Nasehat Rasulullah Untuk Istri dan Para Wanita

Nasehat Untuk Istri

Wanita memiliki kedudukan yang mulia di dalam agama Islam. Semua itu terbukti dari syariat-syariat Islam yang mengatur mereka dalam kehidupan. Wanita diperintahkan untuk menutup auratnya agar tidak sembarang orang melihat semaunya. Mereka juga diperintahkan untuk lebih banyak di rumah dari pada keluar. Semua itu bukan karena mereka diintimidasi oleh syariat, melainkan mereka dimuliakan sebagaimana permata yang tersimpan di tempat yang terjaga.

Menikahi wanita adalah salah satu wujud penghormatan seorang lelaki kepada wanita. Dengan menikah, maka ia telah diberikan jaminan berupa nafkah oleh suaminya. Baik itu nafkah yang lahir maupun batin. Tatkala seorang wanita sudah dinikahi oleh seorang lelaki maka statusnya sudah menjadi seorang Istri. Seorang Istri dituntut untuk menunaikkan kewajibannya serta mendatangkan hak-haknya suami.

Sayangnya, apabila kita melihat fakta lapangan justru banyak sekali istri-istri yang tidak menjalankan kewajiban dan haknya suami. Parahnya istilah “suami takut istri” justru dianggap sebagai hal yang biasa. Padahal istilah tersebut sangatlah berbahaya bagi kehidupan rumah tangga. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka terhadap agama yang mengatur segala aspek kehidupan.

Berikut ini sedikit nasehat bijak untuk istri agar dengan nasehat ini Allah berikan hidayah kepada dirinya.

Jadikan Suami Sebagai Pemimpin

Aneh bin aneh adalah ketika istri menyuruh-nyuruh suaminya layaknya seorang pembantu. Padahal kedudukan suami adalah sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.


(Q.S An-Nisa’ : 34)

Ayat tersebut telah jelas menunjukkan bahwa suami adalah pemimpin bagi istri-istrinya. Bahkan disitu Allah memberikan hak kepada suami untuk memukul istrinya apabila sang istri sudah benar-benar keterlaluan melanggar ketentuan Allah, seperti berzina misalnya.

Istri tidak selayaknya untuk menukar kedudukan suami sebagai pemimpin. Seorang istri boleh meminta tolong kepada suaminya, akan tetapi seorang istri tidak boleh menyuruh suami layaknya seorang pembantu.

Secara tersirat ayat ini memberikan nasehat yang mulia kepada seorang istri bahwa selayaknya ia menjadikan suaminya sebagai pemimpin, penuntun, pembimbing, peramut, pelindung, pengayom, dan tempat meminta kasih sayang. Apabila seorang istri sudah bisa menjadikan suaminya seperti itu maka sungguh ia telah benar-benar menjadi seorang wanita yang shalihah.

Selain itu, ayat tersebut juga menunjukkan bahwa besarnya kedudukan dan hak seorang suami. Karena besarnya hak suami Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallampun bersabda :

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada seorang yang lain, niscaya aku perintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya”


(HR. Tirmidzi : 1159)

Tiga Nasehat Nabi Untuk Istri dan Wanita

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ؟ قَالَ: الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ditanya : “Manakah wanita yang terbaik?” Beliau menjawab : “Yaitu wanita yang menyenangkan ketika dipandang suaminya, taat ketika diperintah suaminya, dan tidak menyelisihi suami yang berkaitan tentang dirinya dan hartanya dengan apa yang dibenci suaminya.”


(HR. Nasaiy : 3231)

Nasehat Pertama : Menyenangkan Ketika Dipandang

Perhiasan dunia yang paling indah bagi lelaki adalah istri yang shalihah. Tetapi ia akan menjadi pemandangan yang paling buruk ketika suami tidak merasa senang saat memandangnya. Itulah mengapa wanita yang terbaik adalah istri yang menyejukkan ketika di pandang oleh suaminya.

Sayangnya, kenyataan justru malah sebaliknya. Istri zaman sekarang lebih banyak enak dipandang ketika dilihat lelaki lain. Ia bersolek agar dianggap cantik oleh lelaki selain suaminya.

Akan tetapi ketika di rumah justru penampilannya bagaikan kapal yang hancur karena diombang-ambing oleh ombak. Suaminya yang seharusnya berhak menikmati keindahan dan kecantikan istrinya, malah dirampas oleh lelaki lain.

