8 Nasehat untuk Para Pemimpin
Oleh : Adam Rizkala
Dipublikasikan : 4/13/2019
![]() |
“Awalnya adalah celaan, keduanya
adalah penyesalan, dan ketiganya adalah siksa yang pedih dihari kiamat, kecuali
bagi mereka yang adil.” Ungkap Rasulullah ketika beliau memberitakan tentang
kepemimpinan dan kekuasaan.
Mungkin
diantara kita ada yang berpikir bahwa pemimpin itu adalah presiden, gubernur,
wali kota, kepala desa, kepala sekolah, ketua yayasan atau semacamnya.
Hal
itu memang benar.
Akan
tetapi, tahukah Anda . . . ? Definisi pemimpin tidak terbatas sampai di situ
saja.
Akan
tetapi, justru masing-masing dari kita adalah
seorang pemimpin. Dan setiap dari kita akan di tanya tentang apa yang kita
pimpin.
Lihatlah,
betapa cerdasnya Nabi kita Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam
tatkala mendefinisikan siapa itu pemimpin. Beliau bersabda :
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ،
فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ
رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ
عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، وَالعَبْدُ رَاعٍ
عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ
وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang
apa yang dipimpinnya.
Adapun pemimpin rakyat adalah pemimpin dan ia akan
ditanya tentang rakyat yang dipimpinnya.
Adapun seorang lelaki adalah pemimpin rumah tangganya dan
ia akan ditanya tentang rumah tangganya.
Adapun seorang wanita adalah pemimpin rumah suaminya dan
anaknya, maka ia akan ditanya tentang mereka semua.
Adapun budak adalah pemimpin harta majikannya dan ia akan
ditanya tentang itu semua.
Ingantlah! Setiap kalian adalah pemimpin dan akan ditanya
tentang apa yang kalian pimpin.
(HR.
Bukhari : 2554)
1. Memimpin Adalah Amanat
Dari
hadits di atas kita mengetahui bahwa kita semua adalah seorang pemimpin yang
akan ditanya perihal apa yang kita pimpin.
Hal
ini menunjukkan bahwa sesungguhnya kita telah diberikan amanat yang sangat
besar di sisi Allah. Yaitu amanat berupa kepemimpinan.
Apabila
kita benar-benar menjalankan amanat kita sebagai pemimpin maka kita akan
selamat. Namun, apabila kita menyia-nyiakan amanat ini maka sesungguhnya jasad
kita tidak akan pernah kuat menahan pedihnya siksa api neraka.
2. Beratnya Amanat Memimpin
Sejak
kita dilahirkan, kita telah diberikan amanat oleh Allah subhanahu wata’ala,
bahkan sejak manusia pertama diciptakan. Menurut Anda, apakah amanat tersebut?
Apabila
kita membaca surat Al-Baqarah ayat 30 tentang kisah Adam alaihissalam, maka
kita akan mengetahui bahwa Allah bebankan Adam dan keturunannya untuk mengemban
amanat sebagai khalifah di bumi.
Kita
sebagai seorang khalifah, telah ditugaskan oleh Allah untuk beribadah hanya
kepada-Nya. Bahkan sejak di alam ruh, kita telah disumpah oleh Allah untuk
mengemban amanat ini.
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن
ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ
بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَىٰ شَهِدْنَا
أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah
Aku ini Tuhanmu?”
Mereka
menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”.
(Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”
(QS.
Al-A’raaf : 172)
Ayat
tersebut menunjukkan bahwa sebelum kita dilahirkan Allah telah mengambil
kesaksian dari kita untuk mengesakan-Nya. Tujuannya adalah agar kita tidak bisa
beralasan lagi di hari kiamat apabila kita terlalaikan dari hal itu.
Namun,
tahukah Anda? Bahwa amanat yang kita emban saat ini sangatlah berat! Mengapa
demikian?
Karena
ketika Allah tawarkan amanat ini kepada langit, bumi, dan gunung pun mereka
enggan untuk memikulnya. Allah ta’ala berfirman :
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا
وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu amat zalim dan amat bodoh
(QS.
Al-Ahzaab : 72)
Lihatlah
langit yang begitu tinggi..! bumi yang begitu luas terhampar..! dan
gunung-gunung yang begitu besar, keras, dan kokoh..!
