MENU

8 Nasehat untuk Para Pemimpin

Nasehat untuk Pemimpin

“Awalnya adalah celaan, keduanya adalah penyesalan, dan ketiganya adalah siksa yang pedih dihari kiamat, kecuali bagi mereka yang adil.” Ungkap Rasulullah ketika beliau memberitakan tentang kepemimpinan dan kekuasaan.

Mungkin diantara kita ada yang berpikir bahwa pemimpin itu adalah presiden, gubernur, wali kota, kepala desa, kepala sekolah, ketua yayasan atau semacamnya.

Hal itu memang benar.

Akan tetapi, tahukah Anda . . . ? Definisi pemimpin tidak terbatas sampai di situ saja.

Akan tetapi, justru masing-masing dari kita adalah seorang pemimpin. Dan setiap dari kita akan di tanya tentang apa yang kita pimpin.

Lihatlah, betapa cerdasnya Nabi kita Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam tatkala mendefinisikan siapa itu pemimpin. Beliau bersabda :

كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، وَالعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.

Adapun pemimpin rakyat adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang  rakyat yang dipimpinnya.

Adapun seorang lelaki adalah pemimpin rumah tangganya dan ia akan ditanya tentang rumah tangganya.

Adapun seorang wanita adalah pemimpin rumah suaminya dan anaknya, maka ia akan ditanya tentang mereka semua.

Adapun budak adalah pemimpin harta majikannya dan ia akan ditanya tentang itu semua.

Ingantlah! Setiap kalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang apa yang kalian pimpin. 
(HR. Bukhari : 2554)

1. Memimpin Adalah Amanat

Dari hadits di atas kita mengetahui bahwa kita semua adalah seorang pemimpin yang akan ditanya perihal apa yang kita pimpin.

Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya kita telah diberikan amanat yang sangat besar di sisi Allah. Yaitu amanat berupa kepemimpinan.

Apabila kita benar-benar menjalankan amanat kita sebagai pemimpin maka kita akan selamat. Namun, apabila kita menyia-nyiakan amanat ini maka sesungguhnya jasad kita tidak akan pernah kuat menahan pedihnya siksa api neraka.

2. Beratnya Amanat Memimpin

Sejak kita dilahirkan, kita telah diberikan amanat oleh Allah subhanahu wata’ala, bahkan sejak manusia pertama diciptakan. Menurut Anda, apakah amanat tersebut?

Apabila kita membaca surat Al-Baqarah ayat 30 tentang kisah Adam alaihissalam, maka kita akan mengetahui bahwa Allah bebankan Adam dan keturunannya untuk mengemban amanat sebagai khalifah di bumi.

Kita sebagai seorang khalifah, telah ditugaskan oleh Allah untuk beribadah hanya kepada-Nya. Bahkan sejak di alam ruh, kita telah disumpah oleh Allah untuk mengemban amanat ini.

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَىٰ شَهِدْنَا أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”

Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”.

(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”
(QS. Al-A’raaf : 172)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa sebelum kita dilahirkan Allah telah mengambil kesaksian dari kita untuk mengesakan-Nya. Tujuannya adalah agar kita tidak bisa beralasan lagi di hari kiamat apabila kita terlalaikan dari hal itu.

Namun, tahukah Anda? Bahwa amanat yang kita emban saat ini sangatlah berat! Mengapa demikian?

Karena ketika Allah tawarkan amanat ini kepada langit, bumi, dan gunung pun mereka enggan untuk memikulnya. Allah ta’ala berfirman :

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh
(QS. Al-Ahzaab : 72)

Lihatlah langit yang begitu tinggi..! bumi yang begitu luas terhampar..! dan gunung-gunung yang begitu besar, keras, dan kokoh..!

Merekapun enggan mengemban amanat yang Allah tawarkan kepada mereka. Hal ini menunjukkan bahwa amanat yang Allah tawarkan tersebut sangatlah berat bagi mereka.

