Faedah Hadits Arbain Ke 2
Oleh : Adam Rizkala
Dipublikasikan : 12/20/2019
![]() |
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah
ta’ala yang telah menunjukkan hidayah Islam pada orang yang Ia
kehendaki. Shalawat serta salam semoga tetap Allah curahkan kepada Nabi
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya,
serta para pengikutnya hingga hari kiamat.
Setelah panjang
lebar dijelaskan tentang hadits ke 2 dari arbain nawawi, maka ada banyak sekali
faedah yang bisa kita ambil dari hadits tersebut. Berikut ini diantara beberapa
faedah yang bisa kita ambil :
1. Rendah Hati
Dari hadits
tersebut bisa kita ketahui bersama bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
adalah manusia yang sangat rendah hati. Beliau duduk-duduk bersama para sahabat
dan tidak merasa bahwa diri beliau lebih tinggi dari pada mereka meskipun kita
mengetahui bahwa kedudukan beliau adalah seorang Nabi dan Rasul.
2. Malaikat Berwujud Manusia
Malaikat adalah
makhluk Allah yang tercipta dari cahaya. Meskipun demikian, atas izin dari
Allah, malaikat mampu merubah bentuknya menjadi selain bentuk malaikat. Hal ini
berdasarkan hadits tersebut yang menyebutkan bahwa malaikat Jibril datang
kepada Nabi dengan wujud seorang lelaki.
3. Adab Duduk di Depan Guru
Jibril ’alaihis
salam mencontohkan kepada kita bagaimana adab seorang pelajar ketika sedang
berguru. Yakni hendaknya berpakaian yang bersih dan rapi, kemudian duduk di
depan dan mendekat kepada sang guru.
4. Tingginya Kedudukan Islam
Pertanyaan awal
yang diajukan oleh Jibril ‘alaihis salam adalah tentang Islam. Ini
menunjukkan tingginya kedudukan Islam. Oleh karena itulah Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam ketika diutus menjadi seorang Rasul maka beliau memulai
dakwahnya dengan Islam, yakni agar manusia bersyahadat bahwa tidak ada yang
berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.
5. Lima Rukun Islam
Ketika Jibril ‘alaihis
salam bertanya tentang Islam maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam menjawab bahwa rukun Islam ada lima, yakni :
- Syahadat
- Shalat
- Puasa
- Zakat
- Haji
Para ulama
sepakat, siapa yang tidak mengerjakan rukun pertama yakni bersyahadat “Laa
ilaaha illallaah” dan “Muhammad rasulullah” maka hukumnya kafir. Namun rukun-rukun
yang lain terdapat perbedaan pendapat.
Adapun pendapat
yang benar adalah keempat rukun sisanya apabila ditinggalkan hukumnya tidak
kafir kecuali meninggalkan shalat. Abdullah bin Syaqiq rahimahullah
mengatakan : “Para sahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, tidak
berpandangan satupun amalan yang apabila ditinggalkan maka hukumnya kafir
kecuali shalat.”
Namun, apabila
keempat rukun tersebut dikerjakan disertai dengan pengingkaran akan
wajibnya hal tersebut maka hukumnya kafir.
6. Enam Rukun Iman
Setelah
ditanyakan tentang rukun Islam, maka Jibril ‘alaihis salam menanyakan
tentang rukun iman. Maka dijawablah dengan : “Beriman kepada Allah, para
Malaikat-Nya, kitab-kitab Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan takdir baik
maupun buruk.”
Barang siapa
yang mengingkari salah satu dari keenamnya maka ia kafir, dan barang siapa yang
menambahnya maka ia adalah pelaku bid’ah.
7. Antara Islam dan Iman
Islam dan iman
adalah dua hal yang berbeda apabila keduanya disebutkan bersamaan. Hal ini
sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits yang mana Jibril ‘alaihis salam
menanyakan tentang Islam dan iman secara terpisah.
Islam adalah
hal yang berkaitan dengan amalan yang lahir, baik itu berupa ucapan, maupun
pekerjaan anggota badan. Sementara iman adalah hal yang berkaitan dengan batin,
baik itu dengan keyakinan hati maupun pekerjaan hati.
Namun, apabila
keduanya disebutkan secara terpisah, maka ia menjadi bersatu. Apabila
disebutkan tentang Islam maka iman juga termasuk di dalamnya, apabila
disebutkan tentang iman maka Islam juga termasuk di dalamnya.
8. Takdir Baik dan Buruk
Di dalam hadits
disebutkan ada takdir baik ada pula takdir buruk. Namun, pada hakikatnya tidak
ada takdir yang buruk. Hal ini dikarenakan menakdirkan adalah perbuatan Allah.
Sementara kita mengetahui bahwa perbuatan Allah tidak ada yang buruk.
Lantas mengapa
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan ada takdir yang
baik dan ada takdir yang buruk? Jawabannya adalah karena takdir buruk itu bagi
yang ditakdirkan, yaitu makhluk.
