Pengertian Akhlak dalam Islam Sesuai Al-Quran dan As-Sunnah
Oleh : Adam Rizkala
Dipublikasikan : 4/06/2019
![]() |
Islam adalah
agama yang sempurna. Agama Islam tidak hanya mengatur hubungan seorang hamba
dengan tuhannya. Akan tetapi, Islam juga mengatur hubungan sesama manusia.
Islam sangatlah menekankan pentingnya akhlak. Bahkan,
salah satu diantara tujuan diutusnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Pada kesempatan kali ini, kita akan mengetahui bersama
bagaimana konsep dan pengertian akhlak dalam Islam; mulai dari pengertiannya, urgensinya,
sumber pengambilannya dan lain sebagainya.
A. Apa Itu Akhlak?
Akhlak (الأخلاق) secara
etimologi, berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata khu-lu-qun (خُلُقٌ) yang berarti
budi pekerti; perangai; watak; atau tabiat.
Adapun pengertian akhlak secara terminologi dapat kita
ketahui dari pendapat beberapa ulama sebagai berikut :
1. Al-Jurnjaani
عِبَارَةٌ عَنْ هَيِّئَةٍ لِلنَّفْسِ رَاسِخَةٍ
تَصْدُرُ عَنْهَا الأَفْعَالَ بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ إِلَى
فِكْرٍ وَرَوِيَّةٍ
Ungkapan terus-menerus dari jiwa
seseorang yang menimbulkan perbuatan secara spontan tanpa memikirkannya atau
merencanakannya (terlebih dahulu).[1]
2. Ibnu Miskawaih
حَالٌ
لِلنَّفْسِ دَاعِيَة لَهَا إِلَى أَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَلَا رَوِيَّةٍ
Adalah suatu
keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu tanpa berfikir
atau direncanakan (terlebih dahulu).[2]
3. Al-Jaahidz
حَالُ
النَّفْسِ، بِهَا يَفْعَلُ الْإِنْسَانُ أَفْعَالَهُ بِلَا رَوِيَّةٍ وَلَا
اخْتِيَارٍ
Adalah kondisi
jiwa, yang mana dari jiwa itu seseorang bertingkah laku tanpa berencana atau
membuat keputusan (terlebih dahulu).[3]
Dari ketiga
definisi tersebut bisa kita pahami bahwa akhlak adalah watak atau sifat asli
dari seseorang. Watak asli ini tidak bisa dibuat-buat dan akan muncul dengan
spontan.
Apabila perilaku
spontan yang muncul dari seseorang adalah perilaku yang baik maka bisa
dikatakan bahwa orang itu berakhlak baik.
Sebaliknya,
apabila perilaku yang muncul dari seseorang adalah perilaku yang buruk maka
bisa dikatakan bahwa orang itu berakhlak buruk.
B. Urgensi Pembinaan Akhlak dalam Islam
Akhlak
merupakan simbol yang mewakili jiwa seseorang. Karena dari jiwa itulah tabiat
dan perilaku atau akhlak seseorang muncul.
Baik buruknya
manusia tidak dinilai dari rupanya; baik itu tingginya, warna kulitnya, ataupun
harta kekayaannya.
Akan tetapi
baik buruk manusia itu dinilai dari hati dan perbuatannya, yang mana perbuatan
itu merupakan buah dari akhlak yang dimilikinya.
Allah subhanahu wata’ala
berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal.
Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
takwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS. Al-Hujurat
: 13)
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ
اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ، وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ
يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ
Sesungguhnya
Allah tidak melihat jasad dan rupa kalian. Akan tetapi Allah melihat pada hati
kalian.
(HR. Muslim no.
2564)
Dari firman
Allah dan sabda Rasul tersebut kita bisa mengetahui bahwa Allah tidak menilai
baik buruk seorang hamba dari jasad dan rupa.
Akan tetapi
Allah menilai kebaikan seseorang dari hati dan ketakwaan yang dimilikinya,
serta perbuatannya yang merupakan cerminan dari hatinya.
Hal ini
menunjukkan bahwa, kepribadian dan tingkah laku seseorang berasal dari jiwa
atau hatinya. Apabila hati itu baik maka baik pula seluruh jasadnya, begitu
pula sebaliknya.