Namun, mengapa kita yang begitu kecil dan lemah justru malah menerima amanat tersebut?? Bukankah kita hanyalah makhluk kecil yang sangat lemah dibandingkan ketiga makhluk tersebut??

Oleh karena itulah dalam pungkasan firmannya Allah katakan bahwa manusia itu sangatlah zalim dan bodoh.

3. Rakus Jabatan dan Kekuasaan

Apabila kita pikir-pikir, memimpin diri sendiri untuk melaksanakan amanat Allah saja sangatlah berat. Bahkan langit, bumi, dan gunung yang notabennya adalah makhluk yang besarpun enggan menerima amanat tersebut.

Lantas sanggupkah kita apabila diamanatkan untuk memimpin orang lain..?

Bukankah besok di hari kiamat kita akan ditanya tentang orang yang kita pimpin..??

Bagaimana apabila mereka yang kita pimpin menuntut kita di hari kiamat atas ketidakadilan kita dalam memimpin??

Seandainya kita adalah seorang presiden atau seorang raja, bagaimana apabila seluruh rakyat kita menuntut keadilan di hadapan Allah?

Bayangkan, berapa ratus juta orang yang akan menuntut kita dan berapa banyak pahala kita akan mereka ambil bila kita berbuat zalim pada mereka?

Oleh karena itulah, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَوَّلُهَا مَلَامَةٌ، وَثَانِيهَا نَدَامَةٌ، وَثَالِثُهَا عَذَابٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَّا مَنْ عَدَلَ وَكَيْفَ يَعْدِلُ مَعَ أَقْرِبِيهِ

Awalnya kekuasaan adalah celaan, keduanya adalah penyesalan, dan ketiganya adalah siksa di hari kiamat, kecuali bagi mereka yang adil. Lalu bagaimana bisa seseorang adil bersama kerabatnya?
(HR. Al-Bazzar : 2756)

Namun, apabila kita melihat fenomena terkini, betapa banyak orang-orang yang justru berlomba-lomba demi jabatan dan kekuasaan.

Berbagai macam upaya mereka lakukan untuk memperoleh jabatan. Waktu dan harta semuanya dikorbankan demi jabatan dan kekuasaan. Bahkan cara-cara yang diharamkan ditempuh demi memperoleh jabatan tersebut.

Padahal kepemimpinan adalah amanat yang sangat berat dan hanya akan membuahkan penyesalan di hari kiamat. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الإِمَارَةِ، وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ القِيَامَةِ، فَنِعْمَ المُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الفَاطِمَةُ

Sesungguhnya kalian akan rakus dengan kekuasaan. Padahal kekuasaan itu hanya akan menjadi sebuah penyesalan di hari kiamat. Maka itulah persusuan yang paling nikmat, dan penyapihan yang paling buruk.
(HR. Bukhari : 7148)

Lihatlah betapa nyatanya apa yang disabdakan oleh beliau kepada kita! Betapa banyak di kalangan kaum muslimin saat ini yang sangat rakus jabatan dan kekuasaan tanpa memikirkan akibatnya.

Oleh karena itulah beliau mengatakan bahwa kekuaasaan adalah persusuan yang paling nikmat, akan tetapi ia adalah penyapihan yang paling buruk. Ia nikmat di awal akan tetapi sengsara di akhir.

Bagaikan anak bayi yang ketagihan dikala menyusui dan begitu enggan melepaskannya. Namun, sangatlah menyiksa dikala sang ibu menyapihnya.

4. Penyesalan Para Pemimpin

Tahukah Anda? Bahwa setiap pemimpin suatu kaum akan datang di hari kiamat menghadap Allah dengan keadaan tangan yang terbelenggu.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَا مِنْ رَجُلٍ يَلِي أَمْرَ عَشَرَةٍ فَمَا فَوْقَ ذَلِكَ إِلَّا أَتَى اللهَ مَغْلُولًا، يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَدُهُ إِلَى عُنُقِهِ فَكَّهُ بِرُّهُ أَوْ أَوْبَقَهُ إِثْمُهُ أَوَّلُهَا مَلَامَةٌ، وَأَوْسَطُهَا نَدَامَةٌ وَآخِرُهَا خِزْيٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Tidak ada satupun dari seorang lelaki yang memimpin sepuluh orang atau lebih kecuali ia datang kepada Allah di hari kiamat dengan keadaan tangannya terbelenggu di leher.