Tanpa rasa malu, bahkan dengan sengaja ia menyerahkan kecantikannya untuk lelaki selain suaminya. Selain itu, saat ini juga banyak dijumpai diantara para istri yang bersolek, berswafoto, dan memamerkan swafoto terbaiknya di media sosial.

Tanpa sadar ia telah memberikan kecantikannya kepada orang yang tidak berhak menikmatinya. Itulah mengapa wanita seperti itu disebut seburuk-buruknya istri. Naudzubillahi min dzalik.

Adapun nasehat untuk engkau para istri disini adalah hendaknya engkau hentikan perilaku kejimu itu, dimana engkau berikan kecantikanmu kepada orang yang tidak berhak menikmatinya.

Alihkanlah kecantikan rupa, keindahan tubuhmu, kemuliaan akhlakmu hanya untuk sang suami tercinta. Tunjukkanlah betapa besarnya rasa cintamu pada suami sebagaimana cintanya sayyidah Khodijah radhiyallahu 'anha kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Apabila engkau mengamalkan nasehat ini, maka demi Allah suamimu akan semakin mencintaimu dan (Insya Allah) enggan untuk berpoligami.

Nasehat Kedua : Taat Ketika Diperintah

Ibarat pasukan perang yang dipimpin oleh seorang panglima, maka panglima itulah yang memiliki hak untuk memberikan perintah dan mengambil keputusan. Sementara tugas prajurit hanyalah mentaati apa yang diperintahkan oleh panglimanya. Bahkan apapun yang diperintahkan oleh panglima maka hendaknya ditaati walaupun harus mengorbankan nyawa.

Begitulah kedudukan suami dalam rumah tangga. Ia merupakan sosok pemimpin yang wajib ditaati oleh seorang istri. Apapun perintahnya, selama tidak keluar dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya maka sang istri wajib mentaati perintahnya.

Bahkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berpesan, ketika suami meminta seorang istri untuk melayani kebutuhan biologisnya maka sang istri DIWAJIBKAN melayaninya walaupun sedang dalam keadaan sibuk dan tidak ada udzur.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِذَا الرَّجُلُ دَعَا زَوْجَتَهُ لِحَاجَتِهِ فَلْتَأْتِهِ، وَإِنْ كَانَتْ عَلَى التَّنُّورِ

“Jika seorang suami mengajak istrinya untuk memenuhi hasratnya maka hendaknya ia mendatanginya, walaupun ia sedang berada di dapur.”


(HR. Tirmidzi : 1160)

Maka nasehat bagi engkau para istri disini adalah hendaknya engkau taati perintah suamimu. Apabila engkau mentaati suamimu, maka Allah memberikan bonus berupa surga kelak di hari kiamat.

Perhatikanlah hadits Nabi di bawah ini:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

Dari Abdurrahman bin Auf, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ketika seorang wanita sholat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga farjinya, dan taat kepada suaminya, maka ia akan dikatakan (dihari kiamat) : “Masuklah ke dalam surga dari manapun pintu yang engkau mau.”


(HR. Ahmad : 1661)

Nasehat Ketiga : Tidak Menyelisihi Suami

Inilah pesan beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam yang begitu indah. Karena kemuliaan seorang suami, sang istri dituntut untuk tidak menyelisihi suaminya dalam diri dan hartanya. Maka seorang istri hendaknya menyesuaikan dirinya dengan apa yang disenangi oleh suaminya.

Namun, kebanyakan wanita saat ini merasa lebih tinggi derajatnya dari pada lelaki. Banyak diantara para wanita justru menyelisihi apa yang disenangi oleh suaminya. Sehingga egoisme ini menimbulkan istilah baru, yakni wanita selalu benar dan lelaki selalu salah. Parahnya istilah ini malah menjadi istilah yang lazim dan normal di kalangan kita. Padahal istilah ini adalah istilah yang berbahaya karena ia menyelisihi pesan Nabi kepada wanita.

Istilah tersebut seakan-akan memberikan persepsi bahwa istri bisa semaunya sendiri sesuai keinginannya, sedangkan suami harus mengikuti apa yang disenangi oleh istrinya. Mereka berani menyelisihi apa yang disenangi oleh suami dan tidak memperdulikan bahwa yang mereka perbuat adalah perbuatan yang dibenci oleh suami.

Maka adapun nasehat yang indah untuk engkau para wanita adalah hendaknya engkau tidak menylisihi suami baik apa yang ada di dalam dirimu dan hartamu.

Apabila suami menyukai dirimu memakai pakaian tertentu maka pakailah pakaian itu walaupun engkau tidak begitu menyukainya.

