Penjelasan Hadits Tentang Islam Iman dan Ihsan - Hadits Arbain ke 2 [Bagian 2]
Oleh : Adam Rizkala
Dipublikasikan : 9/09/2019
![]() |
Segala puji hanya bagi Allah, yang telah menurunkan kitab Al-Quran yang lurus
kepada hamba-Nya yang tidak ada kebengkokan di dalamnya.
Ya Allah,
semoga Engkau limpahkan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad,
keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang baik hingga hari
kiamat.
Telah
dijelaskan pada artikel sebelumnya penjelasan hadits kedua dari kitab arbain
nawawi yakni tentang Islam. Pada artikel ini akan kita lanjutkan pembahasan
hadits tersebut yakni tentang Iman.
1. Apa itu Iman?
Iman
berarti membenarkan, mengakui, atau mempercayai dengan pasti tanpa adanya
keraguan yang mengharuskan adanya penerimaan dan ketundukan. Menurut ahlusunnah
wal jama’ah iman itu terdiri dari 3 unsur yang tidak dapat dipisiahkan, yakni
:
- Keyakinan
- Ucapan
- Perbuatan
Allah ta’ala
berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ
آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا
بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ
أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang benar.
(QS.
Al-Hujurat : 15)
Orang yang
beriman adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan tidak ada
keraguan di dalam hatinya sedikitpun. Ayat ini menunjukkan bahwa keyakinan
hati adalah bagian dari iman.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ
وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا
وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ﴿٢﴾ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ﴿٣﴾ أُولَٰئِكَ هُمُ
الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang
yang beriman dengan sebenar-benarnya.
(QS. Al-Anfal : 2-4)
Ayat diatas
menyatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang ketika disebut nama Allah
maka bergetarlah hati mereka. Ini menunjukkan bahwa perbuatan hati
adalah bagian dari iman. Demikian pula mendirikan shalat dan berinfak. Ini juga
menunjukkan bahwa perbuatan anggota badan juga bagian dari iman.
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda :
الْإِيمَانُ
بِضْعٌ وَسَبْعُونَ - أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ - شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ،
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ
Iman itu ada 70 lebih cabang – atau 60 lebih – yang paling utama adalah
ucapan “Laa ilaaha illallaah” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan
gangguan dari jalan, dan malu adalah cabang dari iman.
(HR. Muslim : 35)
Hadits ini juga
menunjukkan bahwa iman itu terdiri dari keyakinan hati, ucapan, dan perbuatan.
Mengucapkan laa ilaaha illallaah adalah dengan ucapan,
menyingkirkan gangguan dari jalan adalah dengan perbuatan, sedangkan
malu adalah dengan hati.
Iman dapat bertambah
dengan ketaatan dan dapat berkurang dengan kemaksiatan. Allah ta’ala
berfirman :
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ
النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
(Yaitu) orang-orang
(yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang
mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu
menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong
kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung".
(QS.
Ali Imran : 173)
Keyakinan bahwa
iman bisa bertambah dan berkurang adalah aqidah ahlusunnah wal jama’ah. Siapa
yang mengatakan iman tidak bisa bertambah dan tidak bisa berkurang maka ia
adalah pelaku bid’ah.
Kesimpulannya
iman itu terdiri dari keyakinan, ucapan, dan perbuatan dan ia bisa bertambah
dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Oleh karena itu maka dapat
dikatakan :
- Siapa yang meyakini dan mengucapkan saja tetapi ia meninggalkan amal sementara ia mampu melakukannya maka dia bukanlah orang yang beriman.
- Siapa yang meninggalkan sebagian amal maka bisa jadi ia kafir bisa jadi ia kurang imannya. Apabila yang ditinggalkan adalah shalat maka ia kafir, apabila yang ditinggalkan selain shalat berarti ia orang yang kurang keimanannya.
- Siapa yang meyakini saja namun tidak mengucapkan dua kalimat syahadat dan beramal maka dia bukanlah orang yang beriman. Karena Abu Thalib pun mengakui dan meyakini kerasulan keponakannya akan tetapi keyakinannya itu tidak menjadikan ia sebagai seorang mukmin.
- Siapa yang mengucapkan dan beramal saja tetapi tidak meyakini di dalam hatinya maka dia juga bukan orang yang beriman. Bahkan ia adalah orang munafik yang Allah tempatkan di neraka yang terdalam.
2. Berkumpulnya Antara Islam dan Iman
Dari pembahasan
Islam dan Iman yang telah kita ketahui bersama maka wajib bagi kita untuk
menggabungkan antara Islam dan Iman. Yakni Islam secara lahir dan Iman secara
batin.