Oleh karena itu
pembinaan akhlak sangatlah penting dalam rangka memperbaiki kepribadian dan
tingkah laku seseorang. Karena kedua hal itulah yang dinilai oleh Allah subhanahu
wata'ala.
Dengan
pembinaan melalui akhlaqul kariimah inilah seseorang dibentuk
kepribadiannya. Tujuannya adalah agar ia memiliki kepribadian muslim yang
sesungguhnya.
C. Sumber Akhlak dalam Islam
1. Al Quran
Tidak diragukan
lagi, bahwa sumber utama akhlak dalam Islam adalah Al-Quran. Hal ini
dikarenakan Al-Quranlah yang menunjukkan jalan terbaik dalam berakhlak.
Allah ta’ala
berfirman :
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
Sesungguhnya Al
Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus,
(QS. Al-Israa’
: 9)
Bahkan
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pun juga menilai dirinya
sendiri dengan Al-Quran. Oleh karena itulah Aisyah radhiyallahu ‘anhaa
menyatakan bahwa akhlak beliau adalah akhlak Al-Quran.
Aisyah radhiyallahu
‘anhaa menuturkan :
فَإِنَّ
خُلُقَ نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ الْقُرْآنَ
Sesungguhnya
akhlak Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah Al-Quran
(HR. Muslim :
746)
2. As-Sunnah
Sumber yang
kedua adalah sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Beliaulah
manusia terbaik yang paling patut dijadikan sebagai teladan dalam berakhlak.
Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ
يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
(QS. Al-Ahzaab
: 21)
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّمَا بُعِثْتُ
لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.
(HR. Ahmad :
8952)
D. Pembagian Akhlak dalam Islam
1. Akhlak kepada Allah
Akhlak kepada
Allah adalah akhlak yang paling penting dan paling utama. Karena, konsekuensi
berakhlak kepada Allah adalah berakhlak juga kepada selain-Nya.
Diantara akhlak
kepada Allah ialah : beriman pada-Nya, mengakui kesempurnaan sifat-sifatNya dan
perbuatan-Nya, membenarkan apa yang dikabarkan-Nya dan lain sebagainya.
Diantara
penyebab seseorang kufur kepada penciptanya setelah ditegakkannya hujjah adalah
karena akhlaknya yang buruk; seperti sombong, tidak mau mentaati perintah-Nya,
dan sebagainya.
2. Akhlak kepada Sesama Manusia
Berakhlak
kepada manusia adalah sebuah keniscayaan. Akhlak kepada sesama manusia yang
wajib dimiliki oleh seorang muslim adalah akhlak yang terpuji, atau disebut
juga dengan akhlaqul karimah.
Diantara akhlak
terpuji tersebut misalnya : jujur, amanah, iffah, adil, berbuat baik,
pemaaf, baik dalam bergaul, melaksanakan kewajiban, memberikan hak pada yang
berhak menerimanya, dan lain sebagainya.
Adapun akhlak
tercela, atau disebut juga akhaqul madzmuumah, adalah akhlak yang wajib
dihindari oleh seorang muslim, seperti : berbohong, khianat, zalim, saling
bermusuhan, kikir, tidak memberikan hak pada yang berhak menerimanya, dan
sebagainya.
3. Akhlak kepada Diri Sendiri
Yaitu akhlak
yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Diantara akhlak terpuji terhadap diri
sendiri yaitu : sabar dalam menghadapi musibah, tidak tergesa-gesa dalam setiap
perkara, disiplin, dan lain sebagainya.
Sebaliknya,
akhlak tercela terhadap diri yang harus dihindari oleh seorang muslim
diantaranya : tergesa-gesa dalam suatu perkara, tidak bersabar menghadapi
musibah, tidak disiplin, dan lain sebagainya.
4. Akhlak kepada Lingkungan Alam
Akhlak kepada
lingkungan alam juga perlu diperhatikan oleh kita sebagai seorang muslim.
Lingkungan sekitar yang dimaksud disini bukan hanya kepada tumbuhan saja. Akan
tetapi akhlak kepada hewan pun juga harus diperhatikan.
Diantara akhlak
yang harus dihindari seorang muslim kepada lingkungan sekitarnya adalah berbuat
zalim kepada hewan.
