Motivasi Menghafal Al Quran yang Harus Kamu Baca!
Oleh : Rizkala Adam
Dipublikasikan : 11/19/2018
![]() |
Siapakah diantara kita yang tidak ingin menjadi seorang hafidz Al Quran?
Tentu saja! Menjadi seorang hafidz Al Quran adalah cita-cita yang sangat kita
dambakan.
Kita mengetahui bahwa Allah akan memberikan
pahala yang sangat besar bagi mereka yang mau menjaga kalam-Nya di dalam hati.
Selain itu Allah juga sangat mencintai seorang
penghafal Quran serta menjadikannya sebagai keluarga dan kekasih-Nya.
Bahkan seorang penghafal Al Quran akan
diberikan kesempatan khusus dihari kiamat untuk membaca ayat-ayat yang pernah
dihafalkannya ketika di dunia lalu ia akan menaiki derajat demi derajat surga
disetiap ayat yang dibacanya. Lalu ia akan bertempat pada ayat terakhir yang ia
baca.
Tahukah Anda?? Pada
mulanya Al Quran diajarkan pertama kali oleh malaikat Jibril 'alaihis salam
kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam di gua hira’.
Berdasarkan hadits yang dinukil dari kitab
shahih Al-Bukhari, surat yang pertama kali diajarkan kepada beliau adalah surat
Al-‘Alaq. Beliau diajarkan Al Quran langsung oleh malaikat Jibril ketika sedang
bertahannus di gua hira. Di saat itulah beliau diangkat menjadi seorang Nabi.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al
Bukhari, Aisyah Ummul Mukminin menuturkan :
أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي
النَّوْمِ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ،
ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الخَلاَءُ، وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ
فِيهِ - وَهُوَ التَّعَبُّدُ - اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ العَدَدِ قَبْلَ أَنْ
يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ، وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ، ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ
فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا، حَتَّى جَاءَهُ الحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ،
فَجَاءَهُ المَلَكُ فَقَالَ: اقْرَأْ، قَالَ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، قَالَ: "
فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي،
فَقَالَ: اقْرَأْ، قُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي
الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ،
فَقُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ
أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: {اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ
الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ} [العلق: 2] الحديث
Awal
mula wahyu datang kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam adalah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah
Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh. Kemudian Beliau dianugerahi
kecintaan untuk menyendiri.
Lalu Beliau memilih
gua Hiro dan bertahannus yaitu ibadah di malam hari dalam beberapa waktu
lamanya sebelum kemudian kembali kepada keluarganya guna mempersiapkan bekal untuk bertahannus
kembali.
Kemudian Beliau
menemui Khadijah mempersiapkan bekal. Sampai akhirnya datanglah Al-Haq saat
Beliau berada di gua Hiro, Malaikat datang seraya berkata : “Bacalah!”
Beliau menjawab : “Aku
tidak bisa baca”
Nabi shallallahu
'alaihi wasallam menjelaskan (padaku) :
Lalu Malaikat itu
memegangku dan memelukku sangat kuat
kemudian melepaskanku dan berkata lagi : “Bacalah!”
Beliau menjawab : “Aku
tidak bisa baca”
Maka Malaikat itu
memegangku dan memelukku sangat kuat
kemudian melepaskanku dan berkata lagi : “Bacalah!”
Beliau menjawab : “Aku
tidak bisa baca”
Malaikat itu
memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu
melepaskanku, dan berkata lagi : (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah).”
Kemudian pada kisah selanjutnya yang
diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا
مِنَ السَّمَاءِ، فَرَفَعْتُ بَصَرِي، فَإِذَا المَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي
بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، فَرُعِبْتُ
مِنْهُ، فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ: زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي " فَأَنْزَلَ اللَّهُ
تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا المُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنْذِرْ} [المدثر: 2] إِلَى -[8]-
قَوْلِهِ {وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ} [المدثر: 5]. فَحَمِيَ الوَحْيُ
Suatu ketika, saat aku
sedang berjalan aku mendengar suara dari langit, aku memandang ke arahnya dan
ternyata Malaikat yang pernah datang kepadaku di gua Hiro, ia duduk di atas
kursi antara langit dan bumi. Aku pun ketakutan
dan pulang, dan berkata: “Selimuti
aku. Selimuti aku”.
Maka Allah Ta'ala
menurunkan wahyu: (Wahai orang yang berselimut) sampai ayat (dan
berhala-berhala tinggalkanlah). Sejak saat itu wahyu terus turun
berkesinambungan.
Hikmah Kisah
Tahukah Anda hikmah apa yang bisa kita ambil
dari kisah tersebut..?
Ya! Telah kita ketahui bersama bahwa tenyata
Al Quran tidak diturunkan dengan wujud mushaf sebagaimana yang kita pegang
saaat ini.