Ketahuilah
bahwa setiap takdir yang menurut kita buruk itu selalu ada hikmah di balik
takdir tersebut. Sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Al-Quran :
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).
(QS.
Ar-Rum : 41)
Dalam ayat
tersebut dapat kita ketahui bahwa kerusakan yang terjadi di bumi adalah akibat
ulah manusia. Hikmah adanya fenomena kerusakan tersebut adalah agar manusia
merasakan akibat yang mereka perbuat. Sehingga dengan itulah mereka mau kembali
ke jalan yang benar.
9. Pengetahuan Tentang Kiamat
Ketika
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang kapan
terjadinya hari kiamat maka beliau sama sekali tidak mengetahuinya. Maka sungguh
bodoh apabila ada oknum yang katanya “ustadz” mengetahui kiamat pada tahun
sekian dengan tanda demikian dan tanda-tanda itu akan terjadi pada tahun sekian.
Ini menunjukkan
bahwa seorang Rasul pun yang kedudukannya sangat mulia di sisi Allah tidak
diberi tahu tentang kapan terjadinya hari kiamat. Karena terjadinya kiamat
hanya diketahui oleh Allah. Adapun Rasul hanya memberi tahu tanda-tanda
menjelang datangnya hari kiamat.
10. Diberitahukannya Tanda Kiamat
Tujuan
diberitahukannya tanda kiamat adalah agar kita mempersiapkan amal terbaik
sebelum datangnya hari kiamat. Bukan untuk mencocok-cocokkan tanda-tanda kiamat
dengan fenomena saat ini berdasarkan dugaan semata. Apalagi mencocokkan dengan
berita yang belum tentu bisa dipastikan kebenarannya.
11. Menanyakan Ciri Bila Tidak Mengetahui Sesuatu
Faedah yang
bisa diambil dari pertanyaan Jibril ‘alaihis salam kepada Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam tentang kiamat adalah apabila kita tidak mengetahui suatu
maka kita menanyakan ciri-ciri dari sesuatu tersebut.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari jawaban beliau adalah tatkala kita ditanya tentang apa yang tidak ketahui sepantasnya untuk menjawab "Allahu a'lam".
Para ulama menyebutkan bahwa kalimat itu adalah sebagian dari ilmu. Karena menjawab hal yang belum diketahui adalah sebuah kebodohan. Sementara menjawab hal yang belum diketahui dengan "Allahu a'lam" justru itulah ilmu.
12. Jawaban "Allahu wa Rasuluhu A'lam"
Tatkala Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu ditanya tentang siapakah lelaki yang mendatangi Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam maka beliau hanya menjawab "Allahu wa rasuluhu a'lam" yang artinya adalah "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui."Pelajaran yang dapat kita ambil dari jawaban beliau adalah tatkala kita ditanya tentang apa yang tidak ketahui sepantasnya untuk menjawab "Allahu a'lam".
Para ulama menyebutkan bahwa kalimat itu adalah sebagian dari ilmu. Karena menjawab hal yang belum diketahui adalah sebuah kebodohan. Sementara menjawab hal yang belum diketahui dengan "Allahu a'lam" justru itulah ilmu.
Demikianlah
faedah yang bisa diambil dari hadits tentang Islam Iman dan Ihsan, yakni hadits
arbain ke 2. Semoga Allah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Oleh : Adam Rizkala
SEKILAS TENTANG KITAB HADITS ARBA'IN NAWAWI
Hadits
Arbain An-Nawawi Kitab hadits Arbain an-Nawawi merupakan kitab yang
menghimpun hadits-hadits penting yang termasuk Jawami al-Kalim (singkat
tapi padat makna). Kitab ini berukuran kecil dan tidak asing di tengah
kaum Muslimin, bahkan banyak dihafal oleh para penuntut ilmu di berbagai
penjuru dunia. Hal tersebut karena walaupun kitab ini kecil, namun
sarat dengan nilai-nilai dasar Syariat Islam yang sangat penting, yang
hanya memuat 42, hadits namun merupakan intisari ajaran Islam.
Oleh
karena itu, kami menyajikan buku ini untuk Anda, dalam format: memuat
matan hadits Arbain an-Nawawi dan terjemahnya, berikut intisari
kandungan hadits berdasarkan syarah Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin, yang disajikan dengan bahasa yang lugas dan jelas, simpel
dan praktis, yang menjadikan buku ini cocok untuk dibaca oleh semua
kalangan, baik tua maupun muda, kalangan terpelajar maupun masyarakat
awam. Buku ini adalah rujukan primer bagi kaum Muslimin, bahkan patut
dimasyarakatkan agar dihafal.
Apabila Anda berminat memiliki kitab ini, dapatkan dengan mengklik gambar di bawah ini :
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan komentar yang mencerminkan seorang muslim yang baik :)