Merekapun
enggan mengemban amanat yang Allah tawarkan kepada mereka. Hal ini
menunjukkan bahwa amanat yang Allah tawarkan tersebut sangatlah berat bagi
mereka.
Namun,
mengapa kita yang begitu kecil dan lemah justru malah menerima amanat
tersebut?? Bukankah kita hanyalah makhluk kecil yang sangat lemah dibandingkan
ketiga makhluk tersebut??
Oleh
karena itulah dalam pungkasan firmannya Allah katakan bahwa manusia itu
sangatlah zalim dan bodoh.
3. Rakus Jabatan dan Kekuasaan
Apabila
kita pikir-pikir, memimpin diri sendiri untuk melaksanakan amanat Allah saja
sangatlah berat. Bahkan langit, bumi, dan gunung yang notabennya adalah makhluk
yang besarpun enggan menerima amanat tersebut.
Lantas sanggupkah kita apabila
diamanatkan untuk memimpin orang lain..?
Bukankah
besok di hari kiamat kita akan ditanya tentang orang yang kita pimpin..??
Bagaimana
apabila mereka yang kita pimpin menuntut kita di hari kiamat atas ketidakadilan
kita dalam memimpin??
Seandainya
kita adalah seorang presiden atau seorang raja, bagaimana apabila seluruh
rakyat kita menuntut keadilan di hadapan Allah?
Bayangkan,
berapa ratus juta orang yang akan menuntut
kita dan berapa banyak pahala kita akan mereka ambil bila kita berbuat
zalim pada mereka?
Oleh
karena itulah, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَوَّلُهَا مَلَامَةٌ، وَثَانِيهَا نَدَامَةٌ،
وَثَالِثُهَا عَذَابٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَّا مَنْ عَدَلَ وَكَيْفَ يَعْدِلُ
مَعَ أَقْرِبِيهِ
Awalnya kekuasaan adalah celaan, keduanya adalah
penyesalan, dan ketiganya adalah siksa di hari kiamat, kecuali bagi mereka yang
adil. Lalu bagaimana bisa seseorang adil bersama kerabatnya?
(HR.
Al-Bazzar : 2756)
Namun,
apabila kita melihat fenomena terkini, betapa banyak orang-orang yang justru
berlomba-lomba demi jabatan dan kekuasaan.
Berbagai
macam upaya mereka lakukan untuk memperoleh jabatan. Waktu dan harta semuanya
dikorbankan demi jabatan dan kekuasaan. Bahkan cara-cara yang diharamkan
ditempuh demi memperoleh jabatan tersebut.
Padahal
kepemimpinan adalah amanat yang sangat berat dan hanya akan membuahkan
penyesalan di hari kiamat. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الإِمَارَةِ،
وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ القِيَامَةِ، فَنِعْمَ المُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ
الفَاطِمَةُ
Sesungguhnya kalian akan rakus dengan kekuasaan. Padahal kekuasaan itu hanya akan menjadi
sebuah penyesalan di hari kiamat. Maka
itulah persusuan yang paling nikmat, dan penyapihan yang paling buruk.
(HR.
Bukhari : 7148)
Lihatlah
betapa nyatanya apa yang disabdakan oleh beliau kepada kita! Betapa banyak di
kalangan kaum muslimin saat ini yang sangat rakus jabatan dan kekuasaan tanpa
memikirkan akibatnya.
Oleh
karena itulah beliau mengatakan bahwa kekuaasaan adalah persusuan yang paling
nikmat, akan tetapi ia adalah penyapihan yang paling buruk. Ia nikmat di awal
akan tetapi sengsara di akhir.
Bagaikan
anak bayi yang ketagihan dikala menyusui dan begitu enggan melepaskannya.
Namun, sangatlah menyiksa dikala sang ibu menyapihnya.
4. Penyesalan Para Pemimpin
Tahukah
Anda? Bahwa setiap pemimpin suatu kaum akan datang di hari kiamat menghadap Allah dengan
keadaan tangan yang terbelenggu.