Justru, Al Quran diajarkan kepada Nabi
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam dengan cara talaqqi. Hal ini
menunjukkan bahwa cara asli belajar Al Quran adalah dengan menghafalkannya.
Selain itu, Al Quran juga diturunkan secara
berangsur-angsur. Al-Quran tidak diturunkan sekaligus secara sempurna dalam
satu waktu. Hal ini bertujuan agar Al-Quran
tertancap kuat di dalam hati beliau.
Lagi-lagi, hal ini juga menunjukkan bahwa Al
Quran memang lebih utama untuk dijaga di dalam hati setiap mukmin. Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا
نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ
فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
Berkatalah orang-orang
yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun
saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami
membacanya secara tartil (teratur dan benar).
[QS. Al-furqan : 32]
Menghafal Al Quran itu Mudah!
Banyak yang beranggapan bahwa hafal Al Quran
dengan sempurna adalah perkara yang sulit. Dikala kita berkeinginan hafal Al
Quran 30 juz terkadang masih terbesit di dalam hati “Mungkinkah saya menjadi
seorang penghafal Quran?”
Jawabannya tentu saja iya! Dan sama sekali
tidak mustahil!
Al Quran adalah firman Allah yang tidak ada
keraguan di dalamnya. Allah sendiri telah menjamin bahwa Al Quran adalah kitab
Allah yang paling mudah untuk dijadikan peringatan dan paling mudah dihafalkan.
Allah ‘azza wa jalla berfirman :
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا القُرْآنَ
لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya
telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil
pelajaran?”
[QS. Al-qomar : 16]
فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ
لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنذِرَ بِهِ قَوْمًا لُّدًّا
“Maka sesungguhnya
telah Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar
gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu
memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.”
[Q.S
Maryam : 97]
Apakah Al Quran Berbohong?
Faktanya,
tidak ada satupun dari kitab Allah yang bisa dihafal dengan sempurna kecuali
kitab Al Quran.
Namun permasalahannya adalah, mengapa diantara
kita masih ada yang kesulitan menghafal dan mempelajari al-Quran? Apakah firman
Allah tentang mudahnya menghafal Quran tersebut adalah suatu kebohongan?
Jawabannya tentu saja TIDAK!
Kita perlu mengetahui bahwa menghafal Al Quran
itu mudah hanya bagi mereka yang mau dan bersungguh-sungguh menghafalkan dan
menjadikannya sebagai peringatan. Coba
perhatikan lagi firman Allah dalam surat Al-Qomar :
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا القُرْآنَ
لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya
telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang
mengambil pelajaran?”
[QS. Al-qomar : 16]
Ya!
Allah bilang “adakah yang mau mengambil pelajaran?”. Dari situ
kita mengetahui bahwa Al Quran bukan diperuntukkan orang yang
tidak mau menghafalkannya apalagi menjadikannya sebagai peringatan.
Allah hanya memudahkan Al Quran bagi orang-orang
yang memang diciptakan untuk menjaga Al Quran. Dan mereka yang mau menghafalkan
Al Quran adalah orang yang memang diciptakan Allah untuk menjaga Al Quran.
Keinginan menghafal Al Quran bukan hanya
sekedar kemauan yang ada di dalam hati. Akan tetapi, kemauan adalah adanya
keinginan yang besar di dalam hati yang kemudian diwujudkan dengan tindakan
yang nyata.
Apabila tidak ada tindakan nyata, bagaimana
mungkin keinginan menjadi seorang hafidz Al Quran bisa terwujud?
Hafal Quran Hanya Bagi Mereka yang Sudah Ditakdirkan?
Banyak yang beranggapan bahwa orang yang sudah
hafal Al Quran adalah orang yang memang sudah ditakdirkan hafal Al Quran oleh
Allah. Anggapan tersebut memang benar. Tetapi sebelum menelusuri lebih
dalam, ada baiknya kita perhatikan hadits-hadits berikut ini :
عَنْ عِمْرَانَ، قَالَ: قُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ، فِيمَا يَعْمَلُ العَامِلُونَ؟ قَالَ: كُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا
خُلِقَ لَهُ
Dari
Imran ia berkata, Aku bertanya, “Wahai Rasulullah buat apa orang-orang beramal?
(kalau memang masing-masing sudah ditakdirkan tempatnya di akhirat kelak)”
Beliau menjawab:
“Setiap orang akan dimudahkan (menuju jalan) penciptaannya
[HR.