Seperti yang
disabdakan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam :
عُذِّبَتِ
امْرَأَةٌ فِي هِرَّةٍ سَجَنَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ، فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ،
لاَ هِيَ أَطْعَمَتْهَا وَلاَ سَقَتْهَا، إِذْ حَبَسَتْهَا، وَلاَ هِيَ
تَرَكَتْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الأَرْضِ
Ada seorang
wanita disiksa disebabkan seekor kucing yang dikurungnya hingga mati kelaparan.
Lalu wanita itupun masuk neraka karena dia tidak memberinya makan dan minum
ketika mengurungnya. Ia juga tidak melepaskannya agar dapat menyantap serangga
tanah.
(HR. Bukhari :
3482)
E. Keutamaan Akhlak Mulia
1. Merupakan Amalan Penghuni Surga
أَنَا
زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ
مُحِقًّا، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ
مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
Aku menjamin
rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia
berada di pihak yang benar.
Aku juga
menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan
meskipun bercanda.
Dan aku juga
menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik.
(HR. Abu Dawud
: 4800)
سُئِلَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ
النَّاسَ الجَنَّةَ، فَقَالَ: تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الخُلُقِ، وَسُئِلَ عَنْ
أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ، فَقَالَ: الفَمُ وَالفَرْجُ
Rasulullah
ditanya tentang perkara yang banyak memasukkan manusia ke dalam surga,
beliaupun bersabda : “Bertakwa kepada Allah dan akhlak yang baik.”
Beliau
juga ditanya tentang perkara yang banyak memasukkan manusia ke dalam neraka,
maka beliau bersabda : “Mulut dan kemaluan.”
(HR.
Tirmidzi : 2004)
2. Dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya
قَالُوا: فَمَنْ
أَحَبُّ عِبَادِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Orang-orang
Arab pedalaman bertanya : “Siapakah hamba Allah yang paling dicintai?”
Rasulullah
menjawab : “Mereka yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Hakim :
8214)
إِنَّ
مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ
أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا
Sesungguhnya
orang yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat kedudukannya
denganku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya.
(HR.
Tirmidzi : 2018)
3. Amalan yang Paling Berat Timbangannya di Hari Kiamat
مَا
شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ،
وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الفَاحِشَ البَذِيءَ
Tidak sesuatu
yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin kelak pada hari kiamat daripada
akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah amatlah murka terhadap seorang yang keji
lagi jahat.
(HR. Tirmidzi :
2002)
4. Kedudukan yang Tinggi
إِنَّ
الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
Sesungguhnya
seorang mukmin akan mendapatkan kedudukan ahli puasa dan shalat dengan ahlak
baiknya.
(HR. Abu Dawud
: 4798)
5. Sebaik-baiknya Amalan Seorang Hamba
لَقِيَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلَّم أَبَا ذَرٍّ فَقَالَ: يَا أَبَا ذَرٍّ
أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى خَصْلَتَيْنِ هُمَا خَفِيفَتَانِ عَلَى الظَّهْرِ
وَأَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ غَيْرِهِمَا؟ قال: بلى يارسول اللَّهِ قَالَ:
عَلَيْكَ بِحُسْنِ الْخُلُقِ , وَطُولِ الصَّمْتِ , فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ
مَا عَمِلَ الْخَلائِقُ بِمِثْلِهِمَا
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam berjumpa dengan Abu Dzar, lantas bersabda :
“Wahai Abu
Dzar, maukah engkau aku tunjukkan tabiat yang ringan di punggung akan tetapi
berat di timbangan amal?”
Abu Dzar
berkata : “Tentu, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda
: “Hendaknya engkau berakhlak dengan baik dan perbanyaklah diam. Demi Dzat yang
diriku berada di tangan-Nya, tidak ada makhluk yang beramal yang bisa menyamai
keduanya.”
(HR. Al-Bazzar
: 7001)
6. Menambah Kemakmuran dan Memakmurkan Surga
إِنَّهُ مَنْ
أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنَ الرِّفْقِ، فَقَدْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنْ خَيْرِ الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ
يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ، وَيَزِيدَانِ فِي الْأَعْمَارِ
Sesungguhnya,
barang siapa yang diberikan bagian sifat lemah lembut, maka sungguh ia telah
diberikan bagian dari kebaikan dunia dan akhirat. Sedangkan menyambung
silaturrahim, akhlak yang baik dan berbuat baik pada tetangga, keduanya
memakmurkan surga dan menambah kemakmuran.
