Pengertian Ilmu Tajwid dan Hukum Mempelajarinya
Oleh : Adam Rizkala
Dipublikasikan : 2/19/2019
![]() |
Sebagai seorang muslim kita tidak hanya dituntut
membacanya saja. Akan tetapi hendaknya kita juga membacanya dengan baik dan
benar sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallaahu
‘alaihi wasallam.
Untuk mengetahui bagaimana cara Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam membaca Al Quran maka kita harus mempelajari ilmu tajwid.
Dengan ilmu inilah kita dapat memperbaiki bacaan kita sesuai kaidah-kaidah
membaca Al Quran yang baik dan benar.
Sebelum kita melangkah untuk mendalami ilmu tajwid maka
hal yang paling pertama kita lakukan adalah mengenalnya terlebih dahulu.
Dalam mengenalkan sebuah cabang disiplin ilmu, biasanya
para ulama memperkenalkan 10 aspek dasar tentang ilmu tersebut yang dikenal
dengan istilah mabadi’ asyarah. Dalam sebuah syair dikatakan :
إِنَّ مَبَادِئ كُلِّ فَنٍّ عَشَرَة ... الحَدُّ
وَالْمَوْضُوْعُ ثُمَّ الثَّمَرَة
وَفَضْلُهُ وَنِسْبَتُهُ وَالْوَاضِع ...
وَالْاسْمُ الاسْتِمْدَادُ حُكْمُ الشَّارِع
مَسَائِلُ وَاْلبَعْضُ بِالْبَعْضِ اكْتَفَى ...
وَمَنْ دَرَى الْجَمِيْعَ حَازَ الشَّرَفَا
Sesungguhnya setiap disiplin ilmu memiliki sepuluh aspek
dasar. Yaitu :
1. Pengertian
2. Objek
3. Manfaat
4. Keutamaan
5. Hubungannya dengan ilmu lain
6. Pencetus
7. Nama
8. Pengambilan
9. Hukum syar’i
10. Permasalahan
Kesepuluh aspek dasar itu saling melengkapi. Barang siapa
yang mengetahui kesepuluh aspek dasar tersebut maka ia akan mendapatkan
kemuliaan.
Berikut ini akan kita bahas bersama kesepuluh aspek dasar
dalam ilmu tajwid :
1. Pengertian Ilmu Tajwid
Tajwid (التجويد) merupakan bahasa Arab yang secara bahasa
berasal dari kata jawwada – yujawwidu – tajwiidan
(جود – يجود – تجويدا)
yang artinya adalah tahsiin (التحسين) atau membaguskan. Adapun secara istilah
tajwid adalah :
إِخْرَاجُ حُرُوْفِ الهِجَاءِ مِنْ
مَخَارِجِهَا الصَحِيْحَةِ وَإِعْطَاءُ كُلِّ حَرْفٍ حَقَّهُ وَمُسْتَحَقَّهُ
Mengucapkan
huruf hijaiyyah dari tempat keluarnya dengan benar dan memberikan haqnya huruf
serta mustahaqnya.[1]
Yang dimaksud dengan haqnya huruf adalah sifat laazimah
atau sifat asli dalam huruf tersebut, yang mana sifat tersebut tidak akan
terpisah dari huruf tersebut karena apapun baik itu
ketika berharakat fathah, kasrah, dhammah ataupun sukun.
Contoh
dari sifat tersebut diantaranya : jahr (nafas tertahan), isti’laa
(terangkatnya pangkal lidah), ithbaq (merapatkan pangkal lidah dengan
langit-langit), dan lain sebagainya.
Sedangkan
mustahaqnya huruf adalah sifat ‘aaridhah atau sifat yang datang
sesuai dengan kondisi tertentu; seperti idzhar (jelas), idgham
(masuk), iqlab (membalik), ikhfa’ (samar), tarqiq (tipis),
tahfkhim (tebal), dan lain sebagainya.
2. Objek Pembahasan Ilmu Tajwid
Menurut
mayoritas ulama, objek pembahasan dalam
ilmu tajwid adalah kata dan kalimat dalam ayat-ayat Al Quran saja.
Sedangkan
sebagian ulama yang lainnya
memasukkan hadits sebagai objek pembahasan
ilmu tajwid. Sehingga membaca haditspun juga harus sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
3. Manfaat dari Mempelajari Ilmu Tajwid
Manfaat yang kita peroleh ketika kita sudah mempelajari
ilmu tajwid adalah terjaganya lisan dari kesalahan ketika membaca Al Quran.
Abdul Fattah bin As Sayyid mengatakan :
ثَمَرتُهُ:
هِيَ صَوْنُ اللِّسَانِ عَنِ اللَّحْنِ فِي لَفْظِ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ
Dengan mempelajari ilmu ini maka kita dapat
mengetahui bagaimana sifat-sifat, dan tempat keluarnya huruf. Kita juga dapat
mengetahui apakah huruf itu dibaca panjang atau pendek, dengung atau jelas atau
samar.
Apabila kita tidak mengetahui bagaimana cara
membaca yang benar sehingga keliru dalam mengucapkan huruf-huruf atau
kalimat-kalimat dalam Al Quran maka berubahlah makna ayat yang kita baca.
Berubahnya makna ayat yang dibaca ini dapat
berakibat fatal. Karena apabila kita keliru dalam membacanya maka kita telah
merusak ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya dengan bacaan yang
bertajwid.
Allah subhanahu wata’ala menurunkan Al
Quran kepada Nabi-Nya dengan bacaan yang tartil dan bertajwid. Allah ta’ala
berfirman :
وَرَتَّلْنَاهُ
تَرْتِيلًا
4. Keutamaan Ilmu Tajwid
Ilmu tajwid adalah ilmu yang paling mulia, karena ia
merupakan ilmu yang berhubungan langsung dengan kalam Allah ta’ala.
5. Hubungannya dengan Ilmu Lain
Ilmu tajwid merupakan salah satu dari cabang ilmu-ilmu Al
Quran.
6. Peletak dasar Ilmu Tajwid
Adapun yang meletakkan dasar ilmu tajwid secara praktek
adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan secara teori
ilmiah, ada yang mengatakan bahwa yang meletakkan dasar-dasar ilmu tajwid
adalah Abu Al Aswad Ad Dualiy; ada juga yang mengatakan Abu Ubaid Al Qasim bin
Salam; ada juga yang mengatakan Khalil bin Ahmad Al Faraahidiy; dan masih
banyak pendapat yang lainnya. Adapun yang membuat nadzom tajwid pertama
kali adalah Abu Muzahim Al Khaqaaniy.[4]
7. Nama Ilmu
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa ilmu yang membahas
tentang cara membaca Al Quran dengan baik dan benar bernama ilmu tajwid.
8. Sumber Pengambilan Ilmu Tajwid
Sumber pengambilan ilmu tajwid diambil dari Al Quran dan
As Sunnah yang dinukil dengan shahih serta mutawatir dari para ulama qiraat
yang bersambung hingga Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
Dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan.[5]
Adapun dalil dari As Sunnah :
عَنْ يَعْلَى بْنِ مَمْلَكٍ، أَنَّهُ
سَأَلَ أُمَّ سَلَمَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَصَلَاتِهِ، قَالَتْ: مَا لَكُمْ وَصَلَاتَهُ، ثُمَّ نَعَتَتْ قِرَاءَتَهُ
فَإِذَا هِيَ تَنْعَتُ قِرَاءَةً مُفَسَّرَةً حَرْفًا حَرْفًا
Dari Ya’la bin Mamlak,
ia bertanya pada Ummu Salamah tentang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
dan shalatnya. Lalu dia menjawab :
“Apa urusan kalian
dengan shalat beliau?” Kemudian ia mensifati qiraatnya Rasulullah secara rinci
huruf demi huruf (yakni dengan tartil).[6]
Dalam
riwayat sunan Tirmidzi juga disebutkan :
عَنْ يَعْلَى بْنِ مَمْلَكٍ، أَنَّهُ
سَأَلَ أُمَّ سَلَمَةَ، زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ
قِرَاءَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَلَاتِهِ، فَقَالَتْ:
مَا لَكُمْ وَصَلَاتَهُ؟ كَانَ يُصَلِّي ثُمَّ يَنَامُ قَدْرَ مَا صَلَّى، ثُمَّ
يُصَلِّي قَدْرَ مَا نَامَ، ثُمَّ يَنَامُ قَدْرَ مَا صَلَّى حَتَّى يُصْبِحَ،
ثُمَّ نَعَتَتْ قِرَاءَتَهُ، فَإِذَا هِيَ تَنْعَتُ قِرَاءَةً مُفَسَّرَةً حَرْفًا
حَرْفًا
Dari Ya’la bin Mamlak,
ia bertanya pada Ummu Salamah (Ia adalah istri Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam) tentang qiraat dan shalatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam. Maka ia menjawab :
“Apa urusan kalian
dengan shalat beliau? Beliau shalat kemudian tidur seperti lama waktu shalatnya,
kemudian beliau shalat seperti lama waktu tidurnya, kemudian beliau tidur lagi
seperti lama waktu shalatnya hingga subuh.”
Kemudian Ummu Salamah
mensifati qiraat beliau secara rinci huruf demi huruf.
9. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
Mempelajari ilmu tajwid secara praktek
hukumnya wajib bagi setiap muslim dan muslimah, karena membacanya dengan
bertajwid itu wajib hukumnya; baik itu membacanya di dalam shalat maupun diluar
salat.
Adapun mempelajari ilmu tajwid secara
teoritis hukumnya wajib kifayah; yakni apabila sudah ada sebagian kaum muslimin
yang mempelajarinya maka yang lain tidak berdosa. Namun, apabila tidak ada yang
mempelajarinya sama sekali maka hukumnya berdosa.
Karena itulah Imam Ibnu Al Jazariy mengatakan
:
وَالأَخْذُ بِالتَّجْوِيدِ حَتْمٌ لازِمُ ... مَنْ
لَمْ يُجَوِّدِ الْقُرَآنَ آثِمُ
لأَنَّهُ بِهِ الإِلَهُ أَنْزَلاَ ... وَهَكَذَا
مِنْهُ إِلَيْنَا وَصَلاَ
Membaca Al Quran dengan bertajwid
hukumnya wajib, barang siapa yang tidak membaca Al Quran dengan bertajwid maka
ia berdosa, karena Allah menurunkan Al Quran dengan bertajwid, dan seperti
itulah Al Quran sampai kepada kita.[7]
10. Permasalahan yang Dibahas dalam Ilmu Tajwid
Permasalahan yang dibicarakan dalam ilmu tajwid ini
berkisar pada makharij al huruf (tempat mengeluarkan huruf), sifat al
huruf (karakteristik huruf), memanjangkan atau memendekkan bacaan,
hukum-hukum cara membaca idzhar (jelas), ikhfa’ (samar),
idgham (masuk), tarqiq (tipis), tafkhim (tebal), waqaf (berhenti),
washal (sambung), dan lain sebagainya.
Demikianlah kesepuluh aspek dasar dalam ilmu tajwid yang
harus kita ketahui. Semoga bermanfaat.
Oleh : Adam Rizkala
[1] Aliyullah bin Ali Abu Al Wafa, Al Qoul As
Sadid fii Ilmi At Tajwid, (Darul Wafa’, 2003), hlm: 35.
[2] Abdul
Fattah bin As Sayyid, Hidayah Al Qori ila Tajwiid Al Kalaam Al Baari,
(Madinah: Maktabah Thayyibah), hlm: 46.
[3] QS. Al
Furqoon ayat 32
[4]
Aliyullah bin Ali Abu Al Wafa, Al Qoul As Sadid fii Ilmi At Tajwid,
(Darul Wafa’, 2003), hlm: 36.
[5] QS. Al
Muzammil ayat 4
[6] HR.
Nasaiy no. 1022
[7] Ibnu Al
Jazariy, Mandzumah Al Muqoddimah fiimaa Yajibu ala Al Qaari’ an Ya’lamahu
(Darul Mughni: 2001), hlm 11.
Tajwid (التجويد) merupakan bahasa Arab yang secara bahasa berasal dari kata jawwada – yujawwidu – tajwiidan (جود – يجود – تجويدا) yang artinya adalah tahsiin (التحسين) atau membaguskan. Adapun secara istilah tajwid adalah :
ReplyDeleteإِخْرَاجُ حُرُوْفِ الهِجَاءِ مِنْ مَخَارِجِهَا الصَحِيْحَةِ وَإِعْطَاءُ كُلِّ حَرْفٍ حَقَّهُ وَمُسْتَحَقَّهُ
Mengucapkan huruf hijaiyyah dari tempat keluarnya dengan benar dan memberikan haqnya huruf serta mustahaqnya.[1]
Yang dimaksud dengan haqnya huruf adalah sifat laazimah atau sifat asli dalam huruf tersebut, yang mana sifat tersebut tidak akan terpisah dari huruf tersebut karena apapun baik itu ketika berharakat fathah, kasrah, dhammah ataupun sukun.
Contoh dari sifat tersebut diantaranya : jahr (nafas tertahan), isti’laa (terangkatnya pangkal lidah), ithbaq (merapatkan pangkal lidah dengan langit-langit), dan lain sebagainya.
Sedangkan mustahaqnya huruf adalah sifat ‘aaridhah atau sifat yang datang sesuai dengan kondisi tertentu; seperti idzhar (jelas), idgham (masuk), iqlab (membalik), ikhfa’ (samar), tarqiq (tipis), tahfkhim (tebal), dan lain sebagainya.