Kebaikannyalah yang dapat melepas belenggu itu, dan dosanyalah yang membinasakannya.

Awalnya kepemimpinan adalah hinaan, tengahnya adalah penyesalan, dan akhirnya adalah kehinaan di hari kiamat.
(HR. Ahmad : 22300)

Mari kita renungkan..! Betapa mengerikan dan betapa hinanya keadaan seorang pemimpin besok di hari kiamat!

Ketahuilah bahwa pemimpin dan pejabat itu..,

memang berkuasa ketika di dunia..,

ia bisa berbuat semena-mena ketika di dunia..,

ia bisa merampas harta rakyatnya kapanpun..,

ia bisa menarik pajak rakyatnya berapapun jumlahnya..,

Namun, ketika ia menghadap Allah di hari kiamat maka tangannya akan dibelenggu di lehernya. Lalu, ia akan ditanya oleh Allah tetang orang-orang yang dahulu pernah dipimpinnya ketika di dunia.

Sudahkah ia menunaikkan hak mereka??

Sudahkah ia berbuat adil kepada mereka??

Sudahkah ia mengurus mereka dengan apa yang diperintahkan oleh Allah?

Apabila ia baik dalam memimpin, berbuat adil, dan memenuhi hak orang-orang yang dipimpinnya maka belenggu itu akan terlepas darinya dan ia dimasukkan ke dalam surga, bahkan mendapatkan kedudukan yang mulia di sisi Allah.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ، وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ، الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا

Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah berada di mimbar-mimbar dari cahaya di sebelah kanannya Allah yang Maha Pengasih azza wajalla.

Kedua tangannya Allah adalah kanan. (mereka yang mendapat kedudukan itu) adalah orang yang adil dalam berhukum, adil dalam keluarganya, dan adil dalam memimpin.
(HR. Muslim : 1827)

Namun, apabila ia tidak baik dalam memimpin, semena-mena dalam kepemimpinannya, mengingkari janjinya, dan tidak memenuhi hak orang-orang yang dipimpinnya maka ia akan binasa dan di masukkan ke dalam neraka.

Lalu, ia akan melihat orang-orang yang pernah dizalimi olehnya masuk ke dalam surga dan menikmati kenikmatan surga. Sementara ia sengsara, tersiksa, dan merasakan sakit, pedih, serta panas yang tiada henti di dalam api neraka.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَا مِنْ أَمِيرٍ يَلِي أَمْرَ الْمُسْلِمِينَ، ثُمَّ لَا يَجْهَدُ لَهُمْ، وَيَنْصَحُ، إِلَّا لَمْ يَدْخُلْ مَعَهُمُ الْجَنَّةَ

Tidak ada dari seorang pemimpin yang mengurusi urusan kaum muslimin, kemudia ia tidak berusaha keras dalam memimpin mereka, dan tidak menasehati, kecuali ia tidak akan masuk surga bersama orang-orang yang ia pimpin.
(HR. Muslim : 142)

5. Celaka Bagi Para Pemimpin!

Siapapun diantara kita yang menjadi seorang pemimpin, entah itu presiden, gubernur, wali kota, kepala desa, ketua yayasan, pimpinan pesantren, kepala sekolah, dan apapun jabatan kita maka hendaknya benar-benar berhati-hati dalam masalah kepemimpinan!