Apabila suamimu lebih menyukai makanan tertentu dan memerintahkan dirimu untuk memasaknya maka penuhilah keinginannya walaupun engkau memiliki selera makanan yang lain.

Demikianlah sedikit nasehat untuk istri dari Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam yang kami paparkan. Semoga dengan nasehat ini Allah memberikan kesadaran untuk wanita muslimah yang membacanya. Dan semoga nasehat ini menjadi inspirasi bagi lelaki muslim yang ingin menasehati istrinya. Amiin.

Related Posts :

6 Hikmah Zakat dalam Kehidupan yang Harus Diketahui

Hikmah Zakat dalam Kehidupan

Islam dibangun atas lima perkara; yakni dua syahadat, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan haji bagi yang mampu melaksanakannya. Zakat merupakan salah satu bagian bangunan di dalam Islam. Ibaratkan sebuah bangunan, apabila tidak ada salah satu bagian yang membuatnya disebut sebagai bangunan maka ia tidak disebut bangunan. Seperti itu pula Islam. Apabila zakat dihilangkan dalam sendi bangunan Islam maka ia tidak disebut sebagai Islam lagi.

Zakat adalah salah satu syariat yang diwajibkan dalam Islam. Sayangnya kewajiban ini belum disadari sepenuhnya oleh sebagian kaum muslimin. Hal ini dikarenakan banyak diantara mereka yang kurang memahami apa hikmah zakat bagi kehidupan. Berikut ini akan kami paparkan sedikit hikmah dibalik disyariatkannya zakat dalam kehidupan sehari-hari.

1. Ibadah yang Berhubungan dengan Allah dan Manusia

Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran, bahwa setiap muslim diwajibkan untuk mengeluarkan zakat. Baik itu zakat mal, zakat fitrah dan semua jenis zakat lainnya dengan jumlah dan syarat tertentu. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'


(Q.S Al-Baqarah : 43)

Apabila kita menunaikkan zakat maka kita telah melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh Allah. Maka ibadah zakat merupakan ibadah yang berhubungan dengan Allah, atau hablum minallah. Disisi lain, zakat tidak hanya ibadah yang berhubungan dengan Allah saja. Akan tetapi ia juga berupakan ibadah yang berhubungan dengan manusia. Hal ini dikarenakan zakat memiliki manfaat dan kebaikan yang sangat banyak untuk manusia. Maka dari itu, zakat bisa dikategorikan sebagai bagian dari ibadah hablum minannas.

2. Zakat Sebagai Pembersih Harta

Dalam dunia perniagaan, kita banyak sekali mengetahui jenis perniagaan dengan sistem transaksi dan cara yang bermacam-macam. Sayangnya, banyak sekali ketidaktahuan masyarakat muslim akan aturan perniagaan yang telah diatur dalam Islam. Sehingga hal ini menimbulkan banyak sekali keraguan, apakah harta yang kita peroleh selama ini seratus persen halal ataukah ada sedikit tersisip harta yang haram di dalam harta kita.

Zakat adalah solusi untuk mensucikan harta yang kita miliki. Ibaratkan kita membeli ayam, maka tidak mungkin kita makan semuanya sekaligus. Tentu harus kita pisahkan bulunya, tulangnya, ataupun kotorannya. Demikian pula harta yang kita peroleh..! Kita tidak bisa memakan semua harta yang kita peroleh tanpa menyisihkannya. Maka zakat disyariaatkan untuk membersihkan amal shalih yang kita campur baurkan dengan amal buruk, baik itu ketika kita memperoleh harta, dan lain sebagainya. Allah ta'ala berfirman :

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.


(Q.S At-Taubah : 103)

3. Zakat Memberikan Ketenangan

Telah dijelaskan pada poin sebelumnya bahwa zakat dapat membersihkan dan mensucikan kita dari harta haram dan dosa-dosa yang kita perbuat. Apabila dosa kita telah diampuni oleh Allah maka kita akan merasakan ketenangan dan Allah akan menghilangkan kekhawatiran dan kesedihan kita baik itu dalam kehidupan keseharian kita di dunia maupun kehidupan kita di akhirat.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.


(Q.S Al-Baqarah : 277)

4. Mensejahterakan Masyarakat

Zakat adalah syariat Islam yang dibuat untuk mensejahterakan masyarakat. Melihat kurangnya kesejahteraan masyarakat dinegeri kita ini adalah pertanda bahwa masih sangat banyak sekali orang-orang kaya yang kurang sadar akan wajibnya zakat dan manfaatnya yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat.

Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran, zakat akan diambil dari orang-orang yang kaya lalu disalurkan kepada delapan orang yang berhak menerima zakat. Apabila umat muslim di Indonesia ini sadar akan besarnya manfaat zakat maka harta mereka akan sangat membantu kesejahteraan para fakir miskin. Allah subhanahu wata’ala berfirman.

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِّنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.


(Q.S At-Taubah : 60)

Selain itu, manfaat harta yang diberikan kepada orang-orang fakir miskin adalah agar harta tidak berputar dikalangan orang-orang kaya saja. Perputaran harta yang terus menerus berputar dikalangan orang kaya dapat membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan terus menerus miskin.

Inilah kesenjangan sosial yang merupakan akibat dari tidak ditunaikkannya zakat. Dengan ditunaikkannya zakat maka kesenjangan sosial akan lebih terminimalisir. Sebagaimana pembagian harta fai’ yang diserahkan untuk para fakir miskin adalah agar harta tidak berputar dikalangan orang kaya saja. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنكُمْ

supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu


(Q.S Al-Hasyr : 7)

5. Sebagai Tanda Persaudaraan dalam Agama

Termasuk bagian dari tanda persatuan antar sesama muslim adalah ditunaikkannya zakat. Dengan berzakat berarti kita telah membantu saudara kita sesama muslim. Apabila kita tidak berzakat berarti kita telah enggan membantu saudara kita sesama muslim. Bahkan bisa jadi orang yang tidak berzakat tidak dianggap sebagai saudara seagama, mengingat zakat adalah salah satu bagian dari rukun Islam. Allah ta'ala berfirman :

فَإِن تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ ۗ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.

(Q.S At-Taubah : 11)

6. Menghilangkan Kefakiran Hati

Zakat adalah bagian dari Ibadah. Ketika seorang muslim tidak mau menyempat-nyempatkan dirinya dalam beribadah maka ia akan mendapati hati yang sangat sempit. Sebaliknya, seorang muslim yang menyempatkan dirinya untuk beribadah maka Allah akan memberikan kelapangan hati dan menghilangkan kefakirannya.

Orang kaya yang enggan mengeluarkan hartanya untuk dizakatkan maka ia akan merasakan kefakiran di dalam hatinya. Ia tidak akan pernah puas dengan harta yang ia miliki. Selalu ingin terus menambah dan tidak pernah cukup. Maka walaupun ia memiliki banyak harta, tetapi hatinya merasa miskin dan tidak pernah puas. Hal ini dikarenakan ia enggan menyempatkan dirinya untuk mengeluarkan zakat.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِلاَّ تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلاً وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya Allah ta’ala berfirman : “Wahai anak Adam, sempatkanlah untuk beribadah kepada-Ku. Maka akan aku penuhi hatimu dengan kekayaan dan aku tutup kefakiranmu. Jika tidak maka akan aku penuhi kesibukan di dalam dirimu dan tidak aku tutup kefakiranmu."


(HR. Tirmidzi : 2466)

Hadits qudsi tersebut memberikan hikmah yang luar biasa kepada kita, dimana Allah memberikan jaminan kepuasan hati dan menghilangkan kesempitan di dalamnya apabila kita mau menyempatkan beribadah kepada-Nya. Sebaliknya, Allah akan memenuhi kita dengan kesibukan yang tak kunjung selesai, hati yang penuh ketidak puasan, dan hati yang penuh dengan kefakiran apabila kita tidak menyempatkan ibadah kepada Allah.

Maka dari itu, barang siapa yang tidak menyempatkan untuk menunaikan zakat dari harta yang ia miliki maka Allah akan berikan kesempitan di dalam hatinya. Dan barang siapa yang menyempatkan dan menyisihkan hartanya untuk dikeluarkan zakatnya maka Allah akan memberikan kepuasan dan menutup kefakirannya.

Demikianlah 6 hikmah zakat yang seharusnya diketahui oleh setiap muslim, agar mereka sadar akan pentingnya mengeluarkan zakat dan manfaatnya yang luar biasa. Semoga artikel singkat ini bermanfaat bagi kita semua dan menyadarkan diri kita agar tidak pelit dalam menyisihkan hartanya. Amin.

