Tujuan Hidup Manusia Menurut Islam
Oleh : Adam Rizkala
Dipublikasikan : 5/18/2019
![]() |
“Apa tujuan Anda
hidup di dunia ini?” Saya yakin akan ada banyak versi jawaban ketika pertanyaan
itu diajukan kepada Anda.
Ada yang
mengatakan tujuan hidup adalah untuk berbuat sebaik mungkin kepada sesama
manusia.
Ada yang
mengatakan tujuan hidup adalah untuk menjadi kaya.
Ada juga yang
mengatakan tujuan hidup adalah untuk membahagiakan orang tua.
Bahkan ada juga
yang menjadikan kekuasaan sebagai tujuan hidupnya.
Tentu semua jawaban
itu tidak terlepas dari apa yang mendorongnya untuk meniti jalan tersebut.
Ketika kita
masih kecil, sering kali kita ditanya oleh bapak atau ibu guru kita tentang apa
yang menjadi tujuan hidup kita atau tentang apa yang kita cita-citakan.
Jawabannya pun juga bermacam-macam.
Ada yang ingin
jadi orang kaya, ada yang ingin jadi dokter, ada yang ingin jadi polisi dan
sebagainya. Semua itu dengan mudah kita ucapkan seakan pasti kita akan menjadi
apa yang kita impikan.
Namun, rupanya semua
itu berubah tatkala kita menginjak usia dewasa. Di usia ini kita mulai mengetahui
bahwa hidup tidak semudah apa yang kita bayangkan. Kita sadar bahwa semua itu
perlu usaha yang keras untuk sukses mencapainya.
Betapa banyak
usaha dan upaya kita lakukan demi mencapai apa yang menjadi tujuan kita. Waktu dan
harta juga harus kita korbankan demi sukses menggapai apa yang kita impikan.
Sekolah
bertahun-tahun, menghabiskan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Pergi pagi,
pulang sore, tugas bertumpuk, tuntutan rangking tinggi dari orang tua, rasa
malu kalau tidak naik kelas atau tidak lulus, semua itu menjadi beban yang sangat
berat untuk kita.
Dilanjutkan lagi
dengan kuliah demi memperoleh gelar sarjana. Biaya yang mahal, makalah dirobek,
dosen killer, skripsi ditolak, semua itu harus kita hadapi untuk meraih
gelar sarjana.
Lalu kita ikuti
seminar-seminar untuk meraih apa yang kita tuju. Bahkan pergi jauh meninggalkan
keluarga, istri, anak-anak, dan orang tua juga kita tempuh demi sebuah impian.
Namun, tak sedikit
dari kita justru gagal meraih mimpi yang kita jadikan sebagai tujuan
hidup.
Dan memang
begitulah kehidupan dunia. Penuh dengan ketidakpastian dan tidak menentu. Apa yang kita perjuangkan
mati-matian ternyata tak membuahkan hasil seperti apa yang diinginkan.
Apabila kita
pikir-pikir, kegagalan dan kesuksesan akan selalu ada dalam kehidupan kita.
Kalau tidak sukses maka ya kita gagal. Sebaliknya, kalau tidak gagal maka ya kita
sukses. Hanya salah satu diantara dua pilihan itulah yang akan kita alami.
Tahukah Anda bahwa dibalik kedua pilihan tersebut ternyata ada fenomena yang jarang kita sadari. Apakah itu? Yaitu “Kematian!”
Keberhasilan
dan kegagalan yang baru saja kita persepsikan ternyata bukanlah akhir dari
segalanya. Karena, sesungguhnya ada “kematian” yang akan memisahkan kita
dari kedua hal tersebut.
Kematian adalah perkara yang nyata, jelas dan dekat. Semua yang kita jadikan
impian dan tujuan hidup duniawi akan sirna ditelan oleh kematian. Tak ada satupun
dari kita yang mampu menolak, mengundur dan memajukan waktu kematian kita.
Allah ta’ala
berfirman :
مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا
يَسْتَأْخِرُونَ
Tidak (dapat) sesuatu umatpun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat
pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu).
(QS.