Karena ketika hari kiamat, para pemimpin itu akan berangan-angan lebih baik rambut mereka diikatkan di bintang kejora lalu diombang-ambingkan di antara langit dan bumi dari pada harus menjabat atau menjadi pemimpin.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

وَيْلٌ لِلْأُمَرَاءَ لَيَتَمَنَّيَنَّ أَقْوَامٌ أَنَّهُمْ كَانُوا مُعَلَّقِينَ بِذَوَائِبِهِمْ بِالثُّرَيَّا وَأَنَّهُمْ لَمْ يَكُوْنُوْا وَلَوْا شَيْئًا قَط

Celakalah bagi para pemimpin!! Akan ada beberapa kaum yang berangan-angan bahwa mereka digantungkan rambutnya di bintang kejora dan mereka tidak di jadikan pemimpin walau sebentar.
(HR. Ibnu Hibban : 4483)

وَيْلٌ لِلْأُمَرَاءِ وَوَيْلٌ لِلْعُرَفَاءِ وَوَيْلٌ لِلْأُمَنَاءِ لَيَتَمَنَّيَنَّ أَقْوَامٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّ ذَوَائِبَهُمْ كَانَتْ مُعَلَّقَةً بِالثُّرَيَّا يُدَلْدَلُونَ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَأَنَّهُمْ لَمْ يَلُوا عَمَلًا

Celakalah bagi para pemimpin!! Celakalah bagi mereka yang diberi jabatan!! Celakalah bagi mereka yang diberi amanat!!

Akan ada beberapa kaum di hari kiamat yang berangan-angan seandainya rambut mereka digantung di bintang kejora lalu ia di ombang-ambingkan di antara langit dan bumi dan tidak di jadikan pemimpin.
 (HR. Hakim : 7016)

6. Jangan Meminta Jabatan!

Sungguh, jabatan dan kepemimpinan adalah perkara yang sangat berat.

Barang siapa yang meminta jabatan dan kepemimpinan maka ia tidak akan ditolong oleh Allah. Mereka akan mengurusi jabatan itu sendiri tanpa bantuan dari Allah.

Namun, barang siapa yang tidak meminta jabatan lantas ia ditunjuk menjadi pejabat, maka ia akan ditolong oleh Allah dalam menjalani jabatannya.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ، لاَ تَسْأَلِ الإِمَارَةَ، فَإِنَّكَ إِنْ أُوتِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا، وَإِنْ أُوتِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا، وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ، فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا، فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ

Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta jabatan!

Karena apabila engkau diberi jabatan karena meminta maka engkau akan ditelantarkan (oleh Allah) untuk mengurus jabatan itu. Namun, apabila engkau diberi jabatan itu bukan karena memita maka engkau akan ditolong (oleh Allah) untuk mengurus jabatan itu.

Jika engkau bersumpah, kemudian engkau melihat sesuatu yang lebih baik dari pada yang engkau sumpahkan, maka bayarlah kafarah sumpahmu dan lakukanlah yang lebih baik.
(HR. Bukhari : 6622)

7. Berbuat Adillah dan Jangan Zalim!

Semakin banyak orang yang kita pimpin, maka semakin banyak pula tanggung jawab yang dibebankan kepada kita.

Sebagai seorang pemimpin, kita diwajibkan untuk berbuat adil kepada siapapun, baik itu orang lain maupun keluarga.

Barang siapa yang memimpin, lalu ia berbuat adil dalam kepemimpinannya, maka ia akan dinaungi di hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Kemudian ia akan ditempatkan di tempat yang mulia di sisi Allah.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الإِمَامُ العَادِلُ

Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya : (yaitu) pemimpin yang adil.
(HR. Bukhari : 660)

وَأَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ

Penghuni surga itu ada tiga : yaitu pemegang kekuasaan yang adil, dermawan, dan penolong.
(HR. Muslim : 2865)

Namun, apabila mereka yang kita pimpin terzalimi atas kebijakan yang kita buat lalu mereka menuntut keadilan di sisi Allah sementara kita tidak memiliki alasan apapun untuk menyangkal tuntutan mereka, maka sungguh celakalah kita!

Amalan-amalan baik yang kita perbuat selama di dunia, sholat kita, puasa kita, zakat kita, sedekah kita, haji kita, akan dibagikan kepada orang-orang yang pernah kita zalimi.