(HR. Ahmad :
25259)
F. Perbedaan Akhlak Setiap Manusia
Pada hakikatnya
akhlak setiap manusia sudah diberikan sesuai dengan kadarnya masing-masing oleh
Allah. Diantara manusia itu ada yang penyabar, ada yang tergesa-gesa, ada yang
mudah marah, ada yang penyayang, dan lain sebagainya.
Hal ini
sebagaimana fisik manusia yang Allah ciptakan dengan bentuk yang bermacam-macam
dan tidak sama antara satu dengan yang lainnya.
Diantara mereka
ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang gemuk, ada yang kurus, dan lain
sebagainya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
إِنَّ
اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَرْضِ، فَجَاءَ
بَنُو آدَمَ عَلَى قَدْرِ الْأَرْضِ: جَاءَ مِنْهُمُ الْأَحْمَرُ، وَالْأَبْيَضُ،
وَالْأَسْوَدُ، وَبَيْنَ ذَلِكَ، وَالسَّهْلُ، وَالْحَزْنُ، وَالْخَبِيثُ،
وَالطَّيِّبُ
Allah
menciptakan Adam dari segenggam tanah dari semua jenis tanah. Kemudian
keturunannya datang beragam sesuai dengan unsur tanahnya. Ada di antara mereka
yang berkulit merah, putih, hitam, dan antara warna-warna itu. Ada yang lembut
dan ada yang kasar, ada yang buruk dan ada yang baik.
(HR. Abu Dawud
: 4693)
Dari hadits
tersebut kita mengetahui bahwa fisik telah diciptakan dengan bentuk yang
bermacam-macam oleh Allah. Maka, tabiat yang bersifat abstrak dan tidak dapat
diukur dengan pasti tentu jauh lebih kompleks dari pada fisik.
Hal ini tidak
dapat dipungkiri lagi, mengingat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallampun juga menyatakan demikian. Beliau bersabda :
إِنَّ
اللهَ قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَخْلَاقَكُمْ، كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ
Sesungguhnya
Allah telah membagi akhlak di antara kalian sebagaimana membagi rezeki di
antara kalian.
(HR.
Ahmad : 3672)[4]
أَلاَ
إِنَّ بَنِي آدَمَ خُلِقُوا عَلَى طَبَقَاتٍ شَتَّى . . . أَلاَ وَإِنَّ مِنْهُمُ البَطِيءَ
الغَضَبِ سَرِيعَ الفَيْءِ، وَمِنْهُمْ سَرِيعُ الغَضَبِ سَرِيعُ الفَيْءِ،
فَتِلْكَ بِتِلْكَ، أَلاَ وَإِنَّ مِنْهُمْ سَرِيعَ الغَضَبِ بَطِيءَ الفَيْءِ،
أَلاَ وَخَيْرُهُمْ بَطِيءُ الغَضَبِ سَرِيعُ الفَيْءِ، أَلاَ وَشَرُّهُمْ سَرِيعُ
الغَضَبِ بَطِيءُ الفَيْءِ
Ingat,
bahwa Anak adam diciptakan dengan tingkatan yang bermacam-macam . . .
diantara
mereka ada yang lamban marah dan cepat sadar.
Ada
juga yang cepat marah dan cepat sadar. Maka itu sebagai ganti yang itu.
Ingat,
diantara mereka ada yang cepat marah dan lamban sadar.
Ingat,
yang terbaik dari mereka adalah yang lamban marah tapi cepat sadar.
Ingat,
yang terburuk dari mereka adalah yang cepat marah dan lamban sadar.
(HR.
Tirmidzi : 2191)
G. Mungkinkah Akhlak Seseorang Dapat Diubah?
Setelah
kita mengetehui bahwa akhlak yang kita miliki telah dibagi oleh Allah
berdasarkan kadarnya masing-masing sesuai dengan kehendak-Nya, mungkinkan
akhlak yang kita miliki saat ini diubah menjadi lebih baik??