Al-Mu’minun : 43)
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam menggambarkan hidup manusia bagaikan
didalam sebuah persegi empat yang mengelilinginya. Di dalam
persegi empat itu terdapat sebuah
garis lurus yang melewati persegi empat yang digambarkan sebagai cita-cita manusia.
Apabila
manusia keluar dari persegi empat tersebut berarti dia sudah keluar dari
kehidupannya. Ini menunjukkan bahwa cita-cita manusia terlalu jauh untuk
dicapai dan melampaui batas ajalnya.
Dalam sebuah hadits dijelaskan :
خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ وَخَطَّ خُطَطًا
صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِي فِي الْوَسَطِ
وَقَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ أَوْ قَدْ أَحَاطَ بِهِ
وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ
الْأَعْرَاضُ فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا
نَهَشَهُ هَذَا
Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam membuat gambar persegi empat, lalu menggambar garis
panjang di tengah persegi empat tadi dan keluar melewati batas persegi itu.
Kemudian beliau juga membuat garis-garis kecil di dalam
persegi tadi, di sampingnya: (persegi yang digambar Nabi).
Lalu beliau bersabda : “Ini adalah manusia, dan (persegi
empat) ini adalah ajal yang mengelilinginya, dan garis (panjang) yang keluar
ini, adalah cita-citanya. Dan garis-garis kecil ini adalah
penghalang-penghalangnya.
Jika tidak (terjebak) dengan (garis) yang ini, maka kena
(garis) yang ini. Jika tidak kena (garis) yang itu, maka kena (garis) yang
setelahnya. Jika tidak mengenai semua (penghalang) tadi, maka dia pasti
tertimpa tua renta.
(HR. Bukhari : 6417)
Keterangan :
- Garis Biru : Batas hidup manusia
- Garus Merah : Cita-cita atau angan-angan manusia
- Garis Hitam : Masalah/rintangan yang dihadapi manusia
Subhanallaah..!
Betapa pendeknya umur kita dan betapa jauhnya apa yang kita angan-angankan!
Lalu, apa hakikat
tujuan hidup ini apabila ternyata ujungnya adalah kematian? Untuk apa
kita meraih angan-angan setinggi langit sementara kematian dapat memisahkan kita
dengan angan-angan tersebut?
Maka ketahuilah
wahai saudaraku, bahwa tujuan kita hidup di dunia ini adalah semata-mata
untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah ta’ala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya
untuk beribadah kepadaKu”
(Q.S
Adz-Dzariyat : 56)
Ayat tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa tujuan
diciptakannya dua makhluk –jin dan manusia– adalah untuk beribadah
kepada Allah ta’ala. Tidak ada tujuan lain kita dihidupkan di dunia ini
selain untuk beribadah kepada-Nya.
Betapa banyak dari kita yang tidak sadar akan hal ini.
Padahal kita menyadari bahwa ujung dari kehidupan kita adalah kematian.
Namun, betapa banyak dari kita yang justru menjadikan
finish dalam hidupnya adalah kehidupan dunia karena menyangka tidak akan
dibangkitkan setelah kematian. Allah ta’ala berfirman :
أَلَا يَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوثُونَ ﴿٤﴾ لِيَوْمٍ عَظِيمٍ ﴿٥﴾ يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ
الْعَالَمِينَ ﴿٦﴾
Tidaklah
orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, (4)
pada
suatu hari yang besar, (5)
(yaitu)
hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (6)
(QS.
Al-Muthaffifin : 4-6)
Tahukah Anda? Adanya kehidupan akhirat adalah bukti
bahwa Allah Maha Adil! Seandainya tidak ada kehidupan setelah mati niscaya
kehidupan di dunia kita saat ini hanyalah sia-sia.
Seandainya tidak ada kehidupan setelah kematian maka
dengan apa lagi permasalahan yang belum terselesaikan di dunia akan di adili??
Maka sangatlah mustahil apabila tidak ada kehidupan setelah kematian sebagaimana mustahilnya Allah tidak
berbuat Adil.