Apabila amalan-amalan baik kita habis karena telah dibagikan kepada mereka, maka mereka akan membagikan dosa-dosa mereka kepada kita.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ، فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Apakah kalian tau apa itu orang yang bangkrut?”

Para sahabat menjawab : “Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta.”

Lalu beliau bersabda : “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku akan datang di hari kiamat dengan (membawa pahala) sholat, puasa, dan zakatnya. Namun ia pernah mencaci ini, menuduh itu, memakan harta ini, menumpahkan darah ini, dan menendang ini.

Maka kebaikan yang ia bawa itu diberikan pada ini dan ini (yang ia zalimi). Apabila kebaikannya habis sebelum peradilannya diselesaikan maka kesalahan-kesalahan mereka (yang pernah ia zaliminya) akan diserahkan padanya, lalu ia pun dilemparkan ke dalam neraka.”
(HR. Muslim 2581)

اتَّقُوا الْمَظَالِمَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّ الْعَبْدَ يَجِيءُ بِالْحَسَنَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَرَى أَنَّهُ سَتُنْجِيهِ، فَمَا زَالَ عَبْدٌ يَقُومُ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ ظَلَمَنِي عَبْدُكَ مَظْلَمَةً، فَيَقُولُ امْحُوا مِنْ حَسَنَاتِهِ، مَا يَزَالُ كَذَلِكَ، حَتَّى مَا يَبْقَى لَهُ حَسَنَةٌ مِنَ الذُّنُوبِ

Takutlah pada kedzaliman dengan segenap kemampuanmu!

Karena sesungguhnya seorang hamba akan datang membawa amal baiknya di hari kiamat dan ia menyangka akan selamat dengan (amalan tersebut).

Lalu datanglah seorang hamba yang lain yang tidak henti-henti (menuntut kepada Allah) mengatakan : “Wahai Rabbku, hamba-Mu (yang itu) telah menzalimiku.”

Maka Allah berfirman : “Hapuslah kebaikan-kebaikan yang ia miliki.”

Dan hal itu terjadi terus-menerus hingga kebaikan yang dimiliki oleh hamba (yang zalim) itu tidak tersisa kecuali dosa-dosanya.
(HR. Abu Ya’la : 5122)

8. Berlemah Lembutlah dan Jangan Memberatkan!

Kita mengetahui bahwa doa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah doa yang mustajab. Maka apabila kita dijadikan sebagai seorang pemimpin berbuat lembutlah pada mereka dan janganlah memberatkan dan menyulitkan mereka.

Karena sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa kepada Allah :

اللهُمَّ، مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ، فَاشْقُقْ عَلَيْهِ، وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ

Ya Allah! Barang siapa yang diserahkan kepemimpinan untuk mengatur umatku, lantas ia memberatkan umatku, maka beratkanlah urusannya.

Dan barang siapa yang diserahkan kepemimpinan untuk mengatur umatku, lantas ia berlemah lembut, maka berlemah lembutlah Engkau kepadanya.
(HR. Muslim : 1828)

Akhir Kata

Setelah kita mengetahui betapa beratnya menjadi seorang pemimpin maka hendaknya kita bertakwa kepada Allah dan senantiasa berbuat adil dalam memimpin.

Ingatlah bahwa semua diantara kita akan ditanya perihal apa yang pernah kita pimpin!

Apabila dalam kepemimpinan kita senantiasa berbuat baik, adil, tidak zalim dan semena-mena, berlemah lembut, dan tidak memberatkan maka surga sangatlah pantas kita raih.

Sebaliknya, apabila dalam kepemimpinan kita senantiasa berbuat buruk, zalim, tidak memenuhi kewajiban dan hak rakyat maka tubuh kita tidak akan pernah kuat menahan panasnya api neraka.

Demikianlah nasehat untuk para pemimpin yang dapat kami paparkan. Semoga kita dijadikan pemimpin yang adil oleh Allah dan dijauhkan dari kezaliman. Amiin.

Oleh : Adam Rizkala

No comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan komentar yang mencerminkan seorang muslim yang baik :)