Secara
umum, ada dua pendapat dalam masalah ini. Ada yang berpendapat bahwa akhlak
tidak dapat diubah sama sekali. Ada pula yang berpendapat bahwa akhlak dapat
diubah secara mutlak.
Tentunya
pembahasan dalam masalah ini sangatlah panjang dan luas. Dalam sebuah bahasan
disebutkan bahwa pendapat yang benar adalah akhlak terbagi menjadi dua.[5]
- Akhlak fithriyyah
- Akhlak muktasabah
Akhlak fithriyyah adalah
akhlak atau tabiat yang sudah ada sejak lahir. Akhlak ini tidak dapat diubah
sama sekali, karena memang Allah-lah yang menghendaki demikian.
Sedangan akhlak muktasabah adalah
akhlak atau tabiat yang dapat diubah. Akhlak ini dapat diubah dengan
mengupayakannya.
Seandainya akhlak tidak bisa diubah sama
sekali maka niscaya semua nasehat, pituah, dan wasiat tidak ada yang bermanfaat
sama sekali.
Perumpamaan pembagian akhlak ini dapat kita
analogikan dengan bentuk atau rupa tubuh manusia.
Bagian-bagian tubuh manusia tidak semuanya
dapat diubah; seperti letak kedua tangan, kedua kaki, kepala dan
sebagainya.
Tidaklah mungkin kepala dipindahkan di bawah
sedangkan kaki dipindah ke atas leher. Begitu pula hidung, kedua telinga, dan
kedua mata yang letaknya tidak bisa ditukar-tukar.
Namun, sebagian tubuh yang lain masih bisa
diubah dengan cara mengupayakannya. Seperti badan yang gemuk bisa diubah
menjadi kurus dengan cara mengatur pola makan dan berolahraga.
Demikian pula hal-hal lain yang bersifat
keterampilan, seperti kemampuan menulis, berbicara, berjalan, berlari,
berkendara dan lain sebagainya. Semua itu dapat diubah dengan belajar dan berlatih.
H. Ringkasan
- Akhlak adalah tabiat manusia yang muncul secara spontan tanpa ada perencanaan terlebih dahulu.
- Allah tidak melihat jasad dan rupa hamba-Nya, akan tetapi Allah melihat hati dan amalnya.
- Sumber akhlak dalam Islam adalah Al-Quran dan As-Sunnah.
- Akhlak terbagi menjadi empat, yaitu : (1) Akhlak kepada Allah (2) Akhlak kepada sesama manusia (3) Akhlak kepada diri sendiri (4) Akhlak kepada lingkungan sekitar.
- Akhlak mulia merupakan amalan penghuni surga, dapat mendatangkan kecintaan Allah dan Rasul-Nya, memberatkan timbangan amal, mencapai derajat yang tinggi di surga, dan menambah kemakmuran.
- Akhlak setiap manusia berbeda-beda sesuai apa yang dikehendaki oleh Allah.
- Akhlak ada yang bisa diubah dengan cara mengusahakannya dan ada yang tidak bisa diubah yang sudah ditentukan oleh Allah sejak lahir.
Oleh : Adam Rizkala
[1] Lihat : At-Ta’riifaat (Lebanon: Dar Al-Kutub
Al-Ilmiyyah Bairuut, 1983) oleh Al Jurjaaniy, hlm. 101.
[2] Lihat : Tadzhiib Al-Akhlaaq (Maktabah
Ats-Tsaqaafah Ad-Diiniyyah) oleh Ibnu Miskawaih, hlm. 41.
[3] Lihat : Tadzhiib Al-Akhlaaq (Dar Ash-Shahaabah li
At-Turaats, 1989) oleh Al-Jaahidz, hlm. 12.
[4] Menurut Syu’aib Al-Arnauth isnad yang diriwayatkan dari
jalur ini lemah karena lemahnya As-Sobbah bin Muhammad. Syaikh Albani juga
mendhaifkan hadits ini dalam kitabnya “Dhaif Al-Jaami’ no. 1625”.
[5] Silahkan lihat pembahasan lengkapnya dalam kitab yang
dibahas oleh Syaikh Alwi bin Abdul Qadir As-Saqqaf yang berjudul Al-Mausu’ah
Al-Akhlak Al-Islamiyyah, juz. 1, hlm. 19 – 22.
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan komentar yang mencerminkan seorang muslim yang baik :)