Apabila hanya
berislam saja tanpa adanya iman maka ini adalah munafik. Karena orang munafik
berislam secara lahir akan tetapi tidak ada keimanan di dalam hati mereka.
Mereka
melaksanakan rukun Islam, seperti bersyahadat, shalat, puasa, zakat dan haji
akan tetapi tidak ada iman di dalam hati mereka. Oleh karena itulah mereka
ditempatkan oleh Allah di neraka yang paling dalam. Allah ta’ala
berfirman :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ
الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari
neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi
mereka.
(QS.
An-Nisa : 145)
3. Rukun Pertama : Iman kepada Allah
Beriman kepada
Allah mencakup 4 perkara yang tidak boleh dipisahkan, yakni :
- Beriman dengan wujud-Nya
- Beriman dengan rububiyyah-Nya
- Beriman dengan uluhiyyah-Nya
- Beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya
Pertama, beriman dengan wujud-Nya. Yakni seorang hamba beriman bahwa Allah adalah Rabb yang wujud. Iman
dengan wujud Allah ini adalah fitrah semua manusia. Tak ada satupun yang
mengingkari wujud Allah bahkan Firaun sekalipun. Musa berkata pada Firaun :
قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزَلَ
هَٰؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ
Musa menjawab:
"Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan
mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai
bukti-bukti yang nyata
(QS.
Al-Isra : 102)
Kedua,
beriman dengan rububiyyah-Nya. Yakni
seorang hamba beriman bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb yang merajai,
menciptakan, dan mengatur alam semesta. Allahlah satu-satunya yang menghidupkan
dan mematikan. Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ
رَبَّكُمُ اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ
عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ
وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya Tuhan
kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu
Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.
(QS.
Al-A’raf : 54)
Ketiga,
beriman dengan Uluhiyyah-Nya. Yakni
seoang hamba beriman bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak di sembah dan
tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah ta’ala berfirman :
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ
إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ
لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Allah menyatakan bahwasanya
tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan.
Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
(QS.
Ali Imran : 18)
Keempat,
beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Yakni seorang hamba beriman bahwa Allah memiliki
nama-nama dan sifat-sifat yang mulia dan sempurna serta tidak sama dengan
makhluk-Nya. Wajib bagi kita untuk beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat
yang telah Allah dan rasul tetapkan untuk Allah sendiri. Allah ta’ala
berfirman :
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ
لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ
Dialah Allah, tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna
(nama-nama yang baik)
(QS.
Thaha : 8)
Tidak boleh
kita memalingkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya kepada yang nama atau sifat lain
atau menelantarkan dalil-dalil yang membicarakan tentang sifat-sifat Allah.
Allah ta’ala berfirman :
وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي
أَسْمَائِهِ
dan tinggalkanlah
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya.
(QS.
Al-A’raf : 180)
Tidak boleh
juga kita bertanya-tanya tentang bagaimana sifat-sifat Allah atau menyerupakan
sifat Allah dengan makhluk-Nya. Allah ta’ala berfirman :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ
وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatupun
yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.
(QS.
Asy-Syura : 11)
4. Rukun Kedua : Iman kepada Malaikat
Yakni beriman
bahwa malaikat adalah salah satu diantara makhluk Allah dan tentara-tentara
Allah yang Allah ciptakan dari cahaya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
خُلِقَتِ
الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ
Malaikat diciptakan dari cahaya
(HR. Muslim : 2996)
Malaikat adalah salah satu makhluk ghaib
yang Allah ciptakan. Malikat itu bemacam-macam yang setiap macamnya memiliki
tugas tersendiri yang Allah serahkan pada mereka. Seperti Jibril yang Allah
tugaskan untuk menyampaikan wahyu, Israfil yang Allah tugaskan untuk meniupkan
sangkakala, dan lain-lain.
Iman kepada malaikat mencakup dua hal,
yakni :
- Pertama, beriman terhadap nama-nama mereka yang disebutkan di dalam Al-Quran dan Al-Hadits yang shahih. Seperti Jibril, Mikail, dan Israfil.
- Kedua, beriman terhadap tugas-tugas atau pekerjaan mereka, seperti Jibril sebagai pembawa wayhu, Mikail yang ditugaskan mengurus hujan dan tumbuh-tumbuhan, Israfil yang ditugaskan meniup sangkakala, dan lain-lain.
Iman kepada Malaikat terbagi menjadi dua,
yaitu :
Pertama, beriman kepada
Malaikat secara global. Yakni beriman bahwa Malaikat adalah hamba Allah dan
ciptaan Allah yang diciptakan dari cahaya. Mereka adalah ruh-ruh yang suci dan
mulia yang Allah jadikan di sisi-Nya, yakni di langit.