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَا مِنْ رَجُلٍ
يَلِي أَمْرَ عَشَرَةٍ فَمَا فَوْقَ ذَلِكَ إِلَّا أَتَى اللهَ مَغْلُولًا، يَوْمَ
الْقِيَامَةِ يَدُهُ إِلَى عُنُقِهِ فَكَّهُ بِرُّهُ أَوْ أَوْبَقَهُ إِثْمُهُ
أَوَّلُهَا مَلَامَةٌ، وَأَوْسَطُهَا نَدَامَةٌ وَآخِرُهَا خِزْيٌ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
Tidak ada satupun dari seorang lelaki yang memimpin
sepuluh orang atau lebih kecuali ia datang kepada Allah di hari kiamat dengan
keadaan tangannya terbelenggu di leher.
Kebaikannyalah yang dapat melepas belenggu itu, dan
dosanyalah yang membinasakannya.
Awalnya kepemimpinan adalah hinaan, tengahnya adalah
penyesalan, dan akhirnya adalah kehinaan di hari kiamat.
(HR.
Ahmad : 22300)
Mari
kita renungkan..! Betapa mengerikan dan betapa hinanya keadaan seorang pemimpin
besok di hari kiamat!
Ketahuilah bahwa pemimpin dan pejabat itu..,
memang
berkuasa ketika di dunia..,
ia
bisa berbuat semena-mena ketika di dunia..,
ia
bisa merampas harta rakyatnya kapanpun..,
ia
bisa menarik pajak rakyatnya berapapun jumlahnya..,
Namun,
ketika ia menghadap Allah di hari kiamat maka tangannya akan dibelenggu di
lehernya. Lalu, ia akan ditanya oleh Allah tetang orang-orang yang dahulu
pernah dipimpinnya ketika di dunia.
Sudahkah
ia menunaikkan hak mereka??
Sudahkah
ia berbuat adil kepada mereka??
Sudahkah
ia mengurus mereka dengan apa yang diperintahkan oleh Allah?
Apabila
ia baik dalam memimpin, berbuat adil, dan memenuhi hak orang-orang yang
dipimpinnya maka belenggu itu akan terlepas darinya dan ia dimasukkan ke dalam
surga, bahkan mendapatkan kedudukan yang mulia di sisi Allah.
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ
عِنْدَ اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ
وَجَلَّ، وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ، الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ
وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah berada
di mimbar-mimbar dari cahaya di sebelah kanannya Allah yang Maha Pengasih azza
wajalla.
Kedua tangannya Allah adalah kanan. (mereka yang mendapat
kedudukan itu) adalah orang yang adil dalam berhukum, adil dalam keluarganya,
dan adil dalam memimpin.
(HR.
Muslim : 1827)
Namun,
apabila ia tidak baik dalam memimpin, semena-mena dalam kepemimpinannya,
mengingkari janjinya, dan tidak memenuhi hak orang-orang yang dipimpinnya maka
ia akan binasa dan di masukkan ke dalam neraka.
Lalu,
ia akan melihat orang-orang yang pernah dizalimi olehnya masuk ke dalam surga
dan menikmati kenikmatan surga. Sementara ia sengsara, tersiksa, dan merasakan
sakit, pedih, serta panas yang tiada henti di dalam api neraka.
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَا مِنْ أَمِيرٍ يَلِي أَمْرَ الْمُسْلِمِينَ،
ثُمَّ لَا يَجْهَدُ لَهُمْ، وَيَنْصَحُ، إِلَّا لَمْ يَدْخُلْ مَعَهُمُ الْجَنَّةَ
Tidak ada dari seorang pemimpin yang mengurusi urusan
kaum muslimin, kemudia ia tidak berusaha keras dalam memimpin mereka, dan tidak
menasehati, kecuali ia tidak akan masuk surga bersama orang-orang yang ia
pimpin.
(HR.
Muslim : 142)
5. Celaka Bagi Para Pemimpin!
Siapapun
diantara kita yang menjadi seorang pemimpin, entah itu presiden, gubernur, wali
kota, kepala desa, ketua yayasan, pimpinan pesantren, kepala sekolah, dan apapun
jabatan kita maka hendaknya benar-benar berhati-hati dalam masalah
kepemimpinan!
Karena
ketika hari kiamat, para pemimpin itu akan berangan-angan lebih baik rambut
mereka diikatkan di bintang kejora lalu diombang-ambingkan di antara langit dan
bumi dari pada harus menjabat atau menjadi pemimpin.
