Penjelasan Hadits Tentang Islam Iman dan Ihsan - Hadits Arbain ke 2 [Bagian 3]
Oleh : Adam Rizkala
Dipublikasikan : 10/31/2019
![]() |
Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah yang telah memberikan hidayah Islam
kepada kita semua. Shalawat serta salam, semoga tercurahkan kepada Nabi kita
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya,
serta para pengikutnya hingga hari kiamat.
Pada kesempatan
kali ini, kita akan melanjutkan pembahasan kita tentang penjelasan hadits
Islam, Iman dan Ihsan. Telah dijelaskan pada artikel sebelumnya penjelasan
tentang Islam dan Iman, maka pada artikel ini akan kita pelajari bersama
penjelasan tentang Ihsan dan tanda-tanda hari kiamat.
1. Apa Itu Ihsan?
Ihsan berasal
dari kata (أَحْسَنَ – يُحْسِنُ – إِحْسَانًا) yang
bermakna memperbaiki sesuatu dan menyempurnakannya. Makna tersebut ditunjukkan
dalam firman Allah ta’ala :
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ
خَلَقَهُ
Yang membuat segala
sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya
(QS.
As-Sajdah : 7)
Ihsan antara
seorang hamba dengan tuhannya adalah dengan beribadah kepada Allah semata dan
tidak menyekutukan-Nya. Sedangkan ihsan antara sesama hamba adalah dengan
berbuat baik kepada mereka, berteman dengan mereka, mengajak mereka untuk
beribadah kepada Allah, dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat. Allah ta’ala
berfirman :
وَأَحْسِنُوا ۛ
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik
(QS.
Al-Baqarah : 195)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mengatakan bahwa ihsan adalah engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, apabila engkau tidak melihat-Nya maka
sesungguhnya Allah melihatmu.
Ihsan adalah
tingkatan tertinggi dalam agama. Karena orang yang ihsan atau muhsin
selalu merasa menyaksikan Allah dan disaksikan oleh Allah dalam ibadahnya.
Muhsin
terbagi menjadi dua tingkatan. Tingkat yang pertama
adalah musyahadah, dan yang kedua adalah muroqobah.
Tingkatan Musyahadah
Musyahadah
berarti orang yang menyaksikan. Ini adalah tingkatan yang dikatakan Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam :
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ
Engkau
beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya
Maksud
seakan-akan melihat Allah disini adalah seorang muhsin menyaksikan sifat-sifat
Allah ta’ala, bukan menyaksikan Zat-Nya sebagaimana yang dikatakan oleh
sekte sesat kaum sufi. Karena tidak mungkin hal ini terjadi kecuali di hari
kiamat kelak.
Seorang muhsin
pada tingkatan ini menyaksikan tanda-tanda dari sifat-sifat Allah melalui
makhluk-Nya. Ia menyadari bahwa alam semesta yang ia lihat merupakan bukti
kebesaran dan kerajaan Allah ta’ala.
Demikian pula dalam
ibadahnya, ia juga merasa bahwa ia sedang melihat Allah subhanahu wata’ala
dengan matanya karena imannya dan keyakinannya yang sangat kuat. Sehingga
meskipun ia beribadah sedang menghadap tembok, pintu atau semacamnya, ia tidak
menyadari bahwa ia sedang menghadap tembok. Justru ia merasa bahwa seakan-akan
matanya sedang melihat Allah subhanahu wata’ala.
Tingkatan ini
dapat diraih oleh orang-orang yang luas pengetahuannya tentang nama-nama dan
sifat-sifat Allah. Dengan pengetahuan itulah ia memandang segala sesuatu yang
ada di alam semesta merupakan tanda-tanda dari sifat-sifat Allah yang Mulia.
Sehingga ia
selalu merasa bahwa Allah Maha Dekat, Maha Mengawasi, Maha Meliputi segala
sesuatu, dan Allah menyaksikan apa yang ia perbuat. Sampai-sampai ia merasa
malu apabila auratnya tersingkap meskipun dalam kesendirian dimana tidak ada
yang melihatnya kecuali Allah.
Tingkatan Muroqobah
Tingkatan
dibawah musyahadah adalah muroqobah, yang berarti merasa selalu
diawasi oleh Allah. Inilah tingkatan yang disabdakan oleh Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam :
فَإِنْ
لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Apabila
engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Ia sedang melihatmu
Tingkatan ini
adalah tingkatan dimana seseorang merasa selalu diawasi oleh Allah dalam
ibadah dan gerak-gerik kesehariannya. Sehingga ia senantiasa berhati-hati
dalam ibadah dan tingkah lakunya. Ia senantiasa tenang dan khusyuk dalam ibadahnya karena ia tau
bahwa Allah sedang mengawasinya.
2. Kiamat
Kiamat adalah
hari berakhirnya dunia dan dimulainya akhirat. Kiamat adalah hari dimana alam semesta hancur lalu manusia dibangkitkan dari kuburannya. Tidak ada seorangpun yang mengetahui
kapan datangnya hari kiamat, bahkan seorang Nabi sekalipun.
Oleh karena
itulah ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang
kapan terjadinya hari kiamat maka beliau tidak mengetahuinya. Di dalam hadits
disebutkan :
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ،
قَالَ: مَا
الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ
Kemudian
dia berkata : “Beritahukan
aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya).” Beliau shallallaahu
‘alaihi wasallam menjawab : “Yang ditanya tidak
lebih tahu dari pada yang
bertanya.”
Di dalam Al-Quran telah dijelaskan bahwa pengetahuan
tentang kapan terjadinya kiamat hanya diketahui oleh Allah. Allah ta’ala
berfirman :
يَسْأَلُكَ
النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ ۖ
قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللَّهِ
Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit.
Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di
sisi Allah"
(QS. Al-Ahzab : 63)
Meskipun demikian, perihal tanda-tanda dekatnya hari
kiamat telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
kepada kita. Di dalam hadits dijelaskan :
قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِها، قَالَ: أَنْ تَلِدَ
الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرى الْحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ
الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ
Dia
berkata : ”Beritahukan
aku tentang tanda-tandanya!“ Beliau bersabda : “Jika seorang hamba sahaya melahirkan
tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi
penggembala domba, (kemudian)
berlomba-lomba meninggikan bangunannya.“
3. Tanda-tanda Dekatnya Hari Kiamat
Secara umum, tanda-tanda kimat terbagi menjadi dua.
Yaitu tanda-tanda kecil dan tanda-tanda besar. Dan tanda-tanda tersebut
sangatlah banyak dijelaskan di dalam Al-Quran maupun Al-Hadits.
Di dalam hadits tersebut dijelaskan 2 tanda yang akan
terjadi menjelang datangnya hari kiamat yang mana kedua tanda tersebut merupakan kategori tanda-tanda kecil. Kedua tanda tersebut yaitu :
- Seorang budak melahirkan majikannya
- Seorang bertelanjang kaki, dada, miskin dan pengembala domba berlomba-lomba meninggikan bangunan
Adapun dimaksud dengan seorang budak melahirkan
majikannya, para ulama terbagi menjadi 2 pendapat, yaitu :
- Pendapat pertama mengatakan, maksudnya adalah di akhir zaman akan banyak terjadi pergundikan. Maka anak perempuan dari budak tersebut statusnya merdeka karena mengikuti bapaknya, sementara ibunya adalah budak.
- Pendapat kedua mengatakan, maksudnya adalah akan terjadi banyak kedurhakaan kepada orang tua di akhir zaman. Sehingga seakan-akan anak menjadi majikan bagi ibunya sendiri.
Adapun maksud seorang bertelanjang kaki, dada, miskin,
dan pengembala domba adalah orang Arab badui. Awalnya mereka adalah orang yang
miskin, tidak beralas kaki, pakaian yang dikenakan adalah pakaian yang jelek
dan tidak sempurna, tinggal dipadang pasir, dan pekerjaan mereka adalah
pengembala domba.
Namun, diakhir zaman mereka akan berlomba-lomba
membangun bangunan yang tinggi-tinggi. Dan kita telah menyaksikannya saat ini di negara-negara Arab.
4. Malaikat Berwujud Manusia
Pada akhir hadits, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bertanya kepada Umar bin Khattab perihal siapakah lelaki berambut hitam berpakaian putih yang datang dan bertanya pada beliau tentang Islam, Iman dan Ihsan serta tanda kiamat.
Maka Umar hanya mengatakan "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Lalu beliaupun memberi tahu bahwa lelaki itu ternyata adalah malaikat Jibril 'alaihis salam yang merubah bentuknya menjadi manusia untuk mengajarkan agama pada para sahabat yang hadir di majelis tersebut.
Demikianlah penjelasan hadits arbain kedua, yakni hadits tentang Islam Iman dan Ihsan. Pada artikel berikutnya akan kita pelajari faedah apa saja yang dapat kita ambil dari hadits tersebut.
Oleh : Adam Rizkala
Refrensi :
Maka Umar hanya mengatakan "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Lalu beliaupun memberi tahu bahwa lelaki itu ternyata adalah malaikat Jibril 'alaihis salam yang merubah bentuknya menjadi manusia untuk mengajarkan agama pada para sahabat yang hadir di majelis tersebut.
Demikianlah penjelasan hadits arbain kedua, yakni hadits tentang Islam Iman dan Ihsan. Pada artikel berikutnya akan kita pelajari faedah apa saja yang dapat kita ambil dari hadits tersebut.
Oleh : Adam Rizkala
SEKILAS TENTANG KITAB HADITS ARBA'IN NAWAWI
Hadits
Arbain An-Nawawi Kitab hadits Arbain an-Nawawi merupakan kitab yang
menghimpun hadits-hadits penting yang termasuk Jawami al-Kalim (singkat
tapi padat makna). Kitab ini berukuran kecil dan tidak asing di tengah
kaum Muslimin, bahkan banyak dihafal oleh para penuntut ilmu di berbagai
penjuru dunia. Hal tersebut karena walaupun kitab ini kecil, namun
sarat dengan nilai-nilai dasar Syariat Islam yang sangat penting, yang
hanya memuat 42, hadits namun merupakan intisari ajaran Islam.
Oleh
karena itu, kami menyajikan buku ini untuk Anda, dalam format: memuat
matan hadits Arbain an-Nawawi dan terjemahnya, berikut intisari
kandungan hadits berdasarkan syarah Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin, yang disajikan dengan bahasa yang lugas dan jelas, simpel
dan praktis, yang menjadikan buku ini cocok untuk dibaca oleh semua
kalangan, baik tua maupun muda, kalangan terpelajar maupun masyarakat
awam. Buku ini adalah rujukan primer bagi kaum Muslimin, bahkan patut
dimasyarakatkan agar dihafal.
Apabila Anda berminat memiliki kitab ini, dapatkan dengan mengklik gambar di bawah ini :
Refrensi :
- Al-Arbaun An-Nawawiyyah : Imam An-Nawawi
- Syarah Al-Arbain An-Nawawiyyah : Syaikh Al-Utsaimin
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan komentar yang mencerminkan seorang muslim yang baik :)