Kemudian Allah tugaskan mereka ke bumi,
maka merekapun turun atas izin dari Allah. Allah ta’ala berfirman :
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ
فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan.
(QS.
Al-Qadr : 4)
Kedua, beriman kepada
Malaikat secara rinci. Yakni beriman terhadap Malaikat yang dikabarkan oleh
Allah di dalam Al-Quran dan yang dikabarkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam dalam Al-Hadits, baik itu nama-namanya, sifat-sifatnya, maupun
tugas-tugasnya.
5. Rukun Ketiga : Iman kepada Kitab-kitab
Yakni beriman
bahwa Allah menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya, yang mana kitab-kitab
itu adalah kalam-Nya, wahyu-Nya, yang di dalamnya terdapat syariat Allah,
perintah-Nya dan larangan-Nya. Allah ta’ala berfirman :
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً
فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ
الْكِتَابَ
Manusia itu adalah
umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi,
sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab
(QS.
Al-Baqarah : 213)
Kitab-kitab
tersebut Allah turunkan untuk menerangkan antara yang benar dan salah, dan
memberi petunjuk pada manusia. Kitab-kitab itu sangatlah banyak dan tidak ada
yang mengetahuinya selain Allah.
Iman kepada
kitab-kitab Allah mencakup 4 hal :
- Pertama, beriman bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar diturunkan oleh Allah kepada para utusan-Nya.
- Kedua, beriman terhadap semua yang dikabarkan oleh kitab-kitab tersebut selama kabar tersebut tidak diubah-ubah. Terutama Al-Quran, karena ia adalah kitab yang terjaga dari perubahan, penambahan, dan pengurangan.
- Ketiga, beriman dengan hukum-hukum syariat yang ada di dalam kitab tersebut, termasuk syariat kitab sebelum Al-Quran yang tidak menyelisihi dalam syariat Al-Quran.
- Keempat, beriman terhadap nama-nama kitab yang telah kita ketahui namanya dari Al-Quran, Al-Hadits yang shahih, atau kabar yang shahih seperti : Taurat, Injil, Zabur, Al-Quran, Shuhuf Ibrahim dan Shuhuf Musa. Masih banyak lagi kitab-kitab yang tidak Allah kabarkan kepada kita, dan kita juga wajib mengimaninya.
6. Rukun Keempat : Iman kepada Para Rasul
Yakni beriman
kepada seluruh utusan Allah mulai utusan pertama hingga utusan yang terakhir,
baik yang namanya kita ketahui maupun tidak. Tidak boleh mengimani sebagian dan
kufur pada sebagian yang lain, karena itu adalah kekufuran yang hakiki. Allah ta’ala
beriman :
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ
وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ
نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُوا بَيْنَ
ذَٰلِكَ سَبِيلًا ﴿١٥٠﴾
أُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا
Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud
memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan
mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap
sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil
jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang
yang kafir sebenar-benarnya
(QS.
An-Nisa : 150-151)
Rasul yang
pertama kali diutus adalah Nuh ‘alaihissalam, sementara Nabi yang
pertama adalah Adam ‘alaihissalam. Diantara Adam dan Nuh terdapat
Nabi-nabi, hanya saja Rasul yang pertama adalah Nuh ‘alaihissalam. Allah
ta’ala berfirman :
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا
أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ
Sesungguhnya Kami
telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada
Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya
(QS.
An-Nisa : 163)
Adapun Rasul
yang terakhir adalah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Allah ta’ala
berfirman :
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ
مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
Muhammad itu
sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.
(QS.
Al-Ahzab : 40)
Iman kepada
para Rasul mencakup dua hal, yakni :
- Pertama, beriman secara menyeluruh bahwa Allah mengutus para utusan-Nya untuk mendakwahkan tauhid pada kaumnya, dan mereka menyampaikan apa yang diperintagkan kepada mereka, dan Allah menguatkan mereka dengan mukjizat, bukti-bukti, dan ayat-ayat yang menunjukkan benarnya mereka.
- Kedua, beriman secara rinci. Yakni beriman dengan keadaan mereka bersama kaumnya, nama-nama mereka seperti Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad, dan kitab-kitab yang mereka bawa, dan lain-lain.
7. Rukun Kelima : Iman kepada Hari Akhir
Yakni beriman bahwa
hari akhir pasti terjadi dan kita akan menjumpai hari tersebut. Seluruh manusia
akan dibangkitkan dari kuburnya dan akan menghadap Allah Rabbnya semesta alam. Allah
ta’ala berfirman :
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا
رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ
dan sesungguhnya
hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah
membangkitkan semua orang di dalam kubur.
(QS. Al-Hajj : 7)
Maka wajib bagi
seorang mukmin untuk mempersiapkan bekal dengan amal shalih untuk menghadapi
hari tersebut.