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
وَيْلٌ لِلْأُمَرَاءَ لَيَتَمَنَّيَنَّ
أَقْوَامٌ أَنَّهُمْ كَانُوا مُعَلَّقِينَ بِذَوَائِبِهِمْ بِالثُّرَيَّا
وَأَنَّهُمْ لَمْ يَكُوْنُوْا وَلَوْا شَيْئًا قَط
Celakalah bagi para pemimpin!! Akan ada beberapa kaum
yang berangan-angan bahwa mereka digantungkan rambutnya di bintang kejora dan
mereka tidak di jadikan pemimpin walau sebentar.
(HR.
Ibnu Hibban : 4483)
وَيْلٌ لِلْأُمَرَاءِ
وَوَيْلٌ لِلْعُرَفَاءِ وَوَيْلٌ لِلْأُمَنَاءِ لَيَتَمَنَّيَنَّ أَقْوَامٌ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَنَّ ذَوَائِبَهُمْ كَانَتْ مُعَلَّقَةً بِالثُّرَيَّا
يُدَلْدَلُونَ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَأَنَّهُمْ لَمْ يَلُوا عَمَلًا
Celakalah bagi para pemimpin!! Celakalah bagi mereka yang
diberi jabatan!! Celakalah bagi mereka yang diberi amanat!!
Akan ada beberapa kaum di hari kiamat yang berangan-angan
seandainya rambut mereka digantung di bintang kejora lalu ia di
ombang-ambingkan di antara langit dan bumi dan tidak di jadikan pemimpin.
(HR. Hakim : 7016)
6. Jangan Meminta Jabatan!
Sungguh,
jabatan dan kepemimpinan adalah perkara yang sangat berat.
Barang
siapa yang meminta jabatan dan kepemimpinan maka ia tidak akan ditolong oleh
Allah. Mereka akan mengurusi jabatan itu sendiri tanpa bantuan dari Allah.
Namun,
barang siapa yang tidak meminta jabatan lantas ia ditunjuk menjadi pejabat,
maka ia akan ditolong oleh Allah dalam menjalani jabatannya.
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ، لاَ
تَسْأَلِ الإِمَارَةَ، فَإِنَّكَ إِنْ أُوتِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ
إِلَيْهَا، وَإِنْ أُوتِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا،
وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ، فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا، فَكَفِّرْ
عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ
Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah
engkau meminta jabatan!
Karena apabila engkau diberi jabatan karena
meminta maka engkau akan ditelantarkan (oleh Allah) untuk mengurus jabatan itu.
Namun, apabila engkau diberi jabatan itu bukan karena memita maka engkau akan
ditolong (oleh Allah) untuk mengurus jabatan itu.
Jika engkau bersumpah, kemudian engkau
melihat sesuatu yang lebih baik dari pada yang engkau sumpahkan, maka bayarlah
kafarah sumpahmu dan lakukanlah yang lebih baik.
(HR. Bukhari : 6622)
7. Berbuat Adillah dan Jangan Zalim!
Semakin
banyak orang yang kita pimpin, maka semakin banyak pula tanggung jawab yang
dibebankan kepada kita.
Sebagai
seorang pemimpin, kita diwajibkan untuk berbuat adil kepada siapapun, baik itu
orang lain maupun keluarga.
Barang
siapa yang memimpin, lalu ia berbuat adil dalam kepemimpinannya, maka ia akan
dinaungi di hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Kemudian ia akan
ditempatkan di tempat yang mulia di sisi Allah.
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ
لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الإِمَامُ العَادِلُ
Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan
naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya : (yaitu) pemimpin
yang adil.
(HR.
Bukhari : 660)
وَأَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ
مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ
Penghuni surga itu ada tiga : yaitu pemegang kekuasaan yang
adil, dermawan, dan penolong.
(HR.
Muslim : 2865)
Namun,
apabila mereka yang kita pimpin terzalimi atas kebijakan yang kita buat lalu
mereka menuntut keadilan di sisi Allah sementara kita tidak memiliki alasan
apapun untuk menyangkal tuntutan mereka, maka sungguh celakalah kita!
Amalan-amalan
baik yang kita perbuat selama di dunia, sholat kita, puasa kita, zakat kita,
sedekah kita, haji kita, akan dibagikan kepada orang-orang yang pernah kita
zalimi.
Apabila
amalan-amalan baik kita habis karena telah dibagikan kepada mereka, maka mereka
akan membagikan dosa-dosa mereka kepada kita.