Related Posts :

Tata Cara Shalat Istikharah Agar Mendapat Jodoh Terbaik

Tata Cara Shalat Istikharah

Jodoh adalah salah satu takdir yang dirahasiakan oleh Allah dari hamba-hamba-Nya. Siapapun kita telah ditentukan jodohnya masing-masih oleh Allah . Bisa jadi dijodohkan ketika dunia, bisa jadi di akhirat, bahkan bisa jadi tidak dijodohkan sama sekali di dunia dan di akhirat bila Allah menghendaki demikian.

Terlepas dari ketentuan Allah , kita diberikan kuasa oleh Allah untuk menentukan pilihan dalam perkara jodoh. Normalnya semua orang pasti menginginkan orang terbaik untuk dijadikan jodohnya. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia yang telah di firmankan oleh Allah :

وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْدٌ

Dan sesungguhnya manusia niscaya sangat mencintai kebaikan (duniawi)


[QS. Al-‘Adiyat ayat 8]

Pada umumnya, tatkala seseorang memilih orang terbaik sebagai pasangan hidupnya maka ia akan memilih berdasarkan apa yang disukai oleh hatinya. Bahasa mudahnya adalah “ikuti apa kata hati maka itulah yang terbaik.”

Padahal, pada hakikatnya hati kita tidak bisa dijadikan patokan sepenuhnya dalam menentukan baik buruknya suatu pilihan. Karena Allah telah menetapkan dalam firman-Nya bahwa apa yang kita anggap menyenangkan hati belum tentu baik dan apa yang kita anggap membencikan hati belum tentu buruk bagi kita.

Allah berfirman :

وَعَسَى أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

Bisa jadi sesuatu yang kalian benci adalah baik untuk kalian dan bisa jadi sesuatu yang kalian cintai itu buruk untuk kalian. Allah itu Maha Mengetahui dan kalian tidak mengetahui.


[QS. Al Baqarah ayat 216]

Dari ayat ini bisa kita ambil hikmah bahwa sesuatu yang baik itu hanya diketahui oleh Allah .

Kita sebagai manusia biasa hanya bisa berusaha melakukan sesuatu sebaik mungkin. Akan tetapi kita tidak bisa menentukan manakah yang terbaik secara mutlak. Hal ini tidak lain dan tidak bukan dikarenakan pengetahuan manusia tidaklah cukup untuk menentukan dengan pasti baik buruknya sesuatu.

Maka solusinya adalah setelah kita menentukan dan berikhtiyar untuk memilih hendaknya kita serahkan pada Allah untuk menentukan mana yang terbaik buat kita. Karena Allah lebih mengetahui mana yang terbaik buat kita.

Yang perlu dicatat adalah bahwa yang dimaksud “baik” dalam ayat tersebut tentunya bukan baik menurut hawa nafsu kita. Akan tetapi baik yang dimaksud adalah baik untuk kehidupan di dunia maupun akhirat.

Kehidupan yang baik di dunia adalah bertambahnya ketaatan dan keimanan kita terhadap Allah .

Sedangkan kebaikan di akhirat adalah mendapat rahmat dari-Nya serta ridho-Nya yang sehingga kita dimasukkan ke dalam surga-Nya oleh Allah .

Lalu bagaimanakah cara menentukan yang terbaik sedangkan kita sendiri tidak mengetahui mana yang terbaik? Berikut caranya :

Allah telah menurunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia. Allah juga telah mengutus utusannya untuk membimbing manusia agar mengikuti petunjuk tersebut. Dengan petunjuk itulah kita bisa mengetahui mana yang baik dan buruk. Berikut ini petunjuk dalam Al-Quran dan Al-Hadits yang perlu kita ikuti agar mendapatkan jodoh yang terbaik.

1. Hindari Cara yang Diharamkan

Melihat zaman yang mendekati hari akhir ini, kita mengetahui bahwa banyak orang akan melakukan segala cara untuk mendapatkan jodohnya.

Mulai dari berkenalan, pacaran, bertemu, hingga perzinaanpun dilakukan hanya untuk mendapatkannya atas nama cinta. Padahal, perilaku tersebut tidak lain hanyalah dusta yang mengatas namakan cinta.

Allah telah melarang kita sebagai seorang muslim untuk mendekati zina apalagi melakukannya. Allah berfirman :

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina adalah sesuatu yang keji dan sejelek-jeleknya jalan.


[QS. Al-Israa’ ayat 32]

Apabila kita ingin mendapatkan yang terbaik maka janganlah sekali-kali untuk melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah .

Ingatlah bahwa tidak ada yang terbaik melalui pembangkangan terhadap Yang Maha Baik. Segala yang terbaik adalah segala perkara yang sudah diatur oleh Yang Maha Baik. Maka ikutilah petunjuk dari Allah Yang Maha Baik untuk memperoleh yang terbaik..!

2. Meminta Nasihat dari Para Ulama Shalih

Sepandai apapun kita, masih ada orang yang lebih pandai dari pada kita. Sebanyak apapun ilmu yang kita miliki, masih banyak ilmu yang belum kita ketahui.

Maka mintalah penjelasan dari orang yang sholeh dari kalangan ulama’ atau orang yang berilmu. Karena mereka lebih mengetahui ilmu Al Quran dan As Sunnah. Dan dengan ilmu itulah mereka memberikan pengarahan dan fatwanya kepada kita dengan hal yang baik berdasarkan Al Quran dan As Sunnah.

Allah berfirman :

فَسْئَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

Maka tanyakanlah pada orang yang memiliki pengetahuan apabila kalian tidak mengetahui


[QS. An-Nahl ayat 43]

3. Doa dan Shalat Istikharah

Keputusan terbaik untuk meminta pertolongan pada Allah agar dipilihkan yang terbaik adalah dengan bersabar dan sholat. Allah berfirman :

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبِرِ وَالصَّلَاةِ

Meminta petolonganlah dengan sabar dan sholat


[QS. Al Baqarah ayat 45]

Adapun sholat yang disyariatkan untuk memilih perkara yang terbaik adalah sholat istikharah. Berikut ini akan dijelaskan pengertian dan tata cara sholat istikharah berdasarkan hadits.

Apa Itu Shalat Istikharah?

Shalat Istikharah adalah salat sunnah yang dikerjakan untuk meminta petunjuk Allah oleh mereka yang berada di antara beberapa pilihan dan merasa ragu-ragu untuk memilih atau saat akan memutuskan sesuatu hal.

Cakupan masalah dalam hal ini tidak dibatasi. Seseorang dapat salat istikharah untuk menentukan di mana ia kuliah, siapa yang lebih cocok menjadi jodohnya atau perusahaan mana yang lebih baik ia pilih.

Setelah salat istikharah, maka dengan izin Allah pelaku akan diberi kemantapan hati dalam memilih.

Praktek dan Doa Shalat Istikharah

  • Hal pertama harus kita amalkan sebelum beribadah adalah niat. Yakni kita niatkan terlebih dahulu hati kita dengan cara meluruskannya hanya untuk Allah semata. Kita niatkan melaksakan sholat istikharah memohon petunjuk kepada Allah agar dipilihkan yang terbaik oleh Allah .
  • Kemudian kita sholat sunnah sebanyak 2 rakaat. (tidak ada bacaan dan surat-surat tertentu dalam pelaksanaannya)
  • Adapun waktunya bebas kapanpun asalkan bukan waktu larangan sholat seperti setelah subuh, ketika matahari tepat diatas kepala, dan setelah ashar. Lebih baik lagi dilakukan disaat-saat mustajab seperti di sepertiga malam yang akhir.
  • Terakhir, baru kita membaca doa setelah sholat istikharah diakhir sholat

Berikut ini hadits yang menunjukkan disyariatkannya shalat istikharah serta tata cara dan doanya yang dinukil dari kitab Shahih Al Bukhari :

عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، كَالسُّورَةِ مِنَ القُرْآنِ: إِذَا هَمَّ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَقُولُ:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ العَظِيمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلَّامُ الغُيُوبِ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ ( . . . ) خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَاقْدُرْهُ لِي، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ ( . . . ) شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ، وَاقْدُرْ لِي الخَيْرَ حَيْثُ كَانَ، ثُمَّ رَضِّنِي بِهِ
وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ

Dari Jabir radliyallahu anhu berkata : Nabi mengajarkan kami istikharah di dalam setiap perkara, seperti mengajarkan sebuah surat dalam Al-Quran: “Ketika kalian menghendaki suatu perkara maka shalatlah dua rakaat kemudian berdoa :
Allahumma innii astakhiiruka bi'ilmika wa astaqdiruka biqudrotika, wa as-aluka min fadlikal 'adziim, fainnaka taqdiru walaa aqdiru, wa ta'lamu walaa a'lamu, wa anta 'allaamul ghuyuubi, Allaahumma in kunta ta'lamu anna haadzal amro ( . . . ) khoirul lii fii diinii wa ma'aa-syi wa 'aaqibati amrii faqdurhu lii, wa in kunta ta'lamu anna haadzal amro ( . . . ) syarrul lii fii diinii wa ma'aa-syi wa 'aaqibati amrii fashrifhu 'anni washrifnii 'anhu waqdir lii al-khoiro hai-tsu kaana, tsumma rodh-dhinii bihii
(Ya Allah, aku meminta pilihan kepadaMu dengan ilmuMu. Dan aku meminta taqdir kepadaMu dengan kekuasaanMu. Dan aku meminta karunia yang agung kepadaMu. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa sedangkan aku tidak kuasa. Dan Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui. Engkaulah yang Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (. . .) baik untukku, dalam agamaku, kehidupanku, dan akibat dari perkaraku, maka takdirkanlah ia untukku. Dan jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (. . .) buruk untukku, dalam agamaku, kehidupanku, dan akibat dari perkaraku maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah aku darinya. Dan takdirkanlah aku pada kebaikan dimanapun. Kemudian ridhailah aku dengan perkara itu.) Lalu ia menyebutkan hajatnya.


(HR. Bukhari)

Keterangan :

Tanda ( . . . ) diganti dengan menyebutkan hajatnya.

Contoh kita menyebutkan nama seseorang yang ingin kita pilih :

اَنَّ هذَااْلاَمْرَ (مريم بنت فلان)

Bahwa perkara ini (Maryam binti Fulan)

Demikian cara agar dipilihkan jodoh yang terbaik dan tata cara sholat istikharah. Semoga bermanfaat buat kita semua. Amiin

Related Posts :

5 Adab Bangun Tidur Rasulullah yang Jarang Diketahui!

Adab Bangun Tidur Rasulullah

Bangun tidur merupakan nikmat dari Allah subhanahu wa ta’ala. Setelah ruh kita digenggam tatkala tidur, maka Allah kembalikan ruh tersebut kedalam jasadnya agar terbangun dari tidurnya. Apabila Allah menahan ruh kita dan tidak mengembalikannya kedalam jasad maka kita tidak akan kembali ke alam dunia saat kita tertidur.

Hal ini merupakan nikmat yang agung karena Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk beramal dengan terbangunnya kita setelah tidur. Maka sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk mengamalkan adab bangun tidur yang telah dicontohkan oleh sang teladan terbaik sepanjang masa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”


(Q.S Az-Zumar : 42)

Berikut ini beberapa adab bangun dari tidur yang dapat kita amalkan dalam kesehariannya :

1. Mengucapkan Kalimat Syukur

عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ مِنَ اللَّيْلِ، وَضَعَ يَدَهُ تَحْتَ خَدِّهِ، ثُمَّ يَقُولُ: اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَمُوتُ وَأَحْيَا، وَإِذَا اسْتَيْقَظَ قَالَ: الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Dari Hudzaifah radliyallahu ‘anhu, berkata : Ketika Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam hendak tidur malam, beliau meletakkan tangannya di atas pipinya, kemudian mengucapkan : "Allahumma bismika amuutu wa ahyaa". (“Ya Allah, dengan nama-Mu aku mati dan dengan nama-Mu aku hidup”). Dan ketika beliau terbangun mengucapkan : "Alhamdulillahil ladzii ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihin-nusyuur" (“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali.”)


(HR. Bukhari no. 6314)

2. Beristintsar Sebanyak Tiga Kali

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: إِذَا اسْتَيْقَظَ - أُرَاهُ -أَحَدُكُمْ مِنْ مَنَامِهِ فَتَوَضَّأَ فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلاَثًا، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَبِيتُ عَلَى خَيْشُومِهِ

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ketika terbangun – seingatku beliau mengatakan – salah seorang kalian dari tidurnya lalu berwudlu maka beristintsarlah (memasukkan air ke hidung lalu mengeluarkannya) sebanyak tiga kali, karena sesungguhnya syetan tidur pada batang hidungnya.”


(HR. Bukhari 3295)

Faedah Hadits :

  • Disunnahkan berwudlu setelah bangun dari tidur.
  • Hendaknya beristintsar ketika berwudlu setelah bangun tidur, yakni ketika memasukkan air ke dalam mulut untuk berkumur hendaknya sambil memasukkan air ke dalam hidung sampai dalam kemudian dikeluarkan. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali.
  • Manfaat dari beristintsar adalah mengusir syetan yang bermalam atau tidur di dalam hidung ketika kita sedang tidur.