Beriman dengan
hari akhir mencakup empat hal, yakni :
- Pertama, beriman bahwa hari akhir pasti terjadi dan Allah akan membangkitkan setiap manusia yang berada di dalam kuburannya. Mereka akan Allah hidupkan kembali ketika sangkakala ditiupkan dan manusia akan berdiri menghadap Allah tuhan semesta alam.
- Kedua, beriman terhadap segala sesuatu yang Allah sebutkan di dalam Al-Quran dan yang disebutkan oleh Nabi dalam hadits yang shahih tentang hari akhir.
- Ketiga, beriman terhadap apa yang ada di hari akhir seperti haud, syafaat, shirat, surga, dan neraka.
- Keempat, beriman dengan nikmat dan siksa kubur.
8. Rukun Keenam : Iman kepada Qodar Baik dan Buruk
Qodar adalah
segala sesuatu yang telah Allah takdirkan hingga datangnya hari kiamat. Tidaklah
segala sesuatu itu terjadi melainkan dengan qadar-Nya. Allah ta’ala
berfirman :
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ
بِقَدَرٍ
Sesungguhnya Kami
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran
(QS.
Al-Qomar : 49)
Beriman kepada
qodar mencakup empat perkara, yakni :
Pertama, beriman dengan ilmunya Allah yang ‘azali, abadi
dan meliputi segala sesuatu. Yakni beriman bahwa Allah mengetahui segala
sesuatu baik yang sedang terjadi maupun yang akan datang. Allah ta’ala
berfirman :
وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu
(QS.
Al-Baqarah : 282)
Kedua, beriman bahwa Allah menulis segala sesuatu yang akan
terjadi di hari kiamat di lauhul mahfuz. Allah ta’ala berfirman :
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ
وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ
وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُّبِينٍ
Sesungguhnya Kami
menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka
kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami
kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).
(QS.
Yasin : 12)
Ketiga,
beriman bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi
dan apa yang tidak dikehendaki Allah pasti tidak akan terjadi. Allah ta’ala
berfirman :
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ
Jikalau Tuhanmu
menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya
(QS.
Al-An’am : 112)
Keempat, beriman bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan
takdir yang sudah ditentukan, baik itu waktunya, ukurannya, sifatnya dan lain
sebagainya. Allah ta’ala berfirman :
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ
تَقْدِيرًا
dan dia telah menciptakan
segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
(QS.
Al-Furqon : 2)
Demikianlah
penjelasan hadits arbain ke 2 yakni hadits tentang islam, iman, dan ihsan
pembahasan iman. Insya Allah akan dilanjut pada pembahasan ihsan pada artikel
selanjutnya. Semoga Allah jadikan kita hamba beriman yang hakiki. Amiin.
Oleh : Adam Rizkala
SEKILAS TENTANG KITAB HADITS ARBA'IN NAWAWI
Hadits
Arbain An-Nawawi Kitab hadits Arbain an-Nawawi merupakan kitab yang
menghimpun hadits-hadits penting yang termasuk Jawami al-Kalim (singkat
tapi padat makna). Kitab ini berukuran kecil dan tidak asing di tengah
kaum Muslimin, bahkan banyak dihafal oleh para penuntut ilmu di berbagai
penjuru dunia. Hal tersebut karena walaupun kitab ini kecil, namun
sarat dengan nilai-nilai dasar Syariat Islam yang sangat penting, yang
hanya memuat 42, hadits namun merupakan intisari ajaran Islam.
Oleh
karena itu, kami menyajikan buku ini untuk Anda, dalam format: memuat
matan hadits Arbain an-Nawawi dan terjemahnya, berikut intisari
kandungan hadits berdasarkan syarah Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin, yang disajikan dengan bahasa yang lugas dan jelas, simpel
dan praktis, yang menjadikan buku ini cocok untuk dibaca oleh semua
kalangan, baik tua maupun muda, kalangan terpelajar maupun masyarakat
awam. Buku ini adalah rujukan primer bagi kaum Muslimin, bahkan patut
dimasyarakatkan agar dihafal.
Apabila Anda berminat memiliki kitab ini, dapatkan dengan mengklik gambar di bawah ini :
Refrensi
:
- Al-Arbaun An-Nawawiyyah : Imam An-Nawawi
- Jamiul Ulum wal Hikam : Ibnu Rajab
- Syarah Al-Arbain An-Nawawiyyah : Al-Utsaimin
- Syarah Al-Arbain An-Nawawiyyah : Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh
- Al-Minhatur Rabbaniyyah fii Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah : Shalih Al-Fauzan
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan komentar yang mencerminkan seorang muslim yang baik :)