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا: الْمُفْلِسُ
فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ، فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ
أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي
قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا،
وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ،
فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ
خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
“Apakah
kalian tau apa itu orang yang bangkrut?”
Para sahabat menjawab : “Orang yang bangkrut menurut kami
adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta.”
Lalu beliau bersabda : “Sesungguhnya orang yang bangkrut
dari umatku akan datang di hari kiamat dengan (membawa pahala) sholat, puasa,
dan zakatnya. Namun ia pernah mencaci ini, menuduh itu, memakan harta ini,
menumpahkan darah ini, dan menendang ini.
Maka kebaikan yang ia bawa itu diberikan pada ini dan ini
(yang ia zalimi). Apabila kebaikannya habis sebelum peradilannya diselesaikan
maka kesalahan-kesalahan mereka (yang pernah ia zaliminya) akan diserahkan
padanya, lalu ia pun dilemparkan ke dalam neraka.”
(HR.
Muslim 2581)
اتَّقُوا الْمَظَالِمَ مَا
اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّ الْعَبْدَ يَجِيءُ بِالْحَسَنَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
يَرَى أَنَّهُ سَتُنْجِيهِ، فَمَا زَالَ عَبْدٌ يَقُومُ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ
ظَلَمَنِي عَبْدُكَ مَظْلَمَةً، فَيَقُولُ امْحُوا مِنْ حَسَنَاتِهِ، مَا يَزَالُ
كَذَلِكَ، حَتَّى مَا يَبْقَى لَهُ حَسَنَةٌ مِنَ الذُّنُوبِ
Takutlah pada kedzaliman dengan segenap
kemampuanmu!
Karena sesungguhnya seorang hamba akan datang
membawa amal baiknya di hari kiamat dan ia menyangka akan selamat dengan (amalan
tersebut).
Lalu datanglah seorang hamba yang lain yang
tidak henti-henti (menuntut kepada Allah) mengatakan : “Wahai Rabbku, hamba-Mu
(yang itu) telah menzalimiku.”
Maka Allah berfirman : “Hapuslah
kebaikan-kebaikan yang ia miliki.”
Dan hal itu terjadi terus-menerus hingga
kebaikan yang dimiliki oleh hamba (yang zalim) itu tidak tersisa kecuali
dosa-dosanya.
(HR. Abu Ya’la : 5122)
8. Berlemah Lembutlah dan Jangan Memberatkan!
Kita mengetahui bahwa doa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam adalah doa yang mustajab. Maka apabila kita dijadikan sebagai
seorang pemimpin berbuat lembutlah pada mereka dan janganlah memberatkan dan
menyulitkan mereka.
Karena sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
pernah berdoa kepada Allah :
اللهُمَّ، مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي
شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ، فَاشْقُقْ عَلَيْهِ، وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ
أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ
Ya Allah! Barang siapa yang diserahkan kepemimpinan untuk
mengatur umatku, lantas ia memberatkan umatku, maka beratkanlah urusannya.
Dan barang siapa yang diserahkan kepemimpinan untuk
mengatur umatku, lantas ia berlemah lembut, maka berlemah lembutlah Engkau
kepadanya.
(HR.
Muslim : 1828)
Akhir Kata
Setelah
kita mengetahui betapa beratnya menjadi seorang pemimpin maka hendaknya kita
bertakwa kepada Allah dan senantiasa berbuat adil dalam memimpin.
Ingatlah
bahwa semua diantara kita akan ditanya perihal apa yang pernah kita pimpin!
Apabila
dalam kepemimpinan kita senantiasa berbuat baik, adil, tidak zalim dan
semena-mena, berlemah lembut, dan tidak memberatkan maka surga sangatlah pantas
kita raih.
Sebaliknya,
apabila dalam kepemimpinan kita senantiasa berbuat buruk, zalim, tidak memenuhi
kewajiban dan hak rakyat maka tubuh kita tidak akan pernah kuat menahan
panasnya api neraka.
Demikianlah
nasehat untuk para pemimpin yang dapat kami paparkan. Semoga kita dijadikan
pemimpin yang adil oleh Allah dan dijauhkan dari kezaliman. Amiin.
Oleh
: Adam Rizkala
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan komentar yang mencerminkan seorang muslim yang baik :)