3. Membasuh Tangan dan Wajah

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَقَضَى حَاجَتَهُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ، وَيَدَيْهِ، ثُمَّ نَامَ. قَالَ أَبُو دَاوُدَ: يَعْنِي بَالَ

Dari Ibnu Abbas : “Bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam terbangun di malam hari lalu ingin menyelesaikan hajatnya. Lalu beliau membasuh wajah dan kedua tangannya kemudian tidur kembali.” Abu Dawud berkata : “yakni beliau kencing”


(HR. Abu Dawud : 5043)

Faedah Hadits :

  • Dianjurkan membasuh wajah dan tangan ketika terbangun malam dari tidur dalam rangka suatu keperluan atau hajat seperti kencing dan lain sebagainya.
  • Islam menganjurkan kebersihan pada pemeluknya, bahkan saat tidur sekalipun.

4. Membaca 10 Ayat Terakhir Surat Ali Imran

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: بِتُّ عِنْدَ خَالَتِي مَيْمُونَةَ، فَتَحَدَّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ أَهْلِهِ سَاعَةً، ثُمَّ رَقَدَ، فَلَمَّا كَانَ ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ، قَعَدَ فَنَظَرَ إِلَى السَّمَاءِ، فَقَالَ: {إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الأَلْبَابِ}، ثُمَّ قَامَ فَتَوَضَّأَ وَاسْتَنَّ فَصَلَّى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، ثُمَّ أَذَّنَ بِلاَلٌ، فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الصُّبْحَ

Dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma, berkata : Aku bermalam di rumah bibiku Maimunah, lalu (aku mendengar) Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berbincang-bincang dengan istrinya sesaat, kemudian beliau tidur. Ketika sepertiga malam yang akhir, beliau duduk seraya memandang ke langit, lalu membaca : {إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الأَلْبَابِ} Kemudian beliau berdiri lalu berwudlu dan membersihkan gigi. Lalu beliau sholat sebelas rakaat, kemudian Bilal adzan, lalu beliau sholat dua rakaat, kemudian keluar untuk melaksanakan sholat subuh.


(HR. Bukhari : 4569)

Faedah Hadits :

  • Ketika terbangun di sepertiga malam yang akhir, Nabi mencontohkan kepada kita untuk bertadabbur dengan Al-Quran dan memikirkan ciptaan-Nya.
  • Dianjurkan membaca 10 ayat terakhir surat Ali Imran yakni di mulai dari ayat 190 sampai habis ketika bangun di malam hari.
  • Hendaknya membaca ayat tersebut sambil duduk dan memandang ke langit dengan disertai hati yang memikirkan ciptaan Allah dan merenungkan ayat yang dibacanya.
  • Disunnahkan bangun disepertiga malam yang terakhir untuk melaksanakan sholat malam.
  • Sholat malam yang dicontohkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah sebanyak sebelas rakaat. Adapun kurang atau lebih dari itu maka tidak mengapa.
  • Dianjurkan sholat dua rakaat fajar di rumah setelah adzan subuh sebelum melaksanakan sholat subuh.

5. Bersiwak

عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لَا يَرْقُدُ مِنْ لَيْلٍ وَلَا نَهَارٍ، فَيَسْتَيْقِظُ إِلَّا تَسَوَّكَ قَبْلَ أَنْ يَتَوَضَّأَ

Dari ‘Asiyah bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam tidaklah tidur di malam dan siang hari lalu terbangun dari tidurnya kecuali bersiwak terlebih dahulu sebelum berwudlu.


(HR. Abu Dawud : 57)

Faedah Hadits :

  • Karena banyaknya bakteri yang berkembang biak ketika manusia tertidur maka dianjurkan untuk bersiwak ketika bangun dari tidur sebelum berwudlu.

Ringksan :

  • Bangun tidur adalah nikmat dari Allah yang patut kita syukuri.
  • Hendaknya membaca kalimat syukur yang telah dicontohkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam ketika bangun dari tidur.
  • Dianjurkan beristintsar sebanyak tiga kali ketika berwudlu setelah bangun tidur.
  • Ketika terbangun di malam hari karena suatu keperluan maka membasuh wajah dan kedua tangan terlebih dahulu sebelum tidur kembali.
  • Dianjurkan bangun di sepertiga malam yang akhir untuk melaksanakan qiyamul lail.
  • Sebelum berwudlu setelah bangun tidur dianjurkan untuk bersiwak.

Demikianlah adab bangun tidur yang dicontohkan oleh teladan terbaik kita. Semoga bermanfaat. Aamiin.

Related Posts :