langsung, baik melalui mimpi atau mengajak berbicara di balik hijab (2) Allah turunkan melalui perantara, yakni Allah sampaikan pada malaikat lalu malaikat itu datang langsung kepada Nabi dan menyampaikan wahyu atau menjelma menjadi seorang lelaki lalu menyampaikan wahyu itu kepada Nabi.
Demikianlah artikel tentang pengertian wahyu menurut para ahli secara bahasadan istilah. Semoga bermanfaat.
Referensi
- Mabahits fii Ulumil-Quran oleh Manna Al-Qotthon
- Al-Manaar fii Ulumil-Quran oleh DR. Muhammad Ali Hasan
- Al-Itqon fii Ulumil-Quran oleh Jalaluddin As-Suyuthi