Terjemahan Kitab Tsalatsatul Ushul : Tiga Pondasi dalam Islam
Oleh : Adam Rizkala
Dipublikasikan : 12/27/2018
![]() |
Sebagaimana dibangunnya bangunan yang bertingkat, maka
tidaklah bangunan tersebut dibangun kecuali diawali dengan pondasi yang
kuat.
Tatkala pondasi awal yang dibangun lemah, maka semegah
dan sekokoh apapun suatu bangunan akan sangat mudah dirobohkan.
Sebaliknya, apabila pondasi awal yang dibangun sangatlah
kokoh dan kuat maka sebesar dan semegah apapun bangunan yang akan dibangun di
atasnya akan tetap kokoh dan kuat.
Demikian pula agama Islam yang tidak akan kuat
bangunannya kecuali dilandasi dengan pondasi yang kokoh dan kuat. Ada tiga
landasan utama dalam Islam yang perlu kita bangun dengan kuat agar bangunan
Islam semakin kuat dan tidak mudah dirobohkan.
Berikut ini ketiga landasan atau pondasi tersebut yang kami terjemahkan dari kitab Tsalatsah Al-Ushul :
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
A. Apa yang Wajib Dipelajari oleh Setiap Muslim?
Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, bahwasanya kita
wajib mempelajari empat permasalahan, (yaitu):
- Pertama, ilmu. Yaitu ilmu tentang mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya, dan mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya.
- Kedua, mengamalkannya.
- Ketiga, mendakwahkannya.
- Keempat, sabar terhadap gangguan yang ada di dalamnya.
Adapun dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.[1]
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan :
“Seandainya Allah tidak menurunkan hujjah atas makhluknya kecuali surat ini,
niscaya surat ini mencukupi mereka.”
Imam Al-Bukhari rahimahullah mengatakan : Bab
“Ilmu itu sebelum ucapan dan amalan”, adapun dalilnya adalah firman Allah
ta’ala : Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan,
tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu.[2] dari ayat ini menunjukkan bahwa Allah memulai dengan ilmu
sebelum ucapan dan perbuatan.
Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, sesungguhnya setiap
orang Islam baik laki-laki maupun perempuan wajib mempelajari tiga permasalahan
ini dan mengamalkannya.
Pertama : Bahwa Allah yang telah menciptakan dan memberikan
rezeki kepada kita, dan tidak membiarkannya begitu saja. Bahkan Allah telah
mengutus utusan, maka barang siapa yang menaatinya masuk surga dan barang siapa
yang menentangnya maka masuk neraka. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala
:
إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا
أَرْسَلْنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ رَسُولًا ﴿١٥﴾ فَعَصَىٰ فِرْعَوْنُ
الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا ﴿١٦﴾
Sesungguhnya Kami telah mengutus
kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi
terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada
Fir'aun. Maka Fir'aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan
yang berat.[3]
Kedua : Bahwa Allah tidak ridha apabila Ia disekutukan
oleh seorangpun dalam beribadah kepada-Nya, baik itu Malaikat yang didekatkan
ataupun Nabi yang diutus. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu
adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya
di samping (menyembah) Allah.[4]
Ketiga : Bahwa barang siapa yang menaati Rasul-Nya dan
mentauhidkan Allah maka ia tidak diperbolehkan berloyal kepada orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya walaupun ia adalah karib kerabat terdekatnya.
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ
أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي
قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
وَرَضُوا عَنْهُ ۚ أُولَٰئِكَ حِزْبُ اللَّهِ ۚ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ
Kamu tak akan mendapati kaum yang
beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau
anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah
orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan
mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.
Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan
rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.[5]
B. Al-Haniifiyyah Agama Ibrahim adalah Ibadah Semata-mata kepada Allah
Ketahuilah, semoga Allah membimbingmu untuk menaati-Nya,
bahwa Al-Hanifiyyah[6] agamanya Ibrahim adalah hendaknya engkau beribada kepada Allah
semata-mata dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya. Maka dari itu Allah
memerintahkan seluruh manusia dan menciptakan mereka untuk itu, sebagaimana
firman Allah ta’ala :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Makna “mengabdi kepada-Ku” adalah “mentauhidkan-Ku”.
Perintah teragung yang diperintahkan oleh Allah adalah tauhid, yaitu
menunggalkan dalam peribadatan. Dan larangan terbesar yang dilarang oleh Allah
adalah syirik, yaitu menyembah kepada selain Allah disamping menyembah
kepada-Nya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
C. Tiga Pondasi dalam Islam
Apabila engkau ditanya : “Apa itu tiga pondasi yang wajib
diketahui oleh manusia?” Maka jawablah : “Pengetahuan seorang hamba terhadap
Rabb-Nya, agamanya, dan Nabinya (yaitu) Muhammad shallallaahu ‘alaihi
wasallam.”
1. Pondasi Pertama
Lalu jika engkau ditanya, “Siapa
Rabbmu?” Jawablah, “Rabbku adalah Allah yang
telah memeliharaku dan memelihara seluruh
alam ini dengan nikmat-nikmat-Nya. Dan Dia
adalah sesembahanku, aku tidak memiliki sesembahan
selain-Nya.” Dalilnya adalah firman Allah taala :
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Dan segala sesuatu selain Allah adalah alam, dan saya
termasuk salah satu dari alam tersebut.
Lalu, jika engkau ditanya, “Dengan apa engkau mengenal
Rabbmu?” Jawablah, “Dengan ayat-ayat-Nya dan makhluk-makhluk-Nya. Diantara
ayat-ayat-Nya adalah malam, siang, matahari, dan bulan. Dan diantara
makhluk-makhluk-Nya adalah langit yang tujuh, bumi yang tujuh, dan segala apa
yang ada di dalamnya dan yang ada di antara keduanya.” Dalilnya adalah firman
Allah ta’ala :
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا
تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ
إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari
maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu
hendak sembah.[10]
Dan firman Allah ta’ala :
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي
سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ
يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ
بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ
الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah
yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di
atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.[11]
Dan Rabb adalah sesembahan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala
:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ
وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿٢١﴾ الَّذِي جَعَلَ
لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ
أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٢٢﴾
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang
telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah
yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.[12]
Ibnu Katsir rahimahullahu ta'ala berkata : “Pencipta
segala hal inilah yang berhak untuk diibadahi.”
Macam-macam
ibadah yang telah Allah perintahkan seperti Islam, iman, dan ihsan. Yang termasuk ibadah adalah doa[13], takut, berharap, tawakkal, raghbah[14], rahbah[15], khusyuk, khasy-yah[16], inabah[17], meminta pertolongan, meminta perlindungan, istighatsah[18], menyembelih, nadzar, dan selain itu dari jenis-jenis ibadah yang telah Allah perintahkan. Seluruhnya untuk Allah. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu
adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya
di samping (menyembah) Allah.[19]
Sehingga barang siapa yang
memalingkan ibadah ini kepada sesuatu selain
Allah, maka dia musyrik dan juga kafir. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala
:
وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ
فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping
Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya
perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada
beruntung.[20]
Dan di dalam hadits :
الدُّعَاءُ مُخُّ العِبَادَةِ
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ
يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina".[22]
Dalil takut adalah firman Allah ta’ala :
إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا
تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Sesungguhnya mereka itu tidak lain
hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang
musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.[23]
Dalil berharap adalah firman Allah ta’ala :
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا
يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.[24]
Dalil tawakkal adalah firman Allah ta’ala :
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Dan Allah berfirman :
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Dalil raghbah, rahbah, dan khusyuk adalah
firman Allah ta’ala :
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا
وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang
baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu' kepada Kami.[27]
Dalil khasy-yah adalah firman Allah ta’ala
:
فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي
Dalil inabah adalah firman Allah ta’ala
:
وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ
Dalil meminta pertolongan adalah firman Allah ta'ala :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Dan di dalam hadits :
وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
Dalil meminta perlindungan adalah firman Allah ta’ala :
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
Dan :
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
Dalil istighatsah adalah firman Allah ta’ala
:
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ
Dalil menyembelih adalah firman Allah ta’ala
:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لَا شَرِيكَ لَهُ
Katakanlah: sesungguhnya
sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam. Tiada sekutu bagi-Nya[35]
Dan dalil dari As-Sunnah :
لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ
Dalil nadzar adalah firman Allah ta’ala :
يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا
2. Pondasi Kedua
Pondasi yang kedua adalah mengenal agama Islam dengan
dalil-dalilnya. Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid, tunduk
kepadanya dengan ketaatan, berlepas diri dari syirik dan para pelakunya. Agama
Islam ada tiga tingkatan : (yaitu) Islam, iman, dan ihsan. Setiap tingkatan
memiliki rukun-rukun tersendiri.
A. Tingkatan Pertama yaitu Islam
Adapun rukun Islam ada lima (yaitu) :
- Bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
- Mendirikian shalat.
- Menunaikkan zakat.
- Berpuasa di bulan Ramadhan.
- Dan haji ke Baitullah Al-Haraam.
Dalil syhadat adalah firman Allah ta’ala :
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ
وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ
Allah menyatakan bahwasanya tidak
ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para
Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak
ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.[38]
Makna syahadat adalah tidak ada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Allah; kata (لاَ إِلهَ) menafikan
seluruh sesembahan selain Allah, sedangkan kata (إِلا اللهُ) menetapkan
ibadah hanya kepada Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam beribadah
kepada-Nya, sebagaimana tidak ada sekutu bagi-Nya pada kekuasaan-Nya. Adapun
tafsir yang menjelaskan makan ini adalah firman Allah ta’ala :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِّمَّا
تَعْبُدُونَ ﴿٢٦﴾ إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ ﴿٢٧﴾ وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ﴿٢٨﴾
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata
kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku;
karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku".Dan (lbrahim a. s.)
menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya
mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.[39]
Dan juga firman-Nya :
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا
وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا
يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا
فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab,
marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka
berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". [40]
Dan dalil bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah
adalah firman Allah ta’ala :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا
عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu
seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin.[41]
Adapun makna bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah
adalah : mentaati apa yang beliau perintahkan, membenarkan apa yang beliau
kabarkan, menjauhi apa yang beliau larang dan beliau cegah, dan Allah tidak
disembah kecuali dengan apa yang beliau syariatkan.
Adapun dalil shalat, zakat dan tafsir tauhid adalah
firman Allah ta’ala :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ
الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.[42]
Dalilnya puasa adalah firman Allah ta’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا
كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa,[43]
Dalilnya haji adalah firman Allah ta’ala :
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ
سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan
ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.[44]
B. Tingkatan Kedua yaitu Iman
Tingkatan yang kedua adalah iman : ia memiliki lebih dari
70 cabang. Cabang yang tertinggi adalah ucapan Laa ilaaha illallaah,
cabang yang terrendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah
salah satu dari cabang keimanan. Rukun iman ada enam (yaitu) : engkau beriman
kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, utusan-Nya, hari akhir, dan beriman
dengan takdir baik maupun buruk. Adapun dalil dari keenam rukun ini adalah
firman Allah ta’ala :
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke
arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi[45]
Dan dalil takdir adalah firman-Nya ta’ala :
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
C. Tingkatan Ketiga yaitu Ihsan
Tingkatan yang ketiga adalah ihsan, rukunya satu, yaitu :
engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, apabila engkau
tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu. Dalilnya adalah
firman Allah ta’ala :
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ
Dan juga firman-Nya ta’ala :
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ ﴿٢١٧﴾ الَّذِي يَرَاكَ
حِينَ تَقُومُ ﴿٢١٨﴾ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ ﴿٢١٩﴾ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٢٢٠﴾
Dan bertawakkallah kepada (Allah)
Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang
Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di
antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.[48]
Dan juga firman-Nya ta’ala :
وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِن قُرْآنٍ وَلَا
تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ
Kamu tidak berada dalam suatu
keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan
suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu
melakukannya.[49]
Dan dalilnya dari As-Sunnah adalah hadits Jibril yang
terkenal dari Umar radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata :
بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ذَاتَ يَوْمٍ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيدُ
سَوَادِ الشَّعَرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا
أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى
فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الْإِسْلَامِ، فَقَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ،
وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا، قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ:
فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ، وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ
الْإِيمَانِ، قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ،
وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ،
قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ
الْإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ
تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا
الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا، قَالَ: أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ
رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ
يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ، قَالَ: ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا،
ثُمَّ قَالَ لِي: يَا عُمَرُ أَتَدْرِي
مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ
Tatkala kami duduk-duduk di sisi
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada suatu hari, tiba-tiba seorang
laki-laki yang bajunya sangat putih dan rambutnya sangat hitam datang
menghampirikami.
Tidak nampak padanya tanda-tanda
perjalanan dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Orang itu
duduk ke dekat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dia menempelkan lututnya
pada lutut beliau, dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua
pahanya. Lalu orang itu berkata :
“Wahai Muhammad, kabarkanlah
kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam menjawab, :
“Islam itu engkau bersaksi
bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, menegakkan shalat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan haji ke baitullah jika engkau mampu menempuh
jalan ke sana.”
Orang itu berkata, “Engkau benar.”
Umar berkata : Kami heran, dia
yang bertanya, dia sendiri yang membenarkan.
Orang itu berkata, “Sekarang
kabarkanlah kepada aku tentang iman.”
Beliau bersabda, “Iman itu engkau
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
kitab-kitab-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir yang baik dan yang
buruk.”
Orang itu berkata, “Engkau benar.
Sekarang beritahu aku tentang ihsan.”
Beliau bersabda, “Ihsan itu engkau
menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya. Jika engkau tidak bisa
melihat-Nya, maka sungguh Allah melihatmu.”
Orang itu berkata, “Lalu beritahu
aku mengenai hari kiamat.”
Beliau bersabda, “Yang ditanya tidak
lebih mengetahuinya daripada yang bertanya.”
Orang itu berkata, “Kalau begitu,
beritahu aku mengenai tanda-tandanya.”
Beliau bersabda, “Tandanya yaitu
ketika seorang budak perempuan melahirkan tuannya dan engkau melihat orang yang
tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, berlomba-lomba
meninggikan bangunan.”
Umar berkata: Orang itu berlalu
pergi dan kami terdiam beberapa saat. Lalu beliau bersabda kepadaku, “Wahai
'Umar, apa engkau tahu siapa yang bertanya tadi?”
Aku menjawab, “Allah dan
RasulNya yang lebih tahu.”
Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril,
beliau datang kepada kalian untuk mengajari perkara agama kepada kalian.”[50]
3. Pondasi Ketiga
Pondasi yang ketiga adalah mengenal Nabi kalian (yakni)
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Beliau adalah Muhammad bin
Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim. Hasyim dari suku Quraisy, dan Quraisy
dari bangsa Arab. Arab berasal dari keturunan Isma’il bin Ibrahim Al-Khalil –
semoga shalawat serta salam yang paling utama senantiasa tercurah kepada beliau
dan Nabi kita –.
Umur hidup beliau adalah 63 tahun : 40 tahun sebelum masa
kenabian dan 23 tahun sebagai Nabi dan Rasul. Beliau diangkat sebagai Nabi
dengan surat iqra’ dan diangkat sebagai rasul dengan surat
Al-Muddats-tsir. Negeri beliau adalah Mekah dan beliau hijrah ke Madinah.
Allah mengutus beliau untuk memperingatkan dari syirik dan mendakwahkan tauhid. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ ﴿١﴾ قُمْ فَأَنذِرْ ﴿٢﴾ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ ﴿٣﴾ وَثِيَابَكَ
فَطَهِّرْ ﴿٤﴾ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ ﴿٥﴾
Hai orang yang berkemul
(berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan
pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah,[51]
Makna dari قُمْ فَأَنذِرْ (bangunlah,
lalu berilah peringatan!) adalah memperingatkan dari syirik dan mendakwahkan
tauhid. Dan وَرَبَّكَ فَكَبِّر (dan Tuhanmu
agungkanlah!) yakni agungkanlah Dia dengan tahuid. Dan وَثِيَابَكَ
فَطَهِّرْ (dan pakaianmu
bersihkanlah) yakni sucikanlah amalan-amalanmu dari kesyirikan. Dan وَالرُّجْزَ
فَاهْجُرْ (dan perbuatan
dosa tinggalkanlah) kata الرُّجْزَ adalah berhala;
(maknanya adalah) tinggalkanlah berhala-berhala dan berlepas diri darinya dan
para penyembahnya.
Dari 23 tahun tersebut, beliau mendakwahkan tauhid selama
10 tahun. Setelah 10 tahun beliau diangkat ke langit dan diwajibkan kepada
beliau shalat liwa waktu. Beliau shalat di Mekah selama tiga tahun, setelah itu
beliau diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah.
Hijrah artinya adalah : berpindah dari negeri syirik ke negeri Islam. Hijrah wajib bagi umat ini dari negeri syirik ke negeri Islam. Dan hukum ini tetap berlaku hingga hari kiamat. Adapun dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
Hijrah artinya adalah : berpindah dari negeri syirik ke negeri Islam. Hijrah wajib bagi umat ini dari negeri syirik ke negeri Islam. Dan hukum ini tetap berlaku hingga hari kiamat. Adapun dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنفُسِهِمْ
قَالُوا فِيمَ كُنتُمْ ۖ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ ۚ قَالُوا
أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا ۚ فَأُولَٰئِكَ
مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا ﴿٩٧﴾ إِلَّا
الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا
يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا ﴿٩٨﴾ فَأُولَٰئِكَ عَسَى
اللَّهُ أَن يَعْفُوَ عَنْهُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا ﴿٩٩﴾
Sesungguhnya orang-orang yang
diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka)
malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?".
Mereka menjawab: "Adalah kami
orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)".
Para malaikat berkata:
"Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi
itu?".
Orang-orang itu tempatnya neraka
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang
tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya
upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka itu, mudah-mudahan
Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.[52]
Dan firman Allah ta’ala :
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ
فَاعْبُدُونِ
Imam Al-Baghawi rahimahullahu ta'ala
berkata, “Sebab turunnya ayat ini adalah pada kaum muslimin yang ada di Makkah
dan tidak berhijrah. Allah memanggil mereka dengan nama iman.”
Adapun dalil wajibnya hijrah dari As-Sunnah adalah sabda
beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam :
لَا تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ حَتَّى تَنْقَطِعَ التَّوْبَةُ، وَلَا
تَنْقَطِعُ التَّوْبَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
Hijrah tidak terputus hingga taubat
terputus, dan taubat tidak terputus hingga matahari terbit dari barat.[54]
Ketika beliau tinggal di Madinah, beliau diperintah
dengan syariat-syariat Islam yang lain, seperti zakat, puasa, haji, jihad,
adzan, amar ma’ruf nahi mungkar, dan syariat Islam lainnya.
Hal itu dijalani oleh beliau selama 10 tahun, kemudian
beliau shalawaatullahi wasalaamuhu ‘alaihi wafat dan agamanya tetap ada.
Inilah agama beliau. Tidak ada kebaikan kecuali beliau telah menunjukkan kepada
umatnya. Tidak ada pula keburukan kecuali beliau telah memperingatkan umat
darinya. Kebaikan yang telah beliau tunjukkan adalah tauhid dan seluruh apa
yang dicintai dan diridhai oleh Allah.
Sedangkan keburukan yang telah beliau peringatkan darinya adalah syirik dan seluruh apa yang dibenci dan tidak disukai oleh Allah. Allah mengutus beliau kepada seluruh manusia dan Allah mewajibkan dua jenis makhluk – yakni jin dan manusia – untuk mentaati beliau. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
Sedangkan keburukan yang telah beliau peringatkan darinya adalah syirik dan seluruh apa yang dibenci dan tidak disukai oleh Allah. Allah mengutus beliau kepada seluruh manusia dan Allah mewajibkan dua jenis makhluk – yakni jin dan manusia – untuk mentaati beliau. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Dan Allah telah menyempurnakan agama melalui beliau.
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي
وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.[56]
Adapun dalil wafatnya beliau shallallaahu ‘alaihi
wasallam adalah firman Allah ta’ala :
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ ﴿٣٠﴾ ثُمَّ إِنَّكُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ ﴿٣١﴾
Sesungguhnya kamu akan mati dan
sesungguhnya mereka akan mati (pula). Kemudian sesungguhnya kamu pada hari
kiamat akan berbantah-bantah di hadapan Tuhanmu.[57]
Dan manusia jika mereka telah meninggal maka kelak akan
dibangkitkan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ
تَارَةً أُخْرَى
Dari bumi (tanah) itulah Kami
menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami
akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain,[58]
Dan firman Allah ta’ala :
وَاللَّهُ أَنبَتَكُم مِّنَ الْأَرْضِ نَبَاتًا ﴿١٧﴾ ثُمَّ يُعِيدُكُمْ
فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا ﴿١٨﴾
Dan Allah menumbuhkan kamu dari
tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan
mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.[59]
Dan setelah dibangkitkan amalan mereka akan dihisab dan
dibalas. Dalilnya dalah firman Allah ta’ala :
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ
الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى
Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik
(surga).[60]
Barang siapa yang mendustakan hari kebangkitan maka ia
telah kafir. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَن لَّن يُبْعَثُوا ۚ قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي
لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ ۚ وَذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ
يَسِيرٌ
Orang-orang yang kafir mengatakan
bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang,
demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah.[61]
Allah telah mengutus seluruh para rasul untuk memberikan
kabar gembira dan memberikan peringatan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala
:
رُّسُلًا مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ
حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah
sesudah diutusnya rasul-rasul itu.[62]
Rasul yang pertama adalah Nuh ‘alaihissalam dan
rasul terakhir adalah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Dalil
bahwa rasul pertama adalah Nuh ‘alaihissalam adalah firman Allah ta’ala
:
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ
وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ
Sesungguhnya Kami telah memberikan
wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi
yang kemudiannya[63]
Allah telah mengutus seorang Rasul pada setiap umat dari
Nuh hingga Muhammad. Rasul itu memerintahkan mereka untuk menyembah Allah
semata, dan melarang mereka untuk menyembah taghut. Dalilnya adalah firman
Allah ta’ala :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ
وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus
rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Thaghut itu"[64]
Allah telah mewajibkan seluruh hamba untuk mengingkari thagut
dan beriman kepada Allah. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
“Taghut adalah segala sesuatu yang menyebabkan seorang hamba melampaui
batasnya; (taghut itu) berupa sesembahan, seseorang yang diikuti, atau yang
ditaati.”
Taghut itu sangat banyak, dan pemimpinnya taghut ada lima
: (yakni) Iblis – semoga Allah melaknatnya –, siapa saja yang senang ketika disembah,
siapa saja yang mendakwahkan manusia untuk menyembahnya, siapa saja yang
mengaku mengetahui sebagian ilmu gaib, dan siapa saja yang berhukum dengan
selain apa yang Allah turunkan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ
فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ
بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.[65]
(ayat) Inilah makna dari kalimat “Laa ilaaha illallaah”.
Di dalam hadits disebutkan :
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةُ
سَنَامِهِ الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ
Pokok segala perkara adalah Islam,
tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.[66]
Wallaahu a’lam. Shallallaahu ‘ala Muhammad wa aalihi
washahbihi wasallam.
Diterjemahkan oleh : Adam Rizkala
[6] Adalah jalan
beragamanya seorang yang beragama dengan menjauhkan diri dari syirik, yang
dibangun atas ikhlash semata untuk Allah azza wa jalla.
[13] Doa itu ada
dua jenis, ada doa permintaan ada juga doa ibadah. Doa permintaan adalah doa
dimana seseorang meminta sesuatu kepada Allah terhadap apa yang diperlukannya.
Sedangkan doa ibadah adalah beribadah dengan doa tersebut untuk mencari pahala
dari Allah dan karena takut dengan hukuman dari Allah.
[15] Adalah
perasaan khawatir yang timbul untuk melarikan diri dari yang ditakuti, bisa
juga dikatakan perasaan khawatir yang disertai dengan perbuatan.
[16] Adalah rasa
takut yang dibangun atas dasar ilmu karena keagungan sosok yang ditakuti
(yakni) Allah dan karena kesempurnaan kekuasaan-Nya.
[21] HR. Tirmidzi
no. 3371 (hadits ini gharib menurut imam Tirmidzi dan dhaif menurut Syaikh
Albani)
Terima kasih... Ini sangat membantu...
ReplyDelete