Apabila kita ibaratkan, dunia ini bagaikan ladang
bercocok tanam untuk kehidupan kelak di akhirat. Sedangkan akhirat adalah
tempat dimana kita akan menuai apa yang telah kita tanam ketika di dunia.
Pengibaratan tersebut menunjukkan bahwa dunia
hanyalah fasilitas dan sarana untuk menuju akhirat. Ia bukan tujuan hidup
kita yang sesungguhnya. Karena kita akan berpisah dengannya melalui kematian
kita.
Dunia
ini telah didesain oleh Allah sebagai
fasilitas untuk beribadah. Allah menciptakan langit, bumi beserta isinya dengan
tujuan yang jelas.
Tidak
ada satupun ciptaan Allah yang sia-sia. Semua ciptaan Allah selalu ada fungsi dan hikmahnya. Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
مَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا
بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ وَالَّذِينَ كَفَرُوا
عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ
Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang
ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan
kepada mereka.
(QS. Al-Ahqaaf : 3)
Segala
yang ada di dunia telah Allah sediakan agar manusia bisa mengambil manfaatnya. Allah
telah menyediakan hewan untuk dimakan agar manusia tidak kelaparan dalam menjalankan ibadah.
وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ
وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu;
padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan
sebahagiannya kamu makan.
(Q.S
Al-An’am : 5)
Allah
telah menurunkan pakaian untuk manusia agar bisa menutup auratnya ketika
beribadah kepada-Nya.
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ
لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ
التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ
يَذَّكَّرُونَ
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.
(Q.S
Al-A’raf ayat 26)
Allah
juga telah menurunkan besi untuk dimanfaatkan
oleh manusia untuk kendaraan, tempat tinggal, dan semacamnya. Ia berfirman :
وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ
وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ
dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan
yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi
itu)
(Q.S
Al-Hadid : 25)
Allah
telah menurunkan hujan untuk diminum agar manusia tidak kehausan dalam
melaksanakan ibadahnya. Dengan
hujan inilah Allah tumbuhkan tumbuh-tumbuhan agar manusia bisa memakannya.
وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ
مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu
(QS. Al-Baqarah : 22)
Semua ayat tersebut menunjukkan kepada kita bahwa dunia
ini hanyalah fasilitas, bukan tujuan hidup. Ia diciptakan untuk memudahkan
kita beribadah kepada-Nya. Karena tujuan hidup kita di dunia ini adalah untuk
beribadah.
Oleh karena itu, hendaknya kita jadikan dunia yang
kita miliki saat ini sebagai sarana penunjuang kelancaran ibadah kita.
Janganlah kita jadikan ia sebagai tujuan hidup!
Mari kita ubah prioritas kehidupan kita hanya untuk
akhirat. Hilangkanlah kecintaan terhadap dunia dan ketakutan terhadap kematian.
Karena betapapun kita mencintai dunia dan takut akan kematian, maka pasti
kita akan jumpai kematian itu.
Apabila kita jadikan dunia sebagai tujuan hidup, maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya semua yang ada di dunia ini akan hancur dan
binasa! Allah ta’ala berfirman :
كُلُّ
مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
(QS. Ar-Rahman : 26)
Kemudian kita akan dimintai pertanggungjawaban atas
apa yang telah kita lakukan semasa di dunia. Bila kita menjalankan ibadah yang
Allah amanatkan kepada kita maka selamatlah kita. Namun, bila kita tidak
menjalankan ibadah yang Allah amanatkan kepada kita maka celakalah kita.
Demikianlah sedikit nasehat tentang tujuan hidup
manusia menurut Islam. Semoga dengan nasehat ini kita bisa merubah pola pikir kita terhadap
dunia dengan menjadikannya sebagai sarana ibadah dan akhirat sebagai tujuan kita.
Amiin.
Oleh : Adam Rizkala
Nasihat ini mengingatkan saya kepada kematian dan jauhkan cinta dunia.
ReplyDeleteSangat bermanfaat artikel, lanjtukan tulisan mu kak. Adam Rizkala sukses selalu
Dalil tujuan hidup apa ya kak,beserta tujuan nya ?🙏
ReplyDeleteوَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Delete“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu”
(Q.S Adz-Dzariyat : 56)