11 Nasehat untuk Penghafal Quran
Oleh : Adam Rizkala
Dipublikasikan : 2/20/2019
![]() |
Apakah Anda
adalah seorang penghafal Al Quran??
Bahagiakah Anda apabila ditakdirkan oleh Allah menjadi
seorang penghafal Al Quran?? Tentunya sangat bahagia, bukan?!
Bagaimana tidak?? Mereka yang menghafalkan Al Quran
dijanjikan surga oleh Allah, dijadikan sebagai bagian dari kekasih Allah yang
terpilih diantara para kekasih-Nya.
Selain itu, orang tuanya akan diberikan mahkota
penghormatan di hari kiamat yang cahayanya lebih terang dari pada cahaya
matahari, dan masih banyak keutamaan dahsyat lainnya.
Namun, siapa sangka bilamana ternyata penghafal Al Quran
pun juga ada yang dimasukkan ke dalam api neraka? Na’udzubillahi min dzaalik.
Maka hendaknya bagi penghafal Al Quran untuk mengambil
kesebelas nasehat berikut ini :
1. Jagalah Niat!
Niat adalah perkara sederhana akan tetapi paling sulit
untuk kita kendalikan. Ia senantiasa berbolak-balik dengan mudah bagaikan
dedaunan yang ditiup angin.
Sufyan Ats-Tsauri, seorang ulama salaf pun
mengakui bahwa niat adalah sesuatu yang paling sulit diatasi, beliau berkata :
مَا عَالَجْتُ شَيْئًا أَشَدَّ عَلَيَّ مِنْ
نِيَّتِي
Tidaklah aku menangani sesuatu yang
lebih berat bagiku kecuali niatku sendiri.
Sebesar apapun amalan yang kita perbuat akan bernilai
kecil di sisi Allah karena niatnya.
Sebaliknya, sekecil apapun amalan yang kita perbuat akan
bernilai besar di sisi Allah karena niatnya pula.
Seorang penghafal Al Quran tentunya tidak terlepas dari
pujian manusia. Apalagi apabila Allah memberikannya keutamaan berupa suara yang
merdu dan indah.
Ketahuilah! Bahwa pujian-pujian itu merupakan racun bagi
hati kita yang sesungguhnya dapat menggelincirkan kita ke dalam lubang api
neraka!
Apabila pujian itu dapat menggelincirkan hati kita, maka
berhati-hatilah! Karena berarti kita telah mempersiapkan wajah kita untuk
diseret dan dilemparkan ke dalam api neraka!
Na’udzubillahi min dzaalik.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda
:
إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ
الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ . . . وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ، وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ
الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا
عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ، وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ
الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ:
عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ
أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ
Manusia yang paling awal diadili
dihari kiamat adalah . . . seorang lelaki yang mempelajari ilmu dan
mengajarkan ilmu serta membaca Al Quran.
Lalu ia didatangkan dan ditunjukkan
nikmat itu kepadanya, maka iapun mengakui nikmat itu. Lalu Allahpun berfirman :
“Apa yang engkau perbuat terhadap nikmat-nikmat itu?”
Ia menjawab : “Aku mempelajari ilmu
dan mengajarkannya, serta membaca Al Quran karena-Mu.”
Allah berfirman : “Engkau berdusta!
Engkau mempelajari ilmu agar dijuluki sebagai orang yang berilmu dan engkau
membaca Al Quran agar dijuluki sebagai orang yang ahli baca Al Quran, dan
engkau telah mendapatkan julukan itu!”
Maka malaikat diperintahkan untuk
menyeret wajahnya hingga ia dilemparkan di dalam neraka.
(HR. Muslim : 1905)
Oleh karena itu, sebagai penghafal Al Quran kita wajib
meneguhkan niat kita agar senantiasa ikhlas hanya untuk Allah ta'ala
semata.
2. Jauhi Maksiat!
Menjauhi maksiat adalah kewajiban bagi setiap muslim
dan muslimah. Terlebih lagi bagi kita yang menghafalkan Al Quran.
Karena
Rasulullah memerintahkan umatnya untuk menghormati dan memuliakan penghafal Al
Quran :
إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِي
الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ، وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ
وَالْجَافِي عَنْهُ، وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ
Termasuk perbuatan yang mengagungkan
Allah adalah memuliakan orang yang beruban (orang yang sudah tua), penghafal
Al Quran yang tidak berlebihan dan tidak menyimpang (dalam memahami dan
mengamalkannya), dan memuliakan penguasa yang adil.
(HR. Abu Dawud : 4843)
Mengingat kedudukan penghafal Al Quran lebih tinggi dari
pada yang tidak menghafalkannya, maka kewajiban untuk menjauhi maksiat jauh
lebih ditekankan lagi.
Tahukah
Anda? Bahwa sesungguhnya Al Quran yang Allah letakkan di dalam dada para penghafal
Al Quran merupakan cahaya.
Tatkala
kita melakukan perbuatan maksiat maka Allah jadikan noda di dalam hati kita.
Allah ta’ala berfirman :
كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ
قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.
(QS. Al Muthaffifiin : 14)
Oleh
karena itu, apabila hati kita terus menerus dipenuhi dengan noda, maka tertutuplah
hati kita dari cahaya
yang menyinarinya.
Akibatnya, Al Quran yang semula singgah menyinari hati
kita pergi dan tidak menyinarinya lagi.
3. Jagalah Al Quran!
Tidak
diragukan lagi, bahwa menjaga hafalan Al Quran adalah kewajiban bagi mereka yang
sudah mendedikasikan dirinya untuk menghafal Al Quran.
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
تَعَاهَدُوا القُرْآنَ، فَوَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنَ الإِبِلِ فِي عُقُلِهَا
Jagalah Al Quran, demi Allah yang diriku
berada di tangan-Nya, sesungguhnya Al Quran lebih mudah terlepas dari pada unta
dalam ikatannya.
(HR. Bukhari : 5033)
Bahkan penghafal Al Quran yang dengan sengaja tidak
menjaga hafalannya akan diancam dengan ancaman yang berat di hari kiamat. Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
عُرِضَتْ عَلَيَّ أُجُورُ أُمَّتِي حَتَّى
الْقَذَاةُ يُخْرِجُهَا الرَّجُلُ مِنَ الْمَسْجِدِ، وَعُرِضَتْ عَلَيَّ ذُنُوبُ
أُمَّتِي، فَلَمْ أَرَ ذَنْبًا أَعْظَمَ مِنْ سُورَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ أَوْ آيَةٍ
أُوتِيَهَا رَجُلٌ ثُمَّ نَسِيَهَا
Ditunjukkan kepadaku pahala-pahala
umatku hingga (pahala) kotoran yang dikeluarkan seseorang dari Masjid. Dan
ditunjukkan kepadaku dosa-dosa umatku. Maka tidaklah kulihat dosa yang lebih
besar daripada surat atau ayat dari Al Quran yang dihafal oleh seseorang,
kemudian ia melupakannya.
(HR. Abu Dawud : 461, hadits ini diperselisihkan
kesahihannya, dhaif menurut Syaikh Albani)
4. Pelajari Tafsirnya!
Betapa
bodohnya penghafal Al Quran yang berhenti sampai tingkatan menghafal saja!
Padahal
para sahabat terdahulu tidaklah mereka menghafalkan dan mempelajari Al Quran
melainkan mereka mengerti makna dan mengamalkannya.
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرحمن، قَالَ: حَدَّثَنَا
الَّذِيْنَ كَانُوا يُقْرِئُوْنَنَا: أَنَّهُمْ كَانُوا يَسْتَقْرِئُوْنَ مِنَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَانُوا إِذَا تَعَلَّمُوْا عَشْرَ
آيَاتٍ لَمْ يُخَلِّفُوْهَا حَتَّى يَعْمَلُوْا بِمَا فِيْهَا مِنَ الْعَمَلِ،
فَتَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ وَالْعَمَلَ جَمِيْعًا
Dari Abu Abdirrahman, ia berkata :
Orang-orang yang mengajarkan Al Quran kepada kami bercerita :
Dahulu ketika mereka diajarkan Al
Quran oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka mereka belajar sepuluh ayat
dan tidak meninggalkan kesepuluh ayat tersebut hingga mereka mengetahui
maknanya agar bisa diamalkan. Maka kamipun belajar Al Quran sekaligus
mengamalkannya.
(Tafsi Ath-Thabari : 1/80)
5. Bacalah Al Quran dengan Khusyuk!
Betapa banyak dari kita yang membaca Al Quran hanya untuk
segera mengkhatamkannya.
Tidak salah memang. Akan tetapi apabila hanya hal itu
yang kita utamakan tanpa ada rasa khusyuk dan tadabbur maka ini adalah hal yang
keliru.
Allah mencela orang-orang yang tidak bertadabbur dengan
ayat-ayat Al Quran. Allat ta’ala berfirman :
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ
الْقُرْآنَ
Maka apakah mereka tidak memperhatikan
Al Quran?
(QS. An-Nisa : 82)
Diantara hikmah diturunkannya Al Quran adalah agar kita
bertadabbur terhadap Al Quran dan mengambil pelajaran di dalamnya. Allah ta’ala
berfirman :
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ
إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو
الْأَلْبَابِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran.
(QS. Shad : 29)
Allah juga mencela orang-orang yang tidak khusyuk
terhadap Al Quran dan bahkan hal itu menyerupai ahli kitab yang keras hatinya
karena tidak bisa khusyuk terhadap kitab yang diturunkan kepada mereka.
Allah ta’ala berfirman :
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا
أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ
وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ
الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
Belumkah datang waktunya bagi
orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan
kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian
berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.
(QS. Al-Hadid : 16)
6. Nasehati Dirimu dengan Al Quran!
Betapa banyak ayat-ayat yang dapat kita jadikan sebagai
peringatan, baik itu berupa kisah-kisah kaum terdahulu, kisah para nabi, janji
tentang surga dan neraka, kejadian-kejadian di hari kiamat, dan lain
sebagainya.
Dengan kita
jadikan ayat-ayat tersebut sebagai
nasehat maka dengan izin Allah kualitas
keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah
akan semakin bertambah.
Maka sebagai penghafal Al Quran kita juga wajib untuk
menjadikan Al Quran sebagai nasehat bagi diri kita.
Karena sesungguhnya Allah telah memudahkan Al Quran untuk
dijadikan pelajaran dan peringatan bagi manusia. Allah ta’ala berfirman
:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا
الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan
Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
(QS. Al-Qomar : 17)
7. Amalkan Isinya!
Mengamalkan Al Quran adalah kewajiban bagi setiap kaum
muslimin. Terlebih lagi bagi kita yang menghafalkan firman Allah ta’ala.
Sungguh buruk apabila Allah izinkan Al Quran singgah di
dalam dada kita namun kita tidak mau mengamalkannya.
Pada hakikatnya Al Quran diturunkan bukan hanya untuk
dihafalkan atau dibaca semata.
Bahkan Al Quran ini diturunkan untuk dipelajari dan diamalkan.
Tidak cukup mempelajarinya saja tanpa pengamalan.
Tahukah Anda..!?
Penyebab Allah murka terhadap kaum Yahudi adalah karena
mereka mengetahui kebenaran akan tetapi tidak mau mengamalkan kebenaran yang
mereka ketahui.
Allah ta’ala berfirman tentang mereka :
بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ
أَنفُسَهُمْ أَن يَكْفُرُوا بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَن يُنَزِّلَ اللَّهُ
مِن فَضْلِهِ عَلَىٰ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَىٰ
غَضَبٍ ۚ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُّهِينٌ
Alangkah buruknya (hasil perbuatan)
mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah
diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat
murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan
yang menghinakan.
(QS. Al-Baqarah : 90)
Maka seorang penghafal Al Quran yang sesungguhnya
adalah mereka yang menggabungkan antara ilmu dan amal, yaitu mereka yang
menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Al Quran dan mengharamkan apa yang
diharamkan oleh Al Quran.
Allah ta’ala berfirman :
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ
الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۗ
وَمَن يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Orang-orang yang telah Kami berikan
Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya,
mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka
mereka itulah orang-orang yang rugi.
(QS. Al Baqarah : 121)
Abdullah bin Mas’ud menafsirkan dan bersumpah atas nama
Allah bahwa yang dimaksud dengan “حَقَّ تِلَاوَتِهِ” (dengan bacaan yang sebenarnya) adalah :
أَنْ يَحِلَّ حَلَالَهُ وَيُحَرِّمَ حَرَامَهُ،
وَيَقْرَأُهُ كَمَا أَنْزَلَهُ اللهُ، وَلَا يُحَرِّفُ الْكَلِمَ عَنْ
مَوَاضِعِهِ، وَلَا يَتَأَوَّلُ مِنْهُ شَيْئًا عَلَى غَيْرِ تَأْوِيْلِهِ
Menghalalkan apa yang dihalalkan
oleh Al Quran, mengharamkan apa yang diharamkan oleh Al Quran, membacanya
sebaimana Allah menurunkannya, tidak merubah-rubah perkataan suatu ayat dari
tempatnya, dan tidak menafsirkannya sedikitpun dengan selain penafsirannya.
(Tafsir Ath-Thabari : 2/567)
8. Dakwahkan dan Ajarkan Al Quran!
Mendakwahkan dan mengajarkan Al Quran kepada setiap
manusia adalah sebuah kewajiban bagi kita semua.
Tujuannya adalah agar mereka mengetahui apa yang
difirmankan oleh Tuhannya, dan agar mereka kembali pada agama yang lurus. Allah
ta’ala berfirman :
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ
بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ
أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl
ayat 125)
9. Hiasi Diri dengan Akhlak Al Quran!
Penghafal Al Quran bukan hanya sekedar kaset murottal
yang suatu saat disetel bisa membunyikan ayat-ayat Al Quran.
Akan tetapi, penghafal Al Quran yang sebenarnya adalah
mereka yang menghiasi dirinya dengan akhlak Qurani.
Barang siapa yang berakhlak dengan akhlak Al Quran maka
ia telah berittiba’ kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam,
karena sesungguhnya akhlak beliau adalah akhlak Al Quran, Allah ta’ala
berfirman :
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ
عَظِيمٍ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.
(QS. Al-Qolam : 4)
Ketika Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa ditanya tentang
akhlak Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka ia menjawab bahwa
akhlak beliau adalah akhlak Al Quran.
Sa’d bin Hisyam pernah bertanya pada Aisyah :
يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَنْبِئِينِي عَنْ خُلُقِ
رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: أَلَسْتَ تَقْرَأُ
الْقُرْآنَ؟ قُلْتُ: بَلَى، قَالَتْ: فَإِنَّ خُلُقَ نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ الْقُرْآنَ
“Wahai ibunya kaum mukminin, ceritakan padaku tentang akhlak
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.”
Aisyah menjawab : “Apakah engkau
tidak membaca Al Quran?”
Aku berkata : “Iya.”
Aisyah berkata : “Sesungguhnya
akhlak Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah Al Quran.”
(HR. Muslim : 746)
10. Jauhilah Musik!
Al Quran adalah lawan dari musik. Musik dan Al Quran
bagaikan minyak dan air. Maka selamanya ia tidak akan pernah bersatu.
Barang siapa yang mencintai musik tidak akan bisa
mencintai Al Quran. Sebaliknya, barang siapa yang mencintai Al Quran pasti
tidak akan cinta dengan musik.
Dalam Islam, musik dan nyanyian adalah perkara yang
diharamkan. Allah ta’ala berfirman :
وَمِنَ النَّاسِ مَن
يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ
وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan
perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan
memperoleh azab yang menghinakan. (QS. Luqman : 6)
Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya :
“bahwa setelah
Allah menyebutkan perihal orang-orang yang berbahagia, yaitu mereka yang
menjadikan Al Quran sebagai petunjuk dan mereka memperoleh manfaat dari
mendengarkan bacaannya sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam surat
Az-Zumar ayat 23, . . .
kemudian diterangkan perihal orang-orang yang celaka,
yaitu mereka yang berpaling dari Al Quran, tidak mau mendengarkannya dan tidak
mau mengambil manfaat darinya. Bahkan mereka lebih senang mendegarkan seruling,
nyanyian dan suara musik.”
Ibnu Mas’ud juga menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan لَهْوَ الْحَدِيثِ (perkataan yang
tidak berguna) dalam ayat tersebut adalah nyanyian.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam juga
mengabarkan bahwa suatu saat akan ada kaum yang menghalalkan alat-alat
musik.
Ini menunjukkan bahwa hukum musik itu diharamkan dalam
Islam. Beliau bersabda :
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ،
يَسْتَحِلُّونَ الحِرَ وَالحَرِيرَ، وَالخَمْرَ وَالمَعَازِفَ
Akan ada dari umatku suatu kaum yang
menghalalkan zina, sutera, khamer, dan alat musik.
(HR. Bukhari : 5590)
Oleh karena itu, kita sebagai seorang penghafal Al Quran
hendaknya menjauhkan diri dari mendengarkan musik dan nyanyian yang tidak
bermanfaat.
11. Bergabunglah Bersama Orang Shalih!
Sudah menjadi hal yang lumrah apabila seseorang akan
mengikuti temannya dalam tabiat dan perilaku kesehariannya.
Oleh karena itu, seorang penghafal Al Quran hendaknya
bergaul dengan orang-orang yang shalih.
Dengan teman yang shalih itulah maka kita akan dimudahkan
menjadi orang yang shalih pula. Karena tabiat kita itu sangat tergantung dengan
tabiat teman bergaul kita.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda
:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ
أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang itu tergantung agama
temannya, maka hendaklah salah seorang kalian memperhatikan siapa yang
dijadikannya sebagai teman.
(HR. Abu Dawud : 4833)
Apabila kita bergaul dengan orang-orang yang buruk maka
ini sungguh berbahaya bagi kita. Karena teman bergaul yang buruk akan
memberikan pengaruh yang buruk pada kita.
Seandainyapun kita tidak terpengaruh dengan keburukannya
maka kita akan tetap terciprat keburukan yang ia miliki.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda
:
مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ،
كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ
يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا
طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ
تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
Perumpamaan teman yang baik dan
teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi.
Penjual minyak wangi bisa jadi akan
memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan
kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau harum darinya.
Sedangkan pandai besi, bisa jadi
(percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan
bau asapnya yang tak sedap.
(HR. Bukhari : 5534)
Demikianlah sebelas Nasehat untuk Penghafal Al Quran yang
bisa kami sampaikan. Semoga kita senantiasa dimasukkan oleh Allah ke dalam
golongan penghafal Al Quran yang senantiasa berpegang teguh dengan kesebelas
nasehat tersebut. Amiin.
Oleh : Adam Rizkala