Bukhari]
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّهُ كَانَ فِي جَنَازَةٍ
فَأَخَذَ عُودًا فَجَعَلَ يَنْكُتُ فِي الأَرْضِ، فَقَالَ: مَا مِنْكُمْ مِنْ
أَحَدٍ إِلَّا كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنَ النَّارِ أَوْ مِنَ الجَنَّةِ، قَالُوا:
أَلاَ نَتَّكِلُ؟ قَالَ: اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ، {فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى
وَاتَّقَى}
Dari Ali radhiyallahu'anhu,
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa suatu kali beliau menghadiri
jenazah, kemudian beliau ambil dahan dan beliau tancapkan ke tanah dengan
ringan seraya bersabda:
“Tidaklah salah
seorang di antara kalian melainkan telah ditetapkan tempat tinggalnya di neraka
ataukah di
surga.”
Para sahabat bertanya,
“Kalau begitu, tidakkah sebaiknya kita pasrah
saja?”
Nabi menjawab:
“Beramallah kalian, sebab masing-masing telah dimudahkan (untuk mengamalkan apa
yang telah ditakdirkan untuknya), dan beliau mengutip ayat: “{Adapun orang yang
memberi hartanya dan bertakwa}”
[HR.
Bukhari]
Dari hadits-hadits tersebut kita mengetahui
bahwa Allah telah menetapkan siapa yang akan dijadikan penghuni surga dan siapa
yang akan dijadikan penghuni neraka.
Hal ini menjadikan para sahabat berkata “Kalau
sudah demikian lalu buat apa kita beramal?” seakan akan mereka mengatakan “Tak
perlulah beramal dan cukuplah kita pasrah saja, toh tempat setiap manusia di
akhirat sudah ditentukan oleh Allah.”
Meskipun demikian Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam tetap memerintahkan para sahabat untuk beramal. Hal ini
dikarenakan Allah sudah memudahkan jalan penghuni surga untuk mengamalkan
amalan-amalan yang mengantarkan mereka menuju surga.
Sebaliknya, Allah juga telah memudahkan jalan
penghuni neraka untuk mengamalkan amalan-amalan yang mengantarkan mereka menuju
neraka.
Begitu pula dengan hafal Al Quran..!
Apabila seseorang sudah ditakdirkan menjadi
penghafal Al Quran maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menjadi seorang
penghafal Al Quran.
Namun, apabila seseorang sudah ditakdirkan
tidak akan menjadi penghafal Al Quran maka Allah akan memudahkan jalannya untuk
tidak menjadi penghafal Al Quran.
Lalu bagaimana cara kita mengetahui
bahwa kita ditakdirkan menjadi seorang hafiz Quran ataukah tidak?? Kalau tidak
ditakdirkan jadinya percuma, kan??
Huss!! Jangan berpikir seperti
itu!
Terlepas dari apa
yang telah ditakdirkan oleh Allah, tugas kita hanyalah
menghafal walaupun terus-menerus merasa kesulitan.
Kesulitan yang kita terima bukan berarti
menunjukkan bahwa kita tidak ditakdirkan sebagai penghafal Al Quran. Akan
tetapi hendaknya kita berprasangka baik, barangkali Allah mencoba seberapa
besar kesungguhan kita untuk menjadi seorang penghafal Al Quran.
Bisa jadi
Allah akan menjadikan kita sebagai penghafal Al Quran melalui kesulitan terlebih dahulu. Karena dengan adanya
kesulitan tersebut mudah-mudahan hal itu merupakan isyarat dari Allah bahwa
kita sedang dimudahkan menjadi penghafal Al Quran.
Ingatlah bahwa Allah
subhanahu wata’ala berfirman:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا .إِنَّ
مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Maka sesungguhnya
bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada
kemudahan.
[Q.S
Al-insyirah : 4-5]
Dengan adanya kita menjumpai kesulitan dalam
menghafal al-Quran, justru Allah sedang menyandingkan kemudahan yang sebenarnya
sering tidak kita sadari.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah sendiri
dalam surat Al Insyirah, bahwa Allah meletakkan kemudahan setelah adanya
kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa kemudahan tidaklah diraih kecuali dengan
mengalami kesulitan terlebih dahulu.
Namun sayangnya, tak jarang orang yang
menyerah ditengah jalan hanya karena melihat
kesulitannya
saja. Padahal ada kemudahan yang
sebenarnya akan diberikan oleh Allah setelah melalui masa sulit.
Allah telah memudahkan seorang hamba-Nya pada sesuatu yang telah
diciptakan untuknya. Apabila kita menjumpai kesulitan dalam proses menghafal Al
Quran maka hendaklah kita yakin bahwa kesulitan itu merupakan bentuk kemudahan
yang diberikan oleh Allah agar kita dijadikan seorang penghafal Al Quran.
Tugas kita hanyalah terus menghafal dan
menghafal. Toh seandainya tidak hafalpun kita tetap mendapatkan ridha dan
pahala dari Allah.
Ingatlah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan
pahalanya orang-orang yang beramal shalih..!!
Oleh